SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

PUTRI KESULTANAN BIMA KE XXIV MENINGGAL DUNIA


Inalillahi Wa Innaillaihirrojiuun, Segenap Masyarakat Kota Bima berduka cita atas wafatnya Almarhumah Hajah Siti Maryam, Putri Sultan Muhammad Salahuddin Bima, di ruangan ICU RSUD Bima, Sabtu (18/03/2017). Semoga Allah SWT menerima segala amal dan ibadahnya, Diampuni segala dosa-dosanya, Dilapangkan Kuburnya dan Ditempatkan pada derajat yang mulia disisi Allah SWT serta keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, Aamiin YRA.

Almarhumah sempat dirawat karena mengalami komplikasi. Namun hari ini, Sabtu (18/03/2017) sekitar pulul 14.00 Wita, beliau menghembuskan nafas terahirnya di ruangan ICU RSUD Bima dan saat ini disemayamkan di Pandopo Bima dan rencananya akan dimakamkan besok Minggu (19/03/2017)

Putri keenam dari kesultanan Bima ke XXIV ini sebenarnya sudah lama sakit, namun kesehariannya tetap semangat menjalani segala macam aktifitas, terutama menerima tamu-tamu yang datang dari berbagai daerah seluruh indonesia. Banyak tamu-tamunya terkesima karena jelang usianya yang 90 tahun tetap gesit memaparkan naskah-naskah kuno kesultanan.

Almarhumah adalah salah satu yang mampu membaca Naskah Kuno yang hampir punah ini yaitu Kitab Bo Sangaji Kai. Seperti diketahui, Ratusan tahun yang lalu, naskah-naskah di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) ditulis dengan aksara khusus, yang disebut aksara Bima. Setelah Islam masuk ke Bima, seluruh naskah-naskah kuno itu ditulis ulang dengan menggunakan huruf Arab-Melayu dan dikumpulkan dalam satu kitab bernama Bo Sangaji Kai.

Almarhumah yang tidak memiliki keturunan ini, meraih gelar doktor bidang filologi Fakultas Sastra Unpad pada usia 83 tahun. Bagi Almarhumah, menuntut ilmu tak ada batasnya. Meski usianya tak lagi muda, ia masih rajin menyebarkan ilmu tentang naskah-naskah kuno yang ia kuasai. Semangat Almarhumah patut menjadi contoh bagi kita semua.

Almarhumah yang dikenal gesit di masa mudanya ini, sering bolak-balik Bima-Mataram-Jakarta untuk menghadiri undangan-undangan seminar dan dialog serta pameran filologi. Almarhumah mengenyam pendidikan S1 dan S2-nya di bidang hukum Universitas Indonesia tahun 1953 - 1960. Ia sempat menjadi Staf Khusus Bidang Kehakiman tahun 1957-1964, juga pernah menjadi anggota DPR RI tahun 1966-1968, Asisten Administrasi Sekretaris Wilayah Daerah NTB tahun 1964-1968 dan juga sebagai dosen di Universitas Mataram.

Almarhumah juga tetap konsisten dengan budaya dan kesenian Bima. Hal itu Ia buktikan dengan tetap menjadi mengelola sanggar tari bernama Paju Monca di Bima maupun Mataram hingga akhir hayatnya. Almarhumah pun masih peduli dengan perkembangan generasi muda, khususnya di Bima. Almarhumah sempat menyayangkan sikap generasi muda Bima saat ini yang mudah tersulut emosinya, Dari hal yang sepele menjadi ajang perang antar warga hingga menimbulkan korban.

Dikutip dari berbagai sumber.
Wassalam...
Abunawar Bima

abunawarbima@gmail.com

SELO YANG KEREN, MENGANGKAT KEARIFAN LOKAL NTB MENJADI TREND


Kain tenun tidak serta merta hanya untuk bahan pakaian, namun ditangan-tangan kreatif, ceritanya akan menjadi lain contohnya, 4 (empat) Mahasiswa Universitas Mataram (Unram) NTB, Rosmalia, Annisa, Sulton dan Firdaus berkarya dengan inovasi baru dengan membuat sepatu dari bahan tenunan asli Lombok.

Berawal dari kumpul-kumpul diantara mereka dalam membahas perlombaan "Essay" tercetus ide dalam tulisan ilmiahnya mengangkat sepatu yang desainnya di kombinasikan dengan tenun, sesuai tema lomba "Internasionalisasi Kearifan Lokal Indonesia" yang diadakan oleh Universitas Negeri Semarang dan siapa sangka mereka menyabet juara II tingkat Nasional dalam ajang lomba tersebut.

Wakil Rektor III Unram bidang kemahasiswaan M. Natsir mengatakan, apa yang diraih mahasiswa ini adalah bukti kreativitas mahasiswa dalam Inovasi mengembangkan kearifan lokal daerah dalam bentuk desain sepatu. “Kami tetap minta mahasiswa untuk terus mengembangkan kemampuan,” katanya.

Sepatu dengan model yang simpel tetapi terlihat cukup elegan karya Mahasiswa ini diberi label SELO (Sepatu Etnic Original) dengan tujuan mengangkat kearifan lokal daerah sehingga menjadi trend di kalangan Kampus Unram, Remaja dan Masyarakat pada umumnya bahkan Dunia, jelasnya.

Rencananya, lanjut M. Natsir, sepatu ini selain dipasarkan dikalangan kampus, juga akan dipasarkan ke toko-toko sepatu di seluruh daerah Nusa Tenggara Barat (NTB). Untuk hak patennya sendiri, masih dalam proses, “Sehingga nantinya tidak bisa diklaim orang atau daerah lain,” tukas Guru Besar Fakultas MIPA ini.

Rosmalia mengatakan, Untuk tahap awal, Karena di Kota Mataram tidak ada industri sepatu, produksinya masih dilakukan di Surabaya. Produksi pertama bulan Februari dan sudah mulai dipasarkan dan direspon cukup baik oleh pasar. Buktinya sudah ada sekitar 100 pasang sepatu yang laku. ”Alhamdulillah hasil kerja kami diterima masyarakat termasuk yang dari luar daerah hingga luar negeri,” terangnya.

Annisa menambahkan, untuk saat ini motif kain tenun yang dipakai masih menggunakan tenun berkwalitas hasil kerajinan masyarakat Lombok Timur, Sukarare Lombok Tengah dan juga Tenunan Bima Motif Renda . Motif Renda sedang tahapan produksi, Ia pun meyakinkan bahwa bahan kain tenun yang dipakai kualitasnya terjamin dengan harga yang relatif terjangkau, ungkapnya.

Berapa sih harga sepatunya?
Kami jual dengan harga cukup murah, kecuali untuk sepatu yang mengggunakan kain tenun khusus, harganya juga khusus. ”Harga mulai dari Rp160 ribu sampai Rp260 ribu,” Kalau soal model, jangan khawatir, semua pastinya keren dan trendy, Pokoknya model masa kinilah, pungkasnya.

Abunawar Bima​