Gonjang ganjing Negeri Tercinta Republik Indonesia, yang saat ini di Nahkodai Bpk. Susilo Bambang Yudoyono yang lebih dikenal dengan singkatan SBY, adalah Presiden yang kesekian setelah zaman Reformasi. Yah Reformasi yang kebablasan, yang makin hari makin memperlihatkan para pemimpin dan petinggi negeri ini jauh dari Etika dan Moral Pancasila.
Berperang dan berantas Korupsi, terdengar sangat tegas dan lancang diucapkan, tapi nyatanya Korupsi berputar gak jauh dari lingkaran itu juga. Begitu lihai, gagah dan pintarnya menggrogoti uang rakyat tapi begitu ditangkap dan disidang... langsung menjadi orang bodoh dan menderita sakit yang macam-macam dan yang paling kesohor adalah SAKIT LUPA! SubhanAllah!!! Hukum Dunia bisa kau labui tapi hukum Di Akhirat nanti tak ada celah sedikitpun bisa kau lolos.
Tak ingin berkepanjangan menyikapi yang terjadi saat ini, kami mencoba menengok kembali sejarah kebelakang karena dari hasil obrolan dengan rakyat jelata di seluruh pelosok negeri ini; entah diwarung kopi, diatas bis, diatas kapal, dipasar, disawah dll hampir seluruhnya menyatakan bahwa : Zaman Order Baru Jauh Lebih Baik jika dibandingkan dengan Zaman Reformasi saat ini, entah apalah menurut pendapat Anda. Yang jelas pada kesempatan kali ini izinkan kami mereview kembali profile Bpk. H.M Soeharto dalam memanajerial Negeri Ini pada masa Kepimpinannya (Order Baru).
Tak kenal maka tak sayang. Apa, siapa dan hagaimanakah Pak Harto, memang harus dikemukakan. Paling ridak, bagi generasi muda bangsa ini termasuk juga para mahasiswa perlu mengetahui bagaimana riwayat hidup dan perjalanan karir seorang pemimpin seperti Pak Harto.
Jenderal MEI Pumawirawan H.M Soeharto atau Pak Harto adalah Presiden Republik Indonesia yang ke dua. Lahir di desa Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921 dari pasangan Kercosudiro (ayah) dan Sukirab (ibu). Pak Harto dari keluarga petani miskin, yang kedua orang tuanya bercerai. Kemudian, ia dititipkan kepada bulik dan pamannya, Prawirodihardjo, yang adalah seorang pegawai mantri tani di kawedanan Wuryantoro. Pak Harto di sekolahkan dan dibesarkan bersama dengan saudarasaudaranya, putra Pak Prawirodibardjo.
Sewaktu masih di Kemusuk, sebagaimana juga anak-anak desa lainnya, Pak Harto kecil sangat senang bermain disawah. Ia pandai menangkap belut dan rak pemah melewatkan kesempatan meneicipi nikmameya belut panggang. Permainan kesukaannya di masa kanak-kanak ialah plinteng dan bandil, bikinannya sendiri.
Pak Harto menikah dengan Siti Hartinah - yang lebih dikenal dengan nama Ibu Tien pada tanggal 26 Desember 1947, di Solo. Pasangan ini dikaruniai tiga orang putra dan dua orang putri yaitu : Siti Hardijanti Hastuti (Tutut), Sigit Harjojudanto (Sigit), Bambang Trihatmodjo (Bambang), Sri Hediatati Harjadi (Titik), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek).
Pendidikan umum yang pemah ditempuh Pak Harto adalah Sekolah Dasar (Ongko Loro), di Kemusuk (1929-1931), Sekolah Rakyat di Wuryantoro (1931-1935), SMP di Yogyakarta (1935-1939), dan SMA di Semarang (1956).
Jalan panjang dan berliku memang dilalui Pak Harto. Karimya dimulai dari lapis terbawah hingga ke lapis tertinggi. Riwayat pekerjaan dan jabatan Pak Harto begitu panjang, bahkan sempat pula bekerja sebagai pegawai saat belum memasuki militer yang kemudian mem-bawanya kejenjang karimya yang lebih tinggi, yaitu pada tahun 1940,
Pak Harto bekerja sebagai pembantu klerk bank desa di Wuryantoro. Kemudian karier Pak Harto sebagai militer dimulai ketika jaman Belanda, ia memasuki Sekolah Dasar Militer (1940), Sekolah Kader Kopral (1940), Sekolah Kader Sersan (1941), kemudian di jaman Jepang menjadi Anggota Kepolisian di Yogyakarta (1942), Shodaneho PETA (1943}, Tjudaneho PETA (1944). Selama tahun 1945-1950, Pak Harto terlibat secara langsung dalam perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Selama kurun waktu itu, Pak Harto memegang jabatan sebagai Komandan Kompi, Komandan Batalion A, Komandan Brigade, Komandan WK (Wehr Kreise) Yogyakarta.
Pada tahun 1950 Pak Harto menjabat sebagai Komandan Brigade Pragola Solo(195l-1953)dan Komandan Resimen 15 (1953-1956).
Pada tahun 1956 Pak Harto menjabat sebagai Perwira Menengah yang diperbantukan Kastaf untuk mengikuti Planning SUAD. Kemudian Pak Harto ditunjuk untuk menjabat
sebagai Kepala Staf Teritorial IV, Semarang (1956). Jabatan selanjumeya adalah Pejabat Panglima Teritorial IV/Png Terr. IV Semarang (1956-1959) sekaligus merangkap sebagai
Dewan Kurator AMN (1957-1959),Deputy I Kasad (1960-1961), Deputy I Kasad merangkap Ketua Adhoc Retolong Depad, merangkap Panglima Korps Tentara I
Tjaduad. Merangkap Panglima Konud AD (1961), Panglima Konud AD (1961). Panglima Mandala (1962-1963), Panglima KOSTRAD (1963-1965). Menteri Pangad/Kastaf KOTI dan Menteri Panglima AD pada tanggal 1 Juli 1966.
Usai menangani pemberontakan G30S/ PKI pada tahun 1965, Pak Harto tampil bagaikan sebuah sinar terang. Karena keberaniannya, seluruh bangsa Indonesia pada waktu itu melihat Pak Harto sebagai sosok yang layak dan pantas untuk menjadi pemimpin bangsa. Pak Harto pun akhimya menuju ke puneak karimya, setelah melewati kepemimpinan secara tahap demi tahap. Langkah demi langkah, penuh perjuangan yang tidak mudah, namun ia lakoni terus dengan bijak.
Pada Tanggal 12 Maret 1967 Pak Harto dipercaya menjabat sebagai pejabat Presiden RI sampai tanggal 27 Maret 1968, sebelum kemudian dipercaya menjadi Presiden RI secara definitip. Pada pemilihan umum berikutnya, tahun 1971, Pak Harto kembali dipercaya rakyat untuk memimpin bangsa sebagai Presiden RI. Selanjumeya, secara berturut-turut pada pemilu tahun 1977, pemilu tahun 1982, pemilu tahun 1987, pemilu tahun 1992 dan pemilu tahun 1997 terpilih sebagai Presiden RI hingga akhimya, ia mengundurkan diri secara konstitusional sebagai Presiden RI pada 21 Mei 1998.
Berbagai Tanda Kehormatan dan Anugerah
Sebagai pemimpin bangsa, banyak hal yang telah dilakukan oleh Pak Harto, terutama pengabdiannya untuk bangsa ini. Tak heran, Pak Harto memiliki tak kurang dari 28 Tanda Kehormatan dari Pemerintah Republik Indonesia atas pelbagai jasanya kepada bangsa ini, seperti;
- Bintang Republik Indonesia Adipuma
- Bintang Mahaputera Adipuma
- Bintang Sakti
- Bintang Dharma
- Bintang Gerilya
- Bintang Jasa Utama
- Bintang Budaya Parama Dharma
- Bintang Yudha Dharma Utama
- Bintang Kartika Eka Pakei Utama
- Bintang Jalasena Utama
- Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama
- Bintang Bhayangkara Utama
- Bintang Kartika Eka Pakei Pratama
- Bintang Kartika Eka Pakei Nararya
- Bintang Sewindu APRI
- Bintang Garuda
- Satyaleneana Perang Kemerdekaan I
- Satyaleneana Perang Kemerdekaan II
- Satyaleneana Kesetiaan XVI Tahun
- Satyaleneana Kesetiaan XXIV Tahun
- Satyaleneana Teladan
- Satyaleneana GOM I
- Satyaleneana GOM II
- Satyaleneana GOM III
- Satyaleneana GOM IV Satyaleneana Satya Dharma
- Satyaleneana Wira Dharma
- Satyaleneana Penegak
Selain tanda penghargaan dan anugerah kehormatan dari dalam negeri, Pak Harto juga memiliki 37 tanda Kehormatan dari pelbagai negara di dunia atas prestasi, reputasi, dan dedikasinya kepada dunia Intemasional. Ini menunjukkan kiprah Pak Harto di dunia intemasional sangat berjejak. Adapun pelbagai penghargaan itu adalah :
- The Raja of the Order of Sikatuna (Filipina)
- Grand Collier of the Order of Sheba (Ethiopia)
- Grand Collier de L'ordre National de L'Independenee (Kamboja)
- Order van de Nedherlandse Leeuw (Belanda)
- The Order of the Golden Ark (Commander) (Belanda)
- The Most Auspicious Order of Rajamitrabhom (Thailand)
- Darjah Utama Sri Mahkota Negara (DMN) (Malaysia)
- Darjah Kerabat Diraja Perak Darul Ridwan (Malaysia)
- Sonderstufe des Grosskreuzes Special Order of the Grand Cross (Rep.Fed. Jerman)
- Grand Collier (Italia)
- Grosses Stem des Ehreinzeicbens Fuer Verdienste Um dic Republic Oesterreich (Austria)
- Grand Croix de la Legion D'Honneur (Praneis)
- Grand Cordon Order de Leopold (Belgia)
- Order of the Great Yugoslav star (Yugoslavia)
- Mubarak Al Kabir's Necklace (Kuwait)
- Ommayad Zul Wusyah (Syiria)
- Independenee Necklace (Qatar)
- Grand Collar of the Nile (Republik Arab Mesir)
- Bintang Badar (Saudi Arabia)
- The Grand Order of mugunghwa (Korea Selatan)
- The Order of the Socialist Republic of Romania First Dass (Rumania)
- Star of the Socialist Republic of Romania First Dass With Ribbon (Rumania)
- Order of Al-Hussein Bin Ali (Yordania)
- Darjah Kerabat Mahkota (Brunei Darussalam)
- Knight Cross of the Order of the Bath (GCB) (Inggris)
- Satyaleneana Pahlavi (Iran)
- Grand Cordon of the Supreme Order of the Chry--santhenum (Jepang)
- Medali dari Pemerintah Pakistan (Pakistan) Nisham I (Pakistan)
- Grand Collar de la Orden Americana de Isabel la Catolica (Spanyol)
- Collar de La Order Del Libertador (Venezuela)
- From Rice Imforter to Self Sufficieney (berhasil di Bidang SwaSembada Beras FAO)
- Golden Order of Merit (IAAF)
- Medali Emas Avicenna (UNESEO)
- The United Nations Population Awward (Berhasil di Bidang KB) (The Population
- Institute Global Statesman Award)
- Health for all Gold Medal (Berhasil di Bidang Kesehatan-WHO)
- The "Spirit of Helen Keller" Award (Helen Keller Intemational)
Dekat Dengan Mahasiswa
Keberhasilan Pak Harto dalam menumpas G30S/PKI pada tahun 1965, tentu saja berkat dukungan dari, rakyat dan mahasiswa yang secara serentak bersatu padu menjadi sebuah kekuatan besar lahimya Orde Baru.
Gerakan mahasiswa yang kemudian dikenal dengan sebutan Angkatan 66, tentu saja tak bisa pula dilepaskan dari kedekatan Pak Harto dengan pelbagai eksponen mahasiswa. Nama-nama seperti Cosmas Batubara, Arief Rachman Hakim (alm), Abdul Gafur, Arief Budiman, Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi, Husni Thamrin, dan masih banyak lagi tokoh mahasiswa lainnya, bersatu langkah dan bergandengan tangan dengan Pak Harto. Waktu itu, demontsrasi puluhan ribu mahasiswa baik itu terdiri dari KAMI (Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia) dan juga KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia) bersama-sama rakyat, dengan lantang menyuarakan aspirasi mereka yang terkenal dengan sebutan Tritura (Tiga tuntutan rakyat) yaitu: bubarkan PKl, bersihkan Kabinet dari unsurunsur G-30-S/PKI dan turunkan harga/perbaikan ekonomi. Karena itu Angkatan 66 sesungguhnya adalah juga awal jejak Orde Baru. Awal kiprah dari seorang sosok pimpinan yang bemama Pak Harto. Karena itu Orde Baru dan Pak Harto adalah sebuah kesatuan yang tak terpisahkan. Perubahan besar dan mendasar bagi rakyat dan bangsa Indonesia mulai dilakukan sejak Orde Baru di bawah kepemimpinan Pak Harto.
Falsafah Hidup Pak Harto
Dalam kehidupannya, karakteristik Pak Harto kental diwamai filosofi Jawa, khas Indonesia yaitu : ilmu padi, ilmu teladan, ngewongke dan keseimbangan. Ilmu padi, sangat menonjol pada diri Pak Harto, makin berisi makin menunduk, makin berilmu makin merendah dan tidak banyak omong. Setiap orang yang bertemu dengan Pak Harto
Ada kharisma dan kewibawaan yang memanear pada dirinya. Karena ia adalah seorang pemimpin negara yang paling senior, paling lama, tetapi kalau berbicara sangat merendah, meskipun bukan berarti tidak percaya pada diri. Pak Harto selalu menghargai orang lain dan tidak mau mempermalukan orang di depan
umum. la memiliki tepo sliro yang tinggi. Prinsip harmoni dan keseimbangan merupakan prinsip yang selalu ia pegang teguh. Selain itu perlakuan Pak Harto terhadap semua orang sama, tidak mengenal status, kaya atau miskin. Semua di wongke. Sebagai contoh, Pak Harto selalu mau mendengarkan langsung keluhan para petani, nelayan dan pelbagai lapisan rakyat lainnya. Termasuk juga orang-orang yang berada di sekelilingnya, para pembantunya, menteri, ajudan, staf dan lain sebagainya. Semuanya selalu didengarkan oleh Pak Harto. Sebab bagi Pak Harto, semua manusia itu pada dasamya sama karena Tuhan memeang meneiptakan manusia sama, yang lahir dengan telanjang, mati dan dikuburkan lalu semua akan
terpulang kepada-Nya. Mengenai kehidupan sendiri, seperti yang diwariskan turun temurun, Pak Harto percaya pada istilah Eling, Percaya, Mituhu yang artinya hendaknya manusia harus selalu sadar, ingat, percaya dan patuh kepada Tuhan agar kita memperoleh ketenangan bathin dan kejemihan pikiran di dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Karena itu melihat sosok Pak Harto, pertama-tama haruslah dilihat sebagai seorang anak dari sebuah desa kecil di Jawa, seorang yang patuh terhadap agama, seorang Islam yang soleh dijiwai tradisi kebudayaan Jawa. Jadi, ia rak hanya bisa dilihat dari aspek material, melainkan juga dari aspek keagamaan dan spiritual yang melingkupi dirinya.
Falsafah hidup yang diwamai filosofi Jawa itu selalu dipegang Pak Harto. la sangat memegang ajaran-ajaran itu bahkan dalam keseharian, Pak Harto memang tampak menjalankannya.
Tokoh Yang Mau Belajar
Siapa pun sulit menduga, setelah bangsa ini porak poranda di tahun 1965-1966 sebagai warisan dari Orde Lama, baik secara politik, sosial dan ekonomi. Betapa tidak, pada tahun tahun itu laju inflasi meneapai 650 %. Karena itu, berbagai langkah atau solusi memang langsung dilakukan oleh Pak Harto. Salah satunya adalah dengan melakukan langkah: mulai dari rehabilitasi politik ke rehabilitasi ekonomi.
Pada masa-masa awal jabatan, misalnya, Pak Harto lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar kepada para teknokrat, cendikiawan, ahli ekonomi. Bahkan, sejumlah ahli dan pakar ekonomi direkrut untuk mengatasi krisis ekonomi ini. Ada namanama seperti Emil Salim, Ali Whardana, Frans Seda, Soemitro Djojohadikusumo, Widjojo Nitisastro, Radius Prawiro, Moh. Sadli dan Subroto.
Pak Harto sendiri sering turun ke lapangan untuk berkomunikasi langsung dengan rakyat, untuk melihat langsung, bahkan kerapkali dengan cara menyamar sebagai rakyat biasa
guna melihat kondisi rakyat yang sesungguhnya. Sehingga dia tahu persis, apa sesungguhnya kebutuhan rakyat itu. Semuanya ini dilakukan Pak Harto untuk belajar memahami rakyat dan menemukan kiat untuk menjalankan pembangunan nasional yang sesuai dengan karakter bangsa ini. Semua ini menunjukan bukti bahwa Pak Harto adalah seorang pemimpin yang mau belajar kepada siapa saja. Padahal pendidikan formal Pak Harto hanya sampai sekolah menengah atas (Les/kursus SMA) di Semarang, ijasah itu-pun diambil ketika ia sudah menjadi Kepala Staff Kodam Diponegoro tahun 1957, karena bagi Pak Harto "tak ada tua
untuk belajar". Selain seorang yang rajin dan mau belajar, Pak Harto juga seorang yang ulet dan pekerja keras. Pekerjaan pertama Pak Harto adalah pembantu klerk bank desa di Wuryantoro, sebelum kemudian memasuki Sekolah Kader di Gombong. Dari seorang Kopral di tahun 1940 hingga berpangkat Jenderal di tahun 1966, semua jabatan militer dan kepangkatan dijalani Pak Harto secara setahap demi setahap.
Mencintai Petani
Karena ia lahir dari keluarga petani, maka perhatiannya kepada para petani dan desa tidak perlu diragukan. Kendati Pak Harto menjadi pemimpin tertinggi atau orang nomor satu di Indonesia ketika itu, Pak Harto tidak pemah lupa pada rakyatnya - rakyat kecil yang sebagian besar adalah petani. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai kegiatan yang selalu dilaksanakan lebih berorientasikan kepada pembangunan di sektor pertanian, termasuk juga upaya mensejahterakan para petani.
Pak Harto tetap mempunyai komitmen kuat terhadap kehidupan rakyat banyak. Ia sangat dekat dengan petani. Misalnya, di tengah kesibukannya yang padat dan melelahkan, Pak Harto masih sempat melakukan kunjungan ke daerah-daerah, melakukan tradisi tatap muka sambil melakukan dialog dengan rakyat kecil seperti petani. Salah satunya melalui kelompecapir, sebuah kegiatan berupa tanya jawab dengan petani yang rutin dilakukan Pak Harto. Disini tampak Pak Harto sangat menguasai masalah disamping ia sangat senang dan menikmati dialog dan pertemuan dengan para petani itu. Rasanya kebiasaan Pak Harto melakukan tatap muka langsung dengan rakyat, khususnya para petani di pedesaan, setiap kunjungan ke daerah merupakan keteladanan yang sangat menarik. Sangat positif bagi penerus bangsa generasi muda. Kita diingatkan dengan mata terbuka, bahwa rakyat kecil tetap merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan berbangsa, bemegara dan bermasyarakat. Mereka tetap mempunyai eksistensi, mempunyai peranan serta menjadi bagian dari bangsa kita yang perlu memperoleh sentuhan perhatian langsung.
Memang berbagai tugas yang dijalankan Pak Harto ketika menjabat sebagai Presiden sungguh sangat berat, namun karena ia begitu meneintai petani, maka Pak Harto tetap ringan menjalankannya. Itu karena Pak Harto sangat meneintai rakyat, yang antara lain adalah para petani Indonesia. Tak hanya itu, kepribadian Pak Harto yang merakyat juga tampak dari berbagai aktifitas dan kegiatannya selama ia menjadi Presiden.
Prioritaskan Pertanian dan Rakyat Pedesaan Sebagai anak yang tumbuh dan besar di desa, Pak Harto sangat memahami sulimeya kehidupan keluarga petani. Terbatasnya lahan, rendahnya tingkat produksi, membuat kehidupan mayoritas rakyat Indonesia --petani-- jauh dari sejahtera.
Melihat kondisi ini dan juga sebagai "balas budi" kepada para petani yang ikut berkorban dalam perang merebut dan mempertahankan kemerdekaan Pak Harto memprioritaskan pembangunan di sektor pertanian. Secara strategis sektor ini juga menjadi kunei bagi pemenuhan kebutuhan pangan rakyat, sekaligus merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar rakyat. Sektor pertanian yang tangguh akan mendukung pembangunan di sektor-sektor lain.
Berbagai prasarana untuk menunjang pembangunan sektor pertanian segera disiapkan. Misalnya, pembangunan irigasi dan perhubungan, juga para petani dilatih tentang metode pertanian maju sehingga mereka bisa meningkatkan produksi. Teknologi pertanian diperkenalkan dan disebarluaskan kepada para petani melalui kegiatan penyuluhan. Penyediaan sarana penunjang, seperti pupuk, diamankan dengan membangun pabrik-pabrik pupuk. Para petani dimodali dengan kemudahan memperoleh kredit bank. Pemasaran hasil panen mereka dijamin dengan kebijakan harga dasar dan pengadaan pangan. Hal ini menunjukkan konsistensi Pak Harto dalam usahanyameningkatkan produksi beras, dan menganjurkan keluarganya untuk memberi contoh.
Temyata strategi kebijakan Pak Harto yang mendahulukan pembangunan sektor pertanian, membuahkan hasil yaitu : tercapainya swasembada beras, dan meratanya hasilhasil pembangunan sehingga semakin berkurang rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Pada tahun 1984, misalnya, Indonesia meneapai swasembada beras. Ini sebuah titik balik, karena tahun 1970-an, Indonesia dikenal sebagai negara pengimpor beras terbesar di dunia. Bersamaan dengan itu, tercipta lapangan kerja dan sumber mata peneaharian bagi jutaan petani, sekaligus memperkuat ketahanan nasional di bidang ekonomi, khususnya pangan. Dengan demikian rakyat Indonesia tidak lagi kekurangan pangan. Kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat lainnya, seperti perbaikan gizi, pelayanan kesehatan, KB, pendidikan dasar, air bersih dan perumahan, disediakan secara merata. Juga dilanearkan program-program Inpres Desa Tertinggal, Keluarga Sejahtera, dan makanan tambahan bagi muridmurid sekolah didesa-desa tertinggal. Dan hasilnya, program tersebut berhasil menurunkan secara tajam jumlah penduduk miskin. Dari 70 juta jiwa atau 60 persen dari jumlah penduduk di era 1970-an menjadi 26 juta atau hanya 14 persen, pada tahun 1990-an. Peningkatan pendapatan petani yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia, merangsang tumbuhnya daya beli mayoritas penduduk Indonesia, merangsang tumbuhnya berbagai industri kebutuhan rakyat. Pak Harto juga begitu memperhatikan rakyat terutama rakyat di pedesaan. Semua kebijakan yang dilakukannya demi dan untuk rakyat. Salah satu contohnya, ketika seorang menteri memberi masukan agar di hari sabtu, kantor-kantor diliburkan untuk efisiensi dan efektifitas, Pak Harto tampaknya keberatan. Namun ketika ada masukan dari salah satu pembantunya yang lain bahwa, hari sabtu libur bukan karena untuk efisiensi dan efektititas melainkan agar warga kota bisa datang ke desa untuk berbelanja dan orang desa dapat menjual hasil desanya berupa sayur, buah, ikan, kerajinan tangan, dan lainlain, Pak Harto segera menyutujui usulanitu karena memang untuk kepentingan rakyat terutama rakyat dipedesaan.
Hal ini membuktikan bahwa Pak Harto begitu peduli dengan rakyat kecil di desa. Dengan demikian ia berharap rakyat di desa juga dapat meningkatkan penghasilan dan pendapatan mereka dan orang kota dapat membelanjakan uangnya di desa, sehingga akan mengurangi kesenjangan ekonomi antara desa dan kota. Tokoh Yang Sederhana
Barangkali tidak banyak orangyang mengetahui, bahwa Pak Harto adalah sosok tokoh yang sangat sederhana. Tidak suka pada kemewahan, dan tak pemah berlebih-lebihan. Dan hal itu dikemukakan dengan gamblang oleh sejumlah ajudannya. Dalam kesehariannya, biasanya Pak Harto hanya menge-nakan sarung kotak-kotak berwama putih, yang motif kotak-kotaknya sudah banyak yang hilang karena aus, dan
kaus putih polos yang tidak bisa dikatakan baru, karena ada yang berlubang dibagian ketiak. Pak Hartobiasanya bangun pukul Setengah lima pagi, kemudian sembabyang subuh, dan kemudian ayah dari tiga putra dan tiga putri yang menguasai bahasa Jawa, Indonesia, Belanda dan Inggris yang lidak pemab menunda pekerjaan ini menyelesaikan pekerjaan - terutama surat-surat - yang belum rampung malam harinya. Pak Harto bekerja sampai pukul cname pagi kemudian berolahraga Sebentar, kemudian sarapan. "Sarapan" kemudian adalah media massa. Hampir seluruh media massa domestik dibaca Pak Harto.
Bisa dikatakan Pak Harto baru benar-benar memiliki waktu untuk bekerja dikediaman. Karena dikantor biasanya disibukkan oleh acara menerima tamu negara dan acara-acara protokoler lainnya, sejak beliau berangkat ke kantor pukul delapan pagi sampai pukul dua sore hari. Sembayang zuhur dan makan siang biasanya dilakukan di kantor. Seminggu tiga kali, jika tidak sedang dinas ke luar negeri atau tidak enak badan. Pak Harto biasanya berolahraga golf, salah satu olahraga kesenangannya Pakaian golf pun juga sederhana. Bahkan tidak jarang terlihat Pak Harto mengenakan celana yang bagian belakangnya sudah aus.
Sembahyang ashar biasanya Pak Harto lakukan di kediaman, setelah itu menyelesaikan pekerjaan kantor ditemani singkong rebus dan minum kopi atau teh yang dibuat oleh Pak Harto sendiri. Kemudian ia melakukan sembahyang magrib, dan dilanjutkan bekerja lagi sampai pukul setengah tujuh malam, ketika beliau berhenti untuk menyimak warta berita dari televisi swasta dan TVRI sampai sekitar setengah delapan malam. Dari setengah delapan sampai pukul sembilan biasanya Pak Harto menerima tamu yang tidak tertampung di kantor. Pukul sembilan beliau menyimak warta berita dari TVRI. Baru sekitar setengah sepuluh malam ia makan malam. Itu pun dengan menu yang sama sederhananya dengan menu pagi dan siang hari. Pukul sepuluh, bekerja lagi sampai pukul satu malame di kamamya yang kecil dan sederhana, ditemani buku dan berkas-berkas, lampu baca yang harganya murah. Bahkan tanpa perangkat berteknologi tinggi.
Cerita itu mengundang simpati. Pettamea, bahwa memang benar Pak Harto melaksanakan pola hidup sederhana seperti yang dikampanyekan sendiri olehnya. Begitu sederhananya, bahkan di luar perkiraan rakyat banyak, bahwa Presidennya yang mengurus negara sedemikian besar dan kompleks, sehari-harinya hanya mengenakan sarung dan kaus yang sudah aus, makannya dengan nasi sedikit, tempe, sayur dan ikan kering. Bahkan kopi atau teh pun Pak Harto memilih untuk menyeduh sendiri. Kedua, sebagai orang yang
sudah sepuh, menanggung beban pekerjaan yang begitu banyak, tetapi masih dapat membagi waktu untuk istirahat walau pun hanya sedikit.
Kemudian satu hal lagi, ruang kerja Pak Harto di rumahnya terbilang sangat kecil untuk ukuran seorang Presiden. Ada kesan sempit, walau tertata apik. Dan di ruang kerja yang kecil inilah kebiasaan Pak Harto berbineang serius dengan para tamunya. Sosok Yang Kebapakan Pak Harto seorang pemimpin yang berwibawa dan kebapakan. la dapat menempatkan diri layaknya seorang bapak, yang mau mendengar, sabar dan bijaksana dalam memberi saran, nasihat ataupun teguran. Sikap kebapakan yang berwibawa dalam diri Pak Harto dapat dirasakan oleh semua orang yang pemah bertemu dan berhubungan dengannya,
Termasuk juga Abdullah Puteh-mantan Gubemur D.I. Aceh, misalnya. Puteh mengatakan dalam diri Pak Harto terpanear kewibawaan yang luar biasa, katanya :
"Saya bertemu Pak Harto pertama kali saat saya menjadi Ketua KNPI, saya terkesan, temyata Pak Harto sungguh berwibawa. Kewibawaan beliau terlihat dari ketenangan dan cara memandang. Pak Harto bisa menempatkan dirinya seperti ayah kepada anaknya. Padahal, sebelumnya kami tak pemah bertemu. Dan kesan kebapakan itulah yang saya rasakan ketika bertemu dengan beliau". Bukan hanya Abdullah Puteh, temyata hampir seluruh ajudan, para menteri, para tokoh masyarakat, ormeas generasi muda dan rakyat kecil-pun menilai hal yang sama. Sebagai pembina Pramuka, misalnya, kesan sebagai "Bapaknya Pramuka Indonesia" ini sangat menonjol pada Pak Harto. Karena Pak Harto tahu, Pramuka adalah wadah pertumbuhan generasi muda yang baik.
Pak Harto adalah seorang yang berwibawa dan miliki sifat kebapakan. la mau mendengarkan semua masukan dari orang lain dengan sabar. Ada kharisma yang kuat dalam diri Pak Harto. Sosok kebapakan yang berwibawa yang dimiliki Pak Harto memang telah dirasakan bangsa Indonesia. la juga selaiu memberi pelbagai pengarahan yang positif dan optimistis kepada generasi muda.
Pribadi Yang Merakyat
Sejak menjadi Presiden RI, Pak Harto enggan pindah ke Istana Merdeka, dan tetap menempati rumah pribadinya di Jalan Cendana No.8, Jakarta Pusat. Pak Harto juga dikenal sangat akrab dengan anak, isteri dan keluarga, serta tetangganya. la selalu menyempatkan diri untuk bertemu dengan orang-orang disekitar kediamannya. Pak Harto memang selalu hidup merakyat, sebagaimana umumnya warga bangsa Indonesia. Tak hanya itu sebagai pribadi yang merakyat, Pak Harto terlihat sederhana misalnya : Pak Harto tidak suka pesta dan kurang menyenangi jamuan makan malam resmi yang berlebihan bila kunjungan ke luar negeri. Sarapan pagi Pak Harto pun sederhana, yang pasti ada tempe, ikan kering dan nasi yang sangat sedikit. Ulang tahun di kalangan keluarga Pak Harto juga selalu dirayakan dirumah dengan tumpeng sekedamya, dan
mengundang hanya beberapa kerabat dan sababat dekat saja. Contoh sikap merakyat lainnya dari Pak Harto, ia gcmar turun langsung ke pelbagai daerah pelosok di pelbagai pedesaan. Menyamar menjadi orang biasa, agar dapat melihat dari dekat dan bersatu dengan rakyat, bingga dapat meresakan kehidupan masyarakat secara langsung. Ini karena apa. Tak lain karena Pak Harto menyadari bahwa dirinya juga berasal dari rakyar kecil di pedesaan. Hidup bergelimang kemewahan bukanlah ciri dan karakter kepribadian Pak Harto.
Disini jelas terlibat, walau menjadi orang nomor satu di In-donesia, Pak Harto tetap hidup apa adanya dan selalu merakyat, Sederhana dan tidak berfoya-foya. la selalu berempati pada rakyat Indonesia. Termasuk juga, Pak Harto tidak mau memanfaatkan jabatannya unruk anak-anak dan keluarganya. Itulah sebabnya kenapa anak-anak Pak Harto tidak mau menjadi pegawai negeri atau pejabat? karena seandainya menjadi pejabat araupun pegawai negeri akan mempengaruhi sesama pejabat atau sesama pegawai negeri karena
orangtuanya adalah presiden. Karena itu, hampir Semua anak-anak Pak Harto terjun menjadi pengusaha. Namun barus diakui, keberhasilan usaha anak-anak Pak Harto dalam bisnis-pun sebenamya masih belum ada artinya jika dibandingkan dengan para pengusaha Indonesia lainnya seperti Suryowono Wijoyo, Shamsul Nur Salim, Prayoga Pangcstu, Hartono, Eka Cipta, Ciputra, Murdaya, Sukanto Tanoto, Muchtar Ryadi, Burhan Urai, dan masih banyak lagi pengusaha Indonesia yang telab berhasil. Bisnis anak-anak Pak Harto, bolehjadi kekayaannya tak ada 1 prosen pun dibanding dengan para taipan dan konglomerat
Indonesia di atas itu.
Demikian juga dengan saudara-saudara dan keluarga besar Pak Harto yang berjumlah 30 orang 12 saudara sekandung Pak Harto dan 9 orang sepupu, kemudian ditambah 9 orang lagi dari pihak keluarga Bu Tien— tidaklah ada yang menjadi pejabat karena Pak Harto. Bahkan dari jumlah sebanyak 30 orang itu, hanya 2 orang yang berhasil menjadi pengusaha sukSes, yakni Probosutedjo (adik kandung Pak Harto) dan Sudwikatmono (saudara sepupu Pak Harto). Keberhasilan keduanya pun terbilang karcna kerja keras dan
keuletan mereka, bukan karena fasilitas ataupun pemberian hak istimewa dari Pak Harto. Sementara saudara-saudara Pak Harto yang lain hanya menjadi karyawan biasa, pegawai biasa, dan juga pengusaba biasa saja. Tak ada yang menonjol.
Hobi Memancing dan Beternak Sapi
Sebagai manusia biasa, tentu saja Pak Harto juga memiliki hobi sebagaimana lazimnya manusia lain. Memaneing dan betemak sapi adalah dua hobi yang paling disukainya selain olahraga yang lain.
Pada hari-hari libur, Pak Harto pergi ke laut untuk memaneing atau ke Tapos. Inilah hobi Pak Harto. Jika pergi memaneing, bisa berjam-jam lamanya, dan dengan sabar Pak Harto menunggui ikan-ikan memakan umpannya. Dan kalau sudah kena, dengan gesit pula Pak Harto menarik tali paneingnya. Selain memaneing, Pak Harto juga seringkali pergi kepetemakan sapinya di Tapos, Ciawi, Bogor. Melihat sapi-sapinya, dan ikut pula merawameya. Lantas, jika Pak Harto mengundang tamunya ke Tapos, dengan lugas, jelas, dan panjang lebar ia bisa menjelaskan soal bagaimana betemak sapi. Bagaimana memelihara sapi dari kecil hingga beranak pinak. Bahkan Pak Harto tidak canggung pula ikut memerah susu sapi. Selain itu dalam hal olahraga, Pak Harto juga gemar sepak bola, tenis, dan golf. Dalame kesenian, dan yang paling digemari adalah tari-tarian, gending, dan seni suara.
Kegemaran beliau yang lain adalah berkuda dan berburu. Dari banyaknya hobi Pak Harto, jelas terlihat Pak Harto adalah seorang yang penyabar. la mau saja berjam-jam menunggu. Juga, Pak Harto adalah orang yang sangat menguasai masalah. Sebagai misal, dalam masalah petemakan sapi di atas, dia adalah orang yang tahu banyak mengenai betemak sapi. Juga, tahu banyak mengenai pertanian. Dan siapa pun yang pemah bertemu dengan Pak Harto di petemakan Tapos, Bogor, dengan seksama ia bisa meneeritakan secara detail masalah bagaimana betemak sapi dengan baik dan benar.
Prinsip "aja kagetan, aja gumunan, aja dumeh"
Pak Harto selalu memegang prinsip aja kagetan, aja gumunan dan aja dumeh. Prinsip ini sejak kecil sudah tertanam pada diri Pak Harto. Artinya, kita sebagai manusia jangan mudah terkejut, jangan mudah heran dan jangan mentang-mentang. Apa yang telah didapat Pak Harto, memang tidak membuameya lupa diri. Bahkan hal itulah yang selalu ia tanamkan kepada keluarga. Menurumeya, prinsip "aja kagetan, aja gumunan dan aja dumeh" ini harus ditanamkan kepada semua orang, terutama bagi mereka yang percaya terhadap kekuasaan Tuhan YME. Kerendahatian mestilah dimiliki oleh semua orang yang bertakwa. Bahkan Pak Harto juga pemah berkata ; "Saya di rumah, di antara istri dan anak-anak merasa sebagai seorang biasa saja, hanya
secara kebetulan diberi kepercayaan oleh rakyat untuk memimpin negara ini sebagai Presiden."
Ditegaskannya, Pak Harto juga selalu mengingatkan keluarga dan anak-anaknya. "Kamu jangan selalu menemepatkan diri seolah-olah keluarga atau anak Presiden. Jabatan Presiden hanya berlaku lima tahun. Kalau sudah lima tahun, kamu itu hanya anaknya Soeharto dan ibu Harto, bukan anak Presiden lagi". Pak Harto menyadari, jika berpegangan pada jabatan sebagai Presiden, lalu ia lupa diri, maka itu tidak wajar. Sebab jabatan Presiden hanya lima tahun. Karena itu Pak Harto selalu berprinsip; Ojo dumeh jadi Presiden.
Sosok Yang Mencintai Keluarga
Pak Harto adalah manusia biasa. Dia adalah seseorang yang sangat menyayangi dan meneintai keluarga, istri dan anak-anaknya. Kecintaannya kepada sang istri Ibu Tien Soeharto sangat luar biasa. Bagi Pak Harto, Ibu Tien adalah sumber kekuatan dan energi. Hal ini tampak jdas ketika Ibu Tien wafat pada hari Minggu pagi, 28 April 1996. Pak Harto seakan kehilangan energi karena setelah ia menikah, Ibu Tien adalah orang yang paling dihormati dan dicintainya. Ibu Tien bagi Pak Harto adalah mitra untuk saling bertukar pikiran dan berbagi. Begitu juga terhadap anak-anaknya. Pak Harto sangat menyayangi mereka. Misalnya saja terhadap Tommy (Hutomo Mandala Putra). Tommy yang saat menjalani hukuman di LP Batu, Pulau Nusa Kambangan, Jawa Tengah, yang walau telah tua, letih dan tertatih tetap saja dibesuk oleh Pak Harto ke sana, pada 5 Mei 2003. Karena betapapun Tommy adalah anak kandungnya.
Kunjungan pertamanya Pak Harto ke Nusa Kambangan untuk menjenguk Tommydilakukan 30 Oktober 2002, dua bulan setelah Tommy dipindahkan dari LP Cipinang, Jakarta. Ketika itu Pak Harto datang ke Nusa Kambangan didampingi putranya Sigit Harjoyudanto. Pak Harto menyeberang melalui dermaga khusus Wijayapura di Cilacap menuju dermaga Sodong di Nusakambangan dan selanjumeya menuju LP Bafu, yang jaraknya sekitar tujuh kilometer dari Sodong. Pak Harto yang kelihatan lemah itu dipapah oleh Sigit setiba di LP Batu sekitar pukul 11.30 Pertemuan bapak dan anak itu berlangsung di ruang besuk. Untuk menuju ruang pertemuan yang harus menuruni tangga, Pak Harto tetap dipapah Sigit. Tommy yang mengenakan kaos dan celana olahraga berwama putih tampak bahagia menyambut kedatangan Pak Harto.
Tommy menyambut kedatangan ayahnya dengan melakukan sungkem dan beberapa saat saling berpelukan untuk melepas kangen. Sambil memeluk anaknya, Pak Harto menepuknepuk punggung Tommy dengan telapak tangannya. Bapak dan anak itu berpelukan cukup lama. Sangatlah mengharukan adegan tersebut.
Pak Harto yang kelihatan lemah karena usianya yang makin tua dan masih sulit berbicara, sempat menanyakan kesehatan serta kegiatan apa saja yang dilakukan anaknya selama di LP. Pak Harto juga menasehati Tommy untuk tetap tabah dan tawakal serta rajin beribadah dalam menghadapi cobaan berat ini.
Itulah Pak Harto, ia begitu meneintai keluarganya, terbukti walaupun tertatih, ia tetap mengunjungi anaknya. Kecintaan dan perhatian Pak Harto kepada keluarga istri dan anak-anaknya memang memberi kesan penuh kasih sayang yang berlebihan. Namun, itu adalah wajar. Bahkan kecintaannya pada Bu Ticn, Sebuah mesjid di TMII diberi nama mesjid At - Tien. Dan Pak Harto sering melakukan sholat Jum'at di sana.
Peraturan Pemerintah No.10 Pak Harto lahir dari keluarga yang tidak bahagia. Kedua orangtuanya bercerai. Karena itu, sebuah rumeah tangga yang harmonis dan sejahtera merupakan harapan dan keinginan Pak Harto, termasuk juga di dalamnya hubungan suami isteri yang tentram dan terkendali. Anda tentu masih ingat dengan yang namanya PP 10? Adapun isi PP 10 itu mengatakan, bahwa setiap pejabat tidak diperbolehkan memiliki istri lebih dari satu. Bila itu terjadi, maka dia harus inundur dari jabatannya. Dan memang PP 10 inilah (yang konon pula dicetuskan oleh Ibu Tien Soeharto) yang diterapkan padarezim Pak Harto, dan tidak tanggung-tanggung Pak Harto segera memecat pejabatnya jika temyata melanggar PPlOtersebut. Dan itu pun memang dilakukan oleh Pak Harto. Beberapa pejabat pemerintah yang diketahui mempunyai isteri lebih dari satu, atau menikah lagi (padahat sudah punya isteri yang sah) diberhentikan dari jabatannya. Lahimya PP 10 ini tak lain adalah merupakan saran dari Ibu Tien Soeharto yang mengatur agar pegawai negeri tetap beristeri satu, dimana hal ini juga merupakan bagian dari keluarga bereneana. Keluarga yang mendahulukan hamoni rumah tangga dan memungkinkan hidup sejahtera dan tentram.
Jadi pada sisi lain, PP 10 ini tak lain dan tak bukan, adalah juga merupakan program KB (Keluarga Bereneana) yang terselubung agar keluarga Pegawai negeri dan pejabat hidup tentram, tereneana dan sejahtera. Jangan ada gejolak dl dalamnya. Memang Ibu Tien mempunyai peran penting dalam keluarga. Sebagai isteri Pak Harto, bukan saja dia menjadi isteri dan ibu rumah tangga bagi anak-anaknya, tetapi juga
menjadi ibu bagi keluarga dan adik-adik Pak Harto, keluarga dari pihak Pak Harto baik dari adik-adik satu ibu maupun satu ayah selalu memperoleh perhatian dan kasih sayang yang sama dari Ibu Tien. Bahkan Bu Tien lah yang memelihara dan meenanggung hidup adik-adik
Pak Harto yang sudah tidak lagi mempunyai ayah dan ibu lagi.5 Bahkan sejak Pak Harto baru menikah dengan Bu Tien, masih berpangkat rendah ketika di Yogya, ada sebuah kamar tersendiri disediakan bagi adik-adik Pak Harto. Perhatian Ibu Tien terhadap keluarga Pak Harto memang luar biasa. Dan kesan ini begitu mendalam. Bahkan Probosutedjo dan adik-adiknya mealah menganggap Ibu Tien adalah ibu kandung mereka. Malah, setelah Pak Harto dan Bu Tien tinggal di Jakarta, di Jl. H. Agus Salim, Probosutedjo sendiri sering diingatkan oleh Bu Tien agar cepat berumah tangga dan cepat memperkenalkan isterinya kepada Bu Tien. Namun Probo sendiri bertekad, nanti setelah ia bisa mandiri dan sukses, baru kemudian memperkenalkan isterinya kepada Bu Tien. Seorang Yang Humanis Tak banyak orang yang mengetahui, bahwa Pak Harto seorang yang humanis. Hanya orang-orang dekatnya yang tahu persis bagaimana Pak Harto. Sebagaimana dikemukakan oleh Siswono Yudohusodo, mantan pembantu Pak Harto dalam Kabinet Pembangunan: "Kesan saya yang mendalam tentang Pak Harto, adalah bahwa beliau itu sangat humanistis. Saya teringat ketika dipanggil perrama kali oleh beliau untuk diangkat sebagai Menpera, tanggal 21 Maret 1988. Saya diminta ke Cendana rumah Pak Harto, di kamar kerja beliau yang kecil itu. Sebelumnya saya sudab dua kali di panggil beliau. Pertama tabun 1978, ketika beliau menugasi saya untuk memugar makam Bung Karno di Blitar." "Sejak saat itu saya kira-kira tiga kali menghadap beliau untuk membicarakan ide-ide beliau mengenai desain dan menerjcmahkan gagasan beliau tentang makam Bung Karno itu dengan filsafatnya ke dalam gambar kerja. Desain makam Bung Karno itu ide Pak Harto, saya tinggal mewujudkannya dalam bentuk fisik. Kedua, dipanggil lagi ke Cendana untuk memugar makam Bung Hatta." "Sebingga pada waktu dipanggil ke Jalan Cendana itu, saya pikir makam siapa lagi yang akan dipugar. Saya kira makam Pak Adam Malik, tetapi temyata saya ditugasi Sebagai Menteri Negara Perumahan Rakyat".
Dengan ketenangan sikapnya Pak Harto memang tak mudah diterka apa yang ada di dalam pikirannya. Namun, apa yang dipikirkan itu selalu muneul dengan penuh pertimbangan yang matang Sebelumnya. Demikian pula keputusan-keputusan atau kebijakan yang akan diambilnya. Pertimbangan itu juga selalu ia Sesuaikan dengan kapasitas orang-orang yang berhadapan dengannya. Lebih lanjut Siswono mengungkapkan; Sebagaimanusia, Pak Harto juga sangat supel. Beliau juga memiliki prinsip-prinsip yang dipegangnya secara teguh dan tidak bisa didikte orang. Prinsip-prinsip yang beliau pegang itu mengenai nilai-nilai yang sangat tinggi yang baru kemudian dapat diterima oleh banyak orang. Sebagai salah satu contoh, adalah ketika di tahun 1967, Pak Harto didesak oleh banyak orang untuk memahmilkan Bung Karno. Beliau bilang tidak. Belakangan orang mulai menerima, ya lebih baik ridak.
Pak Harto memang sangat menghargai Bung Karno. Pak Harto tak ingin memperlakukan Bung Karnodengan semena mena karena jasa Bung Karno sangat besar bagi Republik ini. Tanpa Bung Karno, tak mungkin proklamasi dan kemerdekaan RI terwujud. Bung Karno adalah pendiri Republik ini, dan itu tak bisa diingkari. Termasuk juga oleh Pak Harto yang sangat menghargai Bung Karno, dan tak pemati mau mengungkit-ungkit kesalahan prokolamator itu.
Tokoh Yang Memperhatikan
Memang Pak Harto adalah seorang yang selalu memperhatikan, bahkan ia tak pemah menyakiti orang lain. Hal ini juga diungkapkan oleh Moerdiono, mantan Mensekneg yang cukup lama mengikuti Pak Harto. Katanya; "Selama 30 tahun lebih saya mengikuti Pak Harto, saya tahu bahwa leadership Pak Harto sangat kuat. la sama sekali tidak pemah ngerasani (membicarakan) orang lain, saya belum pemah mendengar Pak Harto membicarakan orang lain. Pak Harto lebih banyak memperhatikan dan sangat menghargai lawan bicaranya. Beliau tidak pemah berburuk sangka kepada orang lain. Saya benar-benar banyak belajar dari Pak Harto". Dengan ketenangan sikapnya, Pak Harto tak pemah membicarakan hal-hal yang negatif tentang orang lain. Dia lebih sering mendengarkan dan memperhatikan. Walaupun tidak sependapat, ia tak pemah langsung menolak mentah-mentah. Pak Harto juga pandai menyembunyikan perasaannya. Karena itu orang susah menerka perasaan Pak Harto, karena dari luar air mukanya tampak tenang dan bersahaja. Bahkan, senyumnya selalu mengembang sedemikian rupa. Dan senyum itulah yang merupakan ciri khas dari Pak Harto, yang selalu diingat setiap orang, rakyat Republik Indonesia .
Tokoh Yang Legowo
Memang Pak Harto adalah seorang sosok pemimpin yang legowo. Dia ikhlas mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Meski siapa pun tahu, jika Pak Harto mau menggunakan kekuatan dan kekuasaannya, tentu saja ia akan mampu meredam gejolak yang ada. Namun saat itu, ia tidak mau menggunakan kekuatan bersenjata melawan mahasiswa dan kehendak rakyat. Pak Harto lebih suka memilih mengundurkan diri. Pagi hari, Kamis, 21 Mei 1998 sekitar pukul 10:00 pagi di ruang upacara Istana Merdeka, yang lazim ketika itu disebut ruang kredensial, Pak Harto menyampaikan pidato Pernyataan Berhenti Sebagai Presiden Republik Indonesia. Dalam pidatonya yang terakhir itu, Pak Harto antara lain menyatakan : "Saya telah menyatakan reneana pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan VII. Namun demikian kenyataan hingga hari ini menunjukkan
Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud, karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap reneana pembentukan Komite tersebut. Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara yang sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi." "Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik. Oleh karena itu, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945 dan setelah dengan sungguh-sungguh memperhatikan pandangan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dan pimpinan Fraksi-Fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini, pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998.
Hening, haru, dan meneekam saat Pak Harto menyatakan berhenti sebagai Presiden. Namun, keikhlasan memang tampak jelas dalam raut wajahnya. Ada ketenangan yang luar biasa. Raut wajahnya tetap seperti biasa. Tak ada kesan panik ataupun emosional. la memang seorang pemimpin yang ikhlas dan tidak pemah mementingkan diri sendiri, melainkan memeentingkan agar bangsa ini tidak tercabik-cabik dan terpecah belah, lebihlebih dalam bentuk pertumpahan darah. Demikian. Selepas membacakan teks pengunduran diri itu, dengan ditemani puteri sulungnya, Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut) dan Saadillah Mursyid, Pak Harto melambaikan tangan meninggalkan Istana Merdeka pulang ke kediaman di Jalan Cendana 8. Ketika sampai di kediaman, sebelum duduk di ruang keluarga, Pak Harto mengangkat kedua belah tangan sambil mengucap: "Allahu Akbar. Lepas sudah beban yang terpikul di pundakku selama berpuluh-puluh tahun." Kemudian, putera-puteri dan keluarga menyalaminya.
Dan seperti apakah detik-detik menjelang pengunduran diri Pak Harto? Malam itu, sekitar pukul 22:15 hari Rabu 20 Mei 1998 itu, Pak Harto mempersilakan Saadillah Mursid duduk di sebelahnya. Kursi hanya ada satu, di situ Pak Harto duduk. Lalu
Saadillah dipersilahkan menggeser puff, sebuah tempat duduk empat persegi, agar bisa lebih dekat dengan.Pak Harto. Maka setelah hening sejenak, kemudian Pak Harto mengatakan dengan lirih : "Segala usaha untuk menyelamatkan bangsa dan negara telah kita lakukan. Tetapi Tuhan rupanya berkehendak lain. Bentrokan antara mahasiswa dan ABRI tidak boleh sampai terjadi. Saya tidak mau terjadi pertumpahan darah. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk berhenti sebagai Presiden, menurut Pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945." Lalu, kepada Saadillah sebagai Menteri Sekretaris Negara, diminta untuk mempersiapkan empat hal. Pertama, konsep 'Pernyataan Berhenti dari jabatan Presiden RI'; Kedua, memberitahu pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat bahwa permintaan pimpinan DPR untuk bertemu dan melakukan konsultasi dengan Presiden akan dilaksanakan bari Kamis, 21 Mei 1998 pukul 09:00 di ruang Jepara Istana Merdeka; Ketiga, memberitahu Wakil Pres'iden BJ Habibie agar hadir di Istana Merdeka hari Kamis tanggal 21 Mei 1998 pukul 09:00 dan agar siap untuk mengucapkan Sumpab Jabatan Presiden di hadapan Ketua Mahkamah Agung; Reempat, memohon kehadiran Ketua Mahkamah Agung di Istana Merdeka bari Kamis 21 Mei 1998 pukul 09:00 Wib. Sadillah pun segera memberitahukan Pimpinan DPR, Wakil Presiden dan Ketua Makamah Agung memalui telepon. Malam sudah larut menjelang tengah malam. Lalu, bersama-sama stsf, Saadillah segera mulai melakukan penyusunan naskah Pernyataan Berhenti Presiden. Setelah mendapatkan pokok-pokok dan arahan, Bambang Kesewo, waktu itu wakil sekretaris kabinet, dan Soenarto Soedharmo, ketika itu asisten khusus menteri sekretaris negara, mulai menyusun konsep awal. Sementara Yusril Ihza Mahendra, ketika itu pembantu asisten (Banas) Menteri Sekretaris Negara, memberikan masukan-masukan terutama dari segi hukum tata negara. Konsep disusun secara bersama-sama, sebagaimana layaknya suatau pekerjaan staf. Bukan hasil kerja orang perorangan. Setelah konsep diteliti dan dikoreksi beberapa kali, pada pukul 03.00 menjelang subuh tanggal 21 Mei 1998, maka naskah Pernyataan pengunduran diti itu telah siap untuk diajukan melalui prosedur yang sudah baku pada
Sekretariat Negara. Konsep yang sudah diketik rapi diserahkan kepada Ajudan. Kemudian ajudan menaruh naskah itu di meja kerja Presiden. Sementara itu patut dicatat, sehari sebelum pengunduran dirinya menjadi Presiden RI, di dalam sebuah pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat, ketua fraksi, dan lain lain, Pak Harto sempat melontarkan pertanyaan : "Seandainya saya mengundurkan diri, yang menggantikan saya apa bisa menyelesaikan semua masalah ini?"
Pertanyaan itu bukanlah membuktikan bahwa Pak Harto tidak mau turun dari jabatannya sebagai presiden, sebaliknya, ia sangat khawatir dengan keadaan dan kondisi bangsa Indonesia seandainya ia tidak lagi menjadi Presiden. Habibie sendiri selaku Wakil Presiden, sebelumnya pemah ditanyai Pak Harto mengenai kesanggupannya untuk menggantikan dirinya, namun segera dijawab oleh BJ Habibie bahwa ia tidak sanggup. Namun sehari sebelum pengunduran diri Pak Harto, BJ Habibie mendatangi Pak Harto dan menyatakan sanggup memikul beban sebagai Presiden RI menggantikan Pak Harto. Dan hingga sekarang Pak Harto memang terkesan diam. Tidak pemah memberikan reaksi atau komentar terhadap berbagai fimeah dan tuduhan negatif kepada dirinya. Pak Harto cenderung ikhlas. Termasuk juga ia ikhlas ketika dalame keadaan krisis ekonomi 1998, Pak Harto ditinggalkan begitu saja oleh para pembantunya (baca: menteri-menteri). Pak Harto memang Orang yang ikhlas, dan memilih diam ketimbang mempersalahkan orang lain. Malah, ia berpeng-harapan semoga krisis berbagai masalah bangsa dan negara segera dapat teratasi sebagaimana yang terjadi di Korea Selatan, Thailand, Malaysia dan beberapa negara di Amerika Latin yang juga mengalami krisis moneter, mengingat SDA (Sumber Daya Alam) Indonesia akan jauh lebih baik dan Orde Baru telah merintis sebuah jalan untuk membangun bangsa yang benar-benar maju dan sejahtera. Walau akhimya kini, semua orang tahu, setelah Pak Harto lengser, keadaan justru tidak menjadi lebih baik dari sebelumnya. Bahkan banyak rakyat yang semakin menderita karena situasi masih terombang-ambing. Situasi sosial, ekonomi, dan politik yang belum lagi stabil. Mikul Dhuwur Mendhem Jero
Kepemimpinan Pak Harto, tentu saja dilandasi oleh cara pikir dan cara pandangnya sebagai orang Jawa, yang sarat dengan filosofi Jawa. Sikap seorang anak petani yang berlatar belakang budaya Jawa ini Selalu menjiwai setiap tutur kata dan tindakannya. Awal mula dari mikul dbuwur mendem jero yang dilakukan Pak Harto adalah setelah kejadian G30S/PKI, ketika itu rakyat meminta Bung Karno untuk membubarkan PKI.
Desakan itu juga yang membuat Pak Harto mendesak Bung Karno untuk Segera membubarkan PKI, tetapi Bung Karno tetap ridak mau membubarkan PKI dengan alasan NASAKOM. Hingga suatu hari Bung Karno bertanya kepada Pak Harto, katanya: "Haraku iki arep koapake." (Har, aku inimau kau apakan ?)
"Saya ini anak petani. Anak tani itu kepandaiannya cuma, sok nek gede biso mikul dhuwur mendemjem", jawab Pak Harto. "Opo bener koe iku ngono ?" (Apa benar kamu begitu?) tanya Bung Karno lagi.
Pak Harto menangguk.'Ta, boleh dibuktikan, Pak" Mikul dhuwur, artinya harus menghormati orang tua dan menjunjung tinggi nama baik orang tua. Sedangkan Mendhem jero, artinya segala kekurangan dan kesalahan orang tua tidak perlu ditonjol-tonjolkan, apalagi ditiru. Kekurangan itu harus dikubur sedalamdalamnya supaya tidak kelihatan. Bahkan harus ada rasa maaf yang tulus.
Memang, Pak Harto sendiri sangat menghormati Bung Karno. Tak ada kebeneian dan dendam kepada Bung Karno. Banyak orang yang salah duga, temyata Pak Harto sangat menghormati Bung Karno. Dan hal ini pulalah yang pemah dilakukan oleh Pak Harto terhadap Bung Karno, yang dianggap oleh sebagian besar rakyat pada awal Orde Baru, harus menerima hukuman yang setimpal. Artinya, Bung Karno harus diproses
Pengadiian, harus di Mahmilubkan. Demikian banyak tuntutan waktu itu, namun tidak pemah dilakukan oleh Pak Harto dengan dalih : Mikul DhuwurMendhemJero tadi. Mikul dhuwur Pak Harto kepada Bung Karno memang nyata yaitu dengan menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal dan UUD yang dicetuskan Bung Karno dengan dekrit tahun 1959 yang menyatakan kembali kepada UUD 1945 dijadikan dasar pijakan dalam mengelola bangsa ini. Bahkan, Pancasila ajaran Bung Karno ini oleh Pak Harto dijadikan azas tunggal. Menjadi ideologi bangsa dan negara Republik Indonesia. Karena itu penghormatan Pak Harto kepada Bung Karno juga diwujudkan Pak Harto dalam bentuk membangun patung Bung Karno di Gedung Proklamasi, pemberian nama Bandara Soekarno-Hatta, bahkan dibuatkannya Lembaran uang seratus ribuan dengan gambar Bung Karno. Selain itu tak satupun hasil karya Bung Karno, termasuk juga berbagai benda koleksi Bung Karno yang tidak dipeliharanya dengan baik, termasuk juga benda seni koleksi Bung Karno, sebagaimana yang ada di berbagai istana, ataupun warisan dari Bung Karno lainnya. Semua ini tak lain merupakan penghormatan Pak Harto kepada Bung Karno, bapak proklamator Indonesia. Sementara itu Mendhem Jero yang dilakukan Pak Harto terhadap Bung Karno adalah dengan tidak pemah mengungkapkan ataupun membeberkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Bung Karno misalnya saja ketika peristiwa G 30S/PKI, dimana Bung Karno tidak berada di Istana melainkan di Halim tempat latihan pemuda rakyat dan gerwani dan jelas yang meneulik tujuh jenderal adalah cakrabirawa dan komandan pengawal Bung Karno sendiri. Pak Harto juga tidak pemah mengungkit-ungkit hal-hal buruk tentang Bung Karno, termasuk juga yang bersifat pribadi dari tokoh proklamator itu
Demikian pula kenapa Bung Karno tidak dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata, sesungguhnya ini adalah permintaan pribadi Bung Karno sendiri kepada Pak Harto. Bung Karno meminta kepada Pak Harto, kelak ia minta dimakamkan di sebuah kuburan di bawah pohon besar yang rindang dan dekat dengan orangtuanya. Dan memang karena di Taman Makam Pahlawan Kalibata tidak ada pohon besar yang rindang, maka ketikaBung Karno wafat, dimakamkan di bawah pohon rindang di dekat makam orangtuanya di Blitar, Jawa Timur. Bahkan Pak Harto membuatkan sebuah batu nisan besar di sana. Sementara itu, setelah Bung Karno terguling banyak orang beranggapan bahwasanya orang-orang Bung Karno disisihkan. Namun sesungguhnya hal itu tidak benar. Justru Roeslan Abdul Gani, "orang setianya" Bung Karno diberi kepercayaan penuh oleh Pak Harto. Mulai dari menjadi Duta besar, staf ahli, sampai kemudian menjadi ketua BP7 dan juga salah seorang penasihat Pak Harto.
Sikap Pak Harto yang selalu mikul dbuwur mendem jero kepada Bung Karno memang dapat dirasakan, bahkan oleh anak-anak Bung Karno sendiri. Terbukti, saat berbagai hujatan datang kepada Pak Harto, putri pertama Bung Karno, Megawati Soekarnoputri, 1 Juni 1998 mengingatkan kepada kader dan simepatisannya: "Jangan hujat Pak Harto". Bukan hanya Bung Karno, satu contoh lagi yang patut diketahui,
tentangpemberiangrasipadaSoebandrio, OemarDhani dan Soetarto, yang dikenal sebagai tokoh-tokoh yang terlibat dalam G30 S/PKI dan gugumya 7 jenderal AD. Pak Harto sudah memikirkan hal itu sejak tahun 1993, tetapi beliau baru iii*'mberikan tepat pada hari ulang tahun ke 50 Indonesia Merdeka, sebagai saat yang istimewa buat mereka. Memperkokoh Pancasila dan UUD 1945 Memang, sikap Pak Harto menjunjung tinggi dan menghargai peran orang tua, dan para pemimpin sebelumnya tercermin tatkala menghadapi masalah Bung Karno. Pak Harto benar-benar menjunjung tinggi ajaran dan warisan Bung Karno, Pancasila dan UUD 1945, yang tetap dijadikan dasar negara. Karena memang Bung Karno yang telah meletakkan fondasi sebuah negara merdeka yang dipersatukan oleh Pancasila sebagai ideologi negara. Bukan oleh ideologi yang lain. Kenapa harus Pancasila yang digunakan Pak Harto tak lain, karena Pak Hato melihat Indonesia adalah sebuah negara yang sangat majemuk, heterogen, dengan penuh aneka suku, bahasa, dan juga budaya. Karena itu, Pancasila tak lain adalah sebagai alat pemersatu untuk menjawab kemajemukan bangsa. Pemersatu untuk membangun NKRI sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bahkan Pak Harto menerjemahkan ideologi dan dasar negara itu dalam kehidupan nyata. Bagi Pak Harto, demi tegaknya NKRI yang namanya Pancasila tidak bisa ditawar-tawar lagi. Demikianlah, maka dalam melaksanakan pembangunan nasional, ditetapkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan pembangunan Nasional, karena : Pancasila menurut Pak Harto adalah sebagai landasan idiil pembangunan nasional, berarti
Pancasila menjadi satu-satunya asas bagi kehidupan sosial-politik dalam pembangunan yang tengah dan akan terus berlangsung. Ini berarti Pancasila harus diamalkan dan dihayati semua lapisan masyarakat bangsa Indonesia. Menurut Pak Harto, Pancasila sebagai landasan idiil secara pokok mempunyai pengertian
sebagai berikut :
- Pancasila adalah falsafah dan ideologi bangsa dan negara Indonesia. Falsafah atau pandangan hidup manusia adalah kaidah berfikir dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai sumber hukum. Hukum sebagai norma tertulis atau tidak tertulis yang menuntut penurutan setiap warga masyarakat, harus bersumber kepada.
- Pancasila. Pancasila sebagai hakekat, sifat dan kedudukan serta fungsinya sebagai pokok kaedah yang fundamental dari negara, harus tercermin pada semua Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku.
- Pancasila sebagai way of life bangsa. Cara hidup bangsa Indonesia, termasuk prinsip dan tingkah lakunya harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Ini berarti Pancasila menjadi tolak ukur moral setiap warga negara Indonesia secara pribadi atau sebagai bangsa. Karena itu, Pak Harto menetapkan dan menegaskan.
- Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara. Sebuah keputusan nasional yang dianggapnya teramat penting dan mendasar. Ini mengingat pula kemajemukan bangsa dan budaya Indonesia. Maka tak lain, Pancasila adalah alat pemersatu bangsa. Sedangkan Pembukaan UUD 1945 menurut Pak Harto, merupakan jiwa, prinsip dasar dan tujuan kemajuan bangsa Indonesia. Dalam peringatan Isra'Miraj di Masjid Istiqlal, 19 Desember 1995, Pak Harto juga menegaskan :
- Pancasila merupakan landasan hidup Idta bersama dalam bermasyarakat, berbangsa dan bemegara yang dapat diterima dan disepakati oleh semua golongan dan semua kelompok masyarakat kita yang majemuk"
- Pancasila yang ajaran Bung Karno itu ditetapkanlah menjadi satu-satunya azas tunggal bagi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Ini mengingat untuk memperkokoh NKRI.
Sosok Yang Nasionalis
Pak Harto sangat nasionalis dalam mengelola dan memikirkan kepentingan bangsa dan negara ini. Lebih mementingkan harga diri negeri sendiri. Sebagai contoh, Peristiwa di tahun 1992 sewaktu Pemerintah Indonesia memutuskan bantuan IGGI. Dimeana PakHarto dengan tenang memutuskannya. Pak Harto tak bisa menerima orang-orang IGGI ketika datang ke Indonesia, mengatur sana-sini laksana pimpinan dan pemilik kebun jaman Belanda kepada tukang kebunnya. Keputusan itu diambil Pak Harto bukan karena kita tidak perlu, kita memang masih sangat memerlukannya. Tetapi kita melindungi harga diri yang lebih penting.
Hal yang sama dulu juga pemah dialami oleh Bung Karno, tetapi dengan reaksi dan impresi yang berbeda. Bung Karno lebih terkesan emosional, ketika beliau menyatakan "Go to hell with your aid" kepada Amerika Serikat. Tetapi Pak Harto berbeda, ia lebih tenang, halus dan tidak pemah langsung terbuka berbicara mengenai hal itu. Peristiwa yang amat penting bagi pemerintahan Belahda ketika Ratu Beatrice, Ratu Belanda datang ke Indonesia. Dan kedata-nganriya pun diatur agar bulan Agustus, sekaligus dapat memperingati HUT RI pada tanggal 17 Agustus. Ini karena dulu Belanda tidak mengakui 17 Agustus sebagai Hari Kemerdekaan RI. Belanda hanya mengakui Desember 1949 sebagai hari penyerahan kedaulatan. Jiwa nasionalisme Pak Harto memang sangat tinggi. Kemajemukan bangsa dilihat Pak Harto sebagai sebuah dinamika kekuatan nasional tersendiri. Dengan semangat kesatuan dan persatuan, NKRI merupakan sebuah kekayaan sosial budaya yang senantiasa tetap dipertahankan. Begitulah Pak Harto dalam berpikir. Sama halnya ketika Pak Harto selalu mengenakan batik kemana-mana, dalam pelbagai acara, baik di dalam maupun luar negeri. Ini artinya Pak Harto memang ingin menonjolkan ba-tik sebagai produk budaya bangsa kita yang membanggakan. Pun tentu saja tak lupa pula dengan peci atau kopiah hitamnya. Dan yang tak kalah menariknya, Pak Harto selalu menggemari dan menyempatkan dirinya menonton wayang, sebuah kebudayaan khas Indonesia.
Tak hanya itu, jiwa kebangsaan Pak Harto juga tinggi, buktinya Pak Harto selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam menghadapi tamu intemasional. Bukan karena tak bisa berbahasa Inggris, tetapi Pak Harto memang berupaya mengenalkan bahasa Indonesia kepada dunia luar. Hal serupa juga dilakukan oleh pemimpin Jepang, Cina, Thailand dan India, dan lain-lain dalam kaitan menonjolkan sikap nasionalisme mereka.
Menumpas G30S/ PKI
Salah satu jasa besar Pak Harto yang tak bisa dilupakan adalah ketika ia menumpas PKI. Berawal dari kejadian G-30/S-PKI. Sebuah pemberontakan yang didalangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tanggal 30 Sepetember 1965. Dimana ketika itu Letjen MEIA. Yani, Mayjen MEI Soeprapto, Mayjen MEIS. Parman, Mayjen MEI M.T Harjono, Brigjen MEI D.I Pandjaitan dan Brigjen MEI Soetojo serta Pierre Tendean (yang dikira Jenderal AH. Nasution) diculik dan dibunuh oleh PKI kemudian dimasukkan
ke dalam sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Disinilah terbukti bahwa PKI terlibat langsung dan mendalangi pembunuhan tersebut. Melihat itu, rakyat marah. Sebagai panglima MEI-AD ketika itu, Pak Harto didesak oleh rakyat dan mahasiswa untuk membubarkan PKI dan mengadili Bung Karno, karena Bung Karno sebagai presiden harus bertanggung jawab atas peristiwa pembunuhan itu.Tetapi Pak Harto tidak mau mengadili Bung Karno karena jasa Bung Karno sangat besar dalam kemerdekaan Indonesia. Pak Harto hanya meminta kepada Bung Karno untuk membubarkan PKI. Tetapi Bung Karno tidak setuju. Kemarahan rakyat terus meluap sampai-sampai rakyat berani membunuh orang-orang PKI. Keadaan Indonesiapun menjadi kacau. Melihat keadaan yang demikan, Pak Harto terus mendesak Bung Karno untukmembubarkan PKI tetapi jawab Bung Karno ketika itu: "Kamu kok mendesak saya terus untuk membubarkan PKI, saya kan sudah umumkan Nasakom dan hal itu sudah saya sampaikan pada pidato didepan PBB. Jadi hal yang tidak mungkin kalau saya barus membubarkan PKI, itu sama saja saya gagal dengan NASAKOM. Jadi saya tidak akan membubarkan".
Walau pun didesak oleh banyak pihak untuk membubarkan PKI, tetapi Bung Karno tetap saja tidak pemah mau. Berbagai upaya telah dilakukan Pak Harto untuk meyakinkan Bung Karno bahwa PKI itu berbahaya. Sampai pada 11 Maret 1966, keluarlah Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) yang diberikan Bung Karno kepada Pak Harto yang isinya pengembalian dan pemulihan keamanan berada di tangan Pak Harto. Setelah mendapat surat perintah itu, Pak Harto yang memiliki wewenang penuh dalam pemulihan keamanan segera membubarkan PKI, karena tak ada jalan lain, untuk mehgem-balikan dan memulihkan keamanan, adalah PKI harus dibubarkan. Setelah Pak Harto membubarkan PKI, akhimya keadaan pun terkendali. Langkah Pak Harto membubarkan PKI kemudian ditindaklanjuti oleh MPRS dalam bentuk menge-luarkan
TAP NoXXV/MPRS/1966 mengenai pembubaran PKI. Dimana dikeluarkan pernyataan PKI sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah negara RI. Termasuk juga larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan, mengembangkan paham atau ajaran komunisme/maneisme Leninisme.
Banyak kisah mengenai seputar peran dan keberadaan Pak Harto pada masa-masa genting pemberontakanG30S/PKI. Termasuk juga lolosnya Pak Harto dari usaha peneulikan dan pembunuhan PKI.
Pada waktu itu, demikian ungkap saksi sejarahProbosutedjo, ketika peristiwa G 30/S-PKI terjadi Pak Harto sedang berada di Rumah Sakit -RSPAD Gatot Soebroto. Menurut Probosutedjo, Pak Harto mengetahui telah terjadi penggerebekan dan peneulikan di rumah para Jenderal setelah Pak Harto pulang dari rumah sakit sekitar pukul lima pagi. Pak Harto tidur di rumah sakit menemani Ibu Tien, karena Tommy anaknya sedang dirawat disana. Tommy yang waktu itu masih berusia 4 tahun, masih sangat kecil, tersiram sop panas, dan harus segera dilarikan ke rumah sakit Gatot Soebroto. Dan Ibu Tien selalu menemani Tommy di rumah sakit, begitu juga dengan Pak Harto. Setibanya di rumah, setelah bermalam di rumah sakit, Pak Harto mendapat laporan bahwa telah terjadi penggerebekan dan peneulikan di rumah para jenderal oleh tentara cakrabirawa yang tak lain adalah para pengawal pribadi Presiden Soekarno. Hamid Gruno tetangga Pak Harto di Jl. Agus Salim juga melaporkan hal yang sama. Malam itu ia baru pulang dari night dub, ia mendengar suara tembak-tembakan dari rumah A. Yani dan A.H Nasution. la melihat tentara Cakrabirawalah yang disana. Setelah mendengar laporan-laporan itu, Pak Harto bersiap-siap, segera berpakaian dinas dan berangkat ke kantor. Ketika itu sekitar jam enam pagi. Melihat situasi itu, Tommy yang sedang di-opname di rumah sakit segera diungsikan ke tempat yang lebih aman, kerumah ajudannya, Wahyudi di daerah Kebayoran, walau hanya satu hari bersama dengan Ibu Tien.
Tanggal 1 Oktober, ada pernyataan dari Dewan Revolusi yang dipimpin dan diketuai oleh Letkol Untung, salah satu anak buah Brigjen Sabur Komandan Cakrabirawa. Diumumkan oleh Dewan Revolusi bahwa semua perwira-perwira Angkatan Darat supaya melapor kepada Dewan Revolusi, diumumkan pula "Pangkat yang paling tinggi dalampemerintahan hanya Letnan Kolonel. Jadi yang pangkameya sudah Jenderal harus turun menjadi Letkol." Pengumuman itu disampaikan melalui radio dan dikutip oleh koran. Maka pada tanggal 1 Oktober, semua surat kabar juga memuat berita tersebut. Tak hanya itu, banyak staf-staf A. Yani dan AH. Nasution ditangkap oleh Cakrabirawa, karena mereka berdua memang dikenal sebagai anti PKI, yang jelas-jelas menentang PKI di depan Bung Karno dan juga menentang Angkatan Kelima yang akan didirikan oleh PKI, demikian juga dengan Pak Harto. Namun Pak Harto tidak diculik karena malam itu Pak Harto memang sedang berada di rumah sakit, menemani Ibu Tien menunggu Tommy
yang sedang dirawat akibat trsiram sop panas. Setelah mengetahui adanya peneulikan dan pembunuhan oleh Cakrabirawa, Pak Harto berusaha meneari jejak. Ketika itu ada truk yang melintas di jalan dengan tetesan darah, mula-mula tujuannya ke Cijantung tetapi rupanya menuju arah Pondokgede. Pak Harto terus melacak dan berkoordinasi dengan yang lain, terutama dengan Pak Umar dan Komandan RPKAD, Sarwo Edhi yang ditugaskan melacak. Informasi yang didapat, Pak Yani dan para jenderal lainnya dibawa ke arah Lubang Buaya. Pada waktu itu juga, Pak Harto meneari Bung Karno, karena ia tidak tahu kemana Bung Karno.
Baru pada tanggal 2 Oktober, ajudan Bung Karno dari Angkatan Laut datang melapor ke Pak Harto, karena pada saat itu semua jenderal diharuskan melapor kepada Pak Harto agar ada koordinasi. la mengatakan bahwa Bung Karno ada di Halim. Pak Harto berkata, "Tolonglah katakan bahwa agar selekasnya kembali ke Istana. Karena Halim akan kita grebek, akan diadakan pembersihan". Karena disana adalah tempat latihan pemuda rakyat dan gerwani. Tapi Bung Karno tidak mau kembali, pun pada saat ditemukannya jenazah para jenderal yang diculik itu, Bung Karno masih berada di Halim. Mayor C.I Santoso, anggota RPKAD yang ditugaskan khusus untuk melacak daerah Lubang Buaya melihat kejanggalan pada tanah bekas cangkul-cangkulan, tanah itu bersih dan tidak ditanami rumput. Padahal di sekitamya banyak ditumbuhi rumput. Setelah diteliti terlihat tanah tersebut bekas galian dan tercium bau mayat dari dalam. Setelah dilihat, temyata betul jcnazah-jenazah mereka dimasukan ke dalam lubang sumur tua di daerah lubang buaya. Semua jenazah jadi satu ditumpuk dalam sumur tua itu. Akhimya pembongkaran berlangsung sampai tanggal 3 Oktober. Kemudian pada tanggal 4 Oktober jenazah-jenazah itu dibawa, di semayamkan dan dimakamkan pada hari berikutnya. Iring-iringan jenazah para jenderal itu ke Makam Pahlawan dipimpin oleh Letjen Jati Koesumo. Rakyat semua keluar menyaksikan hal itu. Melihat itu, rakyat marah kepada Bung Karno karena tahu bahwa yang meneulik itu adalah para pengawal Bung Karno yaitu para tentara Cakrabirawa. Komandan Cakrabirawa seperti Sabur, dan kolonel Untung adalah otak di balik G30S/PKI.
Memang Pak Harto sendiri sejak lama sudah menentang PKI. Bahkan pada tahun 1964, di dalam perjuangan Dwikora, justru Pak Harto melihat lebih berbahaya PKI ketimbang menentang berdirinya negara Malaysia. Sebagai Wakil Panglima Dwikora, Pak Harto menyatakan bahwa yang berbahaya bagi Indonesia sesungguhnya bukanlah karena berdirinya negara Malaysia, tetapi tumbuh dan berkembangnya organisasi PKI (Partai Komunis Indonesia) yang selalu menuntut untuk dibentuknya angkatan Kelima, yakni diluar Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian. Dimana dalam konsep dan strategi PKI, yang namanya kaum buruh dan tani haruslah dipersenjatai hingga menjadi sebuah Angkatan Kelima.
Bapak Pembangunan
Salah satu Ketetapan MPR tahun 1983, mengukuhkan pemberian gelar Bapak Pembangunan Indonesia kepada Pak Harto. Pertimbangannya antara lain, rakyat Indonesia menerima dengan rasa syukur kepemimpinan dan kenegarawanan yang arif dan bijaksana dari Pak Harto. Sebagai pemimpin bangsa maupun sebagai Presiden/Mandataris MPR, Pak Harto telah berjuang menyelamatkan, menegakkan dan melaksanakan Pancasila dan UUD '45, baik dalam kehidupan kenegaraan maupunkemasyarakatan.
Pertimbangan lain, keberhasilan Pak Harto mengembangkan stabilitas nasional yang mantap dan dinamis serta makin kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa. Karenanya meembuka ruang yang lebih luas bagi serangkaian pembangunan ekonomi yang tereneana dan terarah dalam Pelita demi Pelita untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera, lahir dan batin. Pembangunan Nasional itu dibagi dalam beberapa tahap pembangunan jangka menengah atau Pembangunan Lima Tahun (pelita). Pembangunan Nasional yang meliputi segala bidang ini bertujuan untuk mengejar keterlambatan modemisasi bangsa, untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur, lahir dan batin, sesuai dengan Pancasila bagi seluruh bangsa Indonesia.
Keberhasilan Pak Harto dalam membangun bangsa dan negara dapat dirasakan oleh seluruh lapisan measyarakat. Rakyat merasakan hasil pembangunan, terutama dengan terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan kebutuhan dasar lainnya. Demikian, maka melalui MPR rakyat mem-berikan gelar itu karena sudah menyaksikan dan merasakan banyaknya perubahan di dalam kehidupan mereka, hasil dari kegiatan pembangunan di segala bidang, terutama kehidupan ekonomi yang terus membaik, berbeda jauh dibandingkan masa-masa sebelumnya. Bahkan banyak tokoh masyarakat yang mengakui hal itu, di antaranya, ulama besar mendiang Prof. Hamka, saat itu, menyatakan pemberian gelar tersebut kepada Pak Harto menurumeya sangat tepat. Sebab, kata Buya Hamka lagi, memang dalam era di bawah kepemimpinan Pak Harto lah pembangunan ini dimulai dan dilaksanakan.
Harus diakui, bukan hanya dalam aspek ekonomi dan stabilitas nasional saja yang menjadi fokus perhatian Pak Harto, namun di sektor pendidikan pun Pak Harto telah melakukan langkah yang berani dan kongkrit, yakni dengan mengedepankan duniapendidikan. Pak Harto telah melakukan "Reformasi pendidikan" sejak ia mulai meneanangkan pembangunan di segala bidang. Beda halnya dengan saat sekarang ini, dimana rakyat menuntut 20% anggaran biaya pendidikan, tetapi justru pemerintah belum mampu dapat melaksanakan ataupun mewujudkannya. Sementara itu, Pak Harto tanpa dituntut rakyat pun ia sesungguhnya sudah melakukannya sebagaimana kita lihat dalam bentuk kebijakan Inpres pendidikan, Inpres SD dan lain sebagainyanya, yang hasilnya kita saksikan dimana-mana di pelbagai pelosok pedesaan dibangun SD-SD inpres sebagaimana yang kita kenal sampai sekarang ini.
Memang, dengan kebijakannya dalam bentuk Inpres, Pak Harto melakukan semua ini tanpa harus dituntut rakyat, karena sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk meningkatkan dunia pendidikan di tanah air disamping Pak Harto sendiri menilai pendidikan bagi rakyat itu sangat penting dan harus dilakukan dengan penuh pereneanaan yang berkesinambungan, mulai dari pusat sampai ke daerah-daerah. Selain itu dibangunnya ribuan SD Inpres di pelbagai pelosok daerah, tak ketinggalan pula Pak Harto membangun Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Dan Posyandu ini pun bertebaran di pelbagai pelosok tanah air. Kemudian yang tak kalah pentingnya, guna meningkatkan hasil pertanian, termasuk juga penyaluran, permodalan, penyuluhan dibangun pula yang disebut KUD (Koperasi
Unit Desa) yang tujuannya sangat jelas yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Membangun Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) mulai dibangun pada tahun 1972 dan diresmikan 20 April 1975. Taman Mini merupakan suatu kawasan wisata budaya yang menggambarkan Indonesia yang besar dalam bentuknya yang kecil (sebuah miniatur) dimana berbagai aspek kekayaan alam dan budaya bangsa Indonesia yang diperagakan di areal seluas 150 hektar. Berekreasi ke TMII serasa mengelilingi Indonesia dengan membawa berbagai pemahaman tentang kebesaran tanah air Indonesia.
Pembangunan TMII digagas oleh Ibu Tien Soeharto, gagasan ini berupa keinginan atau cita-cita untuk membangkitkan rasa bangga dan tebalnya rasa cinta terhadap tanah airIndonesia. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana No.8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970.
Mulanya banyak pihak menentang keras reneana pembangunan TMII ini karena dianggap mubazir, membuang biaya, dan sama sekali tak bermanfaat. Namun kekerasan bati Bu Tien tetap mewujudkannya. Karena TMII adalah penting untuk masa depan bangsa, khususnya generasi ke generasi. Maka dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita. Kekokohan hasil proyek ini terbentuk berkat filsafat yang berpangkal pada amanatamanatPak Harto yang pada intinya ialah keseimbangan usaha pembangunan fisik dan ekonomi dengan pembangunan mental spiritual. Filsafat inilah yang menjadi batu pijakan pembangunan dan pengembangan Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah".
Ada lima aspek dan prospek yang dijadikan baik pijakan pembangunannya maupunpandangan dalam pengembangannya, yaitu spiritual, pendidikan dan kebudayaan,ekonomi, dan kesejahteraan. Aspek dan prospek spiritual serta pendidikan dan kebudayaan tidak terlepas dari pandangan Pak Harto sebagaimana ia pemah kemukakan; "bahwa setiap usaha pembangunan ekonomi tidak mungkin dilakukan tanpa pembangunan mental, spiri-tual, rohaniah dan sosial".
Mengenai pendidikan dan kebudayaan Pak Harto ketika itu mengungkapkan bahwa "putra-putri Indonesia harus menyiap-kan diri sejak sekarang. Melatih diri dan mengasah otak belajar beror-ganisasi dan mulai membaktikan diri kepada masyarakat, meneintai alam dan bangsanya sendiri, bangga kepada kebudayaannya sendiri dan mau belajar halhal yang baik dari luar tanpa kebilangan kepribadian nasionalnya sendiri. Tahun 1986 di TMII diadakan penambahan sarana baru, antara lain: Istana Anak-Anak Indonesia, Taman Bunga, Keong Emas, Musium Asmat, Pusat Informasi Budaya dan Wisata serta Taman Among Putera. Bahkan musium Puma Bhakti didirikan diTMII. Dan kini, manfaat dari pembangunan TMTI yang diprakarsai oleh Pak Harto dan Ibu Tien (Alm) dapat dirasakan oleh semua rakyat hingga ke anak cucu. Sebab di TMII selain memper-kenalkan seni budaya bangsa, juga menjadi ajang rekrkreasi yang sehat bagi kita semua. TMII bukan hanya sebagai tempat rekreasi bagi warga bangsa dan wisatawan Asing, tetapi merupakan pusat kebudayaan Indonesia yang dapat kita banggakan. Dan siapakah kini yang tak merasakan betapa besamya manfaat TMII ini sekarang? Sungguh suatu ide yang berlian, tentunya. Yang dulu ditentang, kini malah dinikmati hasilnya oleh generasi penerus bangsa.
Taman Buah Mekarsari
Satu lagi karya besar yang ditinggalkan Bu Tien, isteri Pak Harto adalah Taman Buah Mekarsari. Taman buah ini juga dibanguti atas prakarsa Ibu Tien Soeharto yang dilandasi keinginan luhur yaitu meningkatkan harkat dan martabat kaum tani melalui pembangunan industri yang kuat dengan dukungan pertanian yang tangguh; dan mengangkat derajat buah-buahan Indonesia baik di dalam negeri maupun di mata dunia.
Gagasan pembangunan ini tentu saja karena Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati tropika terbesar di dunia, dan memiliki berbagai jenis buahbuahan yang khas dari segi citarasa, bentuk dan wama. Namun potensi itu belum sepenuhnya dimanfaatkan, baik untuk peningkatan kesejahteraan maupun pendapatan petani dan juga peningkatan gizi keluarga.
Seperti juga Pak Harto, Bu Tien mengharapkan menjelang era globalisasi produk buahbuahan lokal harus mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri, bahkan bila memungkinkan ikut bersaing dalam pasaran dunia.
Karena itu kehadiran Taman Buah Mekarsari sebagai salah satu Kebun Koleksi Plasma Nutfah Buah-buahan Tropis terbesar di dunia, menandai awal dari era kebangkitan buahbuahan Indonesia menuju masa keemasannya, dengan menggunakan Falsafah Lamtorogung yang merupakan simbol tanaman serbaguna, sebagai penyubur dan pelestari lingkungan dan pemenuh kebutuhan jasmaniah maupun rohaniah.
Taman Buah Mekarsari sebagai pusat pelestarian buah-buahan Indemesia (tropis) dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, budidaya, dan wisata secara terinei memiliki tujuan pokok :
- Menciptakan kebun hortikultura yang terdiri atas kebun buah, kebun sayur, dan tanaman hias.
- Memberikan altematif obyek wisata baru bagi wisatawan asing maupun domestik.
- Taman rekreasi hortikultura yang kelak dapat dikembangkan menjadi pusat studi hortikultura terutama bagi buah-buahan dan sayur-sayuran dataran rendah.
- Memanfaatkan potensi yang ada untuk pengembangan, penelitian, dan produksi, baik melalui pembinaan maupun pemberdayaan para petani,
- Meneiptakan lapangan kerja baru di lingkungan kecamatan Cileungsi.
- Memanfaatkan secara maksimum segenap potensi yang ada dengan azas pertimbangan keselarasan lingkungan tetap terjaga.
Taman Buah Mekarsari yang terletak di Jl. Raya Cileungsi-Jonggol Km.3 Cileungsi Bogor ini dibangun di atas areal bekas perkebunan karet di wilayah Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Luas areal seluruhnya 264 Ha, menghampar di desa Mekarsari, Dayeuh, Mampir, dan Cileungsi Kidul, berada pada ketinggian 70-80 meter di atas permukaan laut. Areal Kebun Buah 88 Ha, terdiri dari 5 blok (A-E) Areal Lansekap 20 Ha Rumah Plastik 12 unit seluas 3000 m2 berdiri di atas lahan seluas 2 Ha, menampung tanaman hidroponik, tabulampot, dan Melati Susunwangi. Kebun Sayur dan Sawah seluas 10 Ha terdiri dari aneka sayur-sayuran, palawija, padi darat (gogo) dan padi sawah. Kebun Bibit seluas 5 Ha sebagai pusat pembibitan tanaman buah dan tanaman hias. Danau Cipicung 20 Ha. Bangunan dan Sarana Jalan 20 Ha. Areal Pengembangan (yang digarap) 99 Ha. Membangun Transmigrasi Salah satu kebijakan strategis Pak Harto lainnya adalah Program Transmigrasi, yakni program yang berupaya dalam pemerataan penyebaran penduduk di dalam negeri.
Disamping membuka lapangan kerja, program transmigrasi juga ditujukan untuk membuka dan mengembangkan daerah produksi baru di luar Jawa dan Bali, terutama untuk membuka daerah pertanian yang baru. Program transmigrasi adalah program yang multi sektoral, meliputi aspek kependudukan (demografis), perpindahan penduduk,pendidikan, kesehatan, pemilikan lahan, Hankam, Pekerjaan Umum,
Pembangunan Daerah dan lain-lain Begitu pentingnya keberhasilan program transmigrasi ini, sehingga Pak Harto dengan Keppres 26/1978 menetapkan Badan koordinasi Penyelenggaraan Transmigrasi, yang melibatkan beberapa Departeman dan Lembaga-Lembaga Negara. Pemerintah mendorong terselenggaranya transmigrasi, baik transmigrasi umum (yang diselenggarakan dan di beayai Pemerintah) ataupun transmigrasi spontan (transmigrasi swakarsa, yaitu mereka yang membiayainya sendiri).
Kebijaksanaan umum pemerintah, ditujukan. kepada terlaksananya transmigrasi swakarsa yang teratur dalam jumlah yang sebesar-besamya untuk meneapai usaha :
- Peningkatan taraf hidup
- Pembangunan daerah
- Keseimbangan penyebaran penduduk
- Pemanfaatan sumber alam dan tenaga manusia
- Kesatuan dan persatuan bangsa, dan memperkuat ketahanan nasional.
Namun harus diakui, sisi lain dari program Transmigrasi sesungguhnya adalah menjadikan NKRI sebagai suatu wilayah bersama dari semua warga negara Indonesia. Setiap warga Indonesia berhak tinggal di seluruh wilayah NKRI karena pada hakekameya kita sudah menjadi suatu kesatuan. Tidak dibatasi oleh sekat-sekat kedaerahan atau primordialism. Keluarga Berencana
Hubungan pertambahan penduduk dengan tingkat kemakmuran yang hendak dicapai sangat erat. Dengan demikian, maka kebi-jaksanaan kependudukan yang tepat dan tereneana adalah merupakan salah satu kunei keberhasilan dari pembangunan nasional. Menurut Pak Harto, kenaikan produksi pangan yang besar tentu tidak akan banyak artinya jika pertambahan jumlah penduduk tidak terkendali. Karena itu pelaksanaan program keluarga bereneana sangat penting artinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesejahteraan keluarga. Karena itu, program kependudukan Keluarga Bereneana (KB) merupakan bagian integral dari pemebangunan nasional. Harus diakui, pada mulanya program KB ini memperoleh tantangan dari pelbagai kalangan masyarakat, yang senantiasa selalu terutama di Jawa menganggap bahwa "banyak anak itu banyak rejeki" Jadi, jumlah anak itu tak bisa dibatasi. Demikian juga sebagian kalangan alim ulama, sempat menentang dan menolak program KB yang semula mereka anggap bertentangan dengan nilai-nilai agama.
Namun, Pak Harto berulang kali menjelaskan, bahwa ini adalah demi kepentingan anak itu sendiri. Demi masa depan, dan membangun keluarga yang sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia. Demikian, setelah melewati sosialisasi dan kerja keras para Juru penerang, akhimya program KB dapat diterima oleh pelbagai kalangan masyarakat secara luas. Istilah cukup 2 anak saja, telah menjadi bagian semboyan yang tertanam di benak masyarakat. Program KB dikoordinasikan oleh BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Bereneana
Nasional) yang dibentuk tahun 1970. Program ini semula memang ditentang secara luas, namun
kemudian mendapat dukungan dari para pemuka agama dan masyarakat Indonesia sendiri. KB bukan lagi sebuah program yang dipaksakan pemerintah, tetapi menjadi popular di kalangan keluarga dan dilaksanakan atas kesadaran sendiri. Dalam meneapai strategi program kependudukan, ketika itu BKKBN menerapkan beberapa kebijaksanaan, yakni :
- Pengendalian kelahiran
- Penurunan tingkat kematian, terutama kematian ibu dan anak
- Perpanjangan harapan hidup
Untuk kelanearan program KB tingkat nasional, pada tahun ang-garan 1970/1971, Pemerintah Indonesia mulai memberi bantuan sebesar 1,3 juta dolar, dan 3 juta dolar AS dari para donatur asing. Bantuan terus meningkat dari tahun ke tahun, menjadi 34,3 juta dolar AS tahun 1977/1978.
Strategi yang diterapkan dalam Program Kependudukan dan Keluarga Bereneana adalah tercapainya jumlah penduduk yang serasi dengan laju pembangunan. Peserta KB secara kumulatif meningkat dari sekitar 1,7 juta orang pada akhir Repelita I menjadi sekitar 21,5 juta orang pada akhir Repelita V, atau naik 12,6 kali lipat. Program KB telah berhasil menekan laju pertambahan penduduk secara nyata serta meningkatkan kesejahteraan penduduk Indonesia.
Prestasi yang dicapai dalam program kependudukan dan keluarga bereneana ini mengundang rasa kagum UNICEF. Lembaga PBB yang menangani masalah anak dan pendidikan ini seperti dinyatakan Direktur Eksekutifhya, James P.Grant, memuji Indonesia karena berhasil menekan tingkat kematian bayi dan telah melakukan berbagai upaya lainnya untuk menye-jahterakan kehidupan anak-anak di Indonesia.
Data yang ada menyebutkan, pada Pelita III tingkat kematian bayi di Indonesia masih meneapai 100/1000 kelahiran. Namun kemudian menurun menjadi 70/1000 kelahiran pada Pelita IV dan pada tahun 1990-an bisa ditekan menjadi 50/1000 kelahiran. Perhatian Pak Harto terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat memang dilakukan secara terus menerus. la bahkan langsung turun ke lapangan. Pak Harto dan Ibu Tien (Alm) bahkan meminumkan sendiri cairan vaksin polio kepada bayi dan anak-anak Balita untuk menggalakkan program imunisasi polio di seluruh tanah air, sehingga Indonesia bebas polio, kala itu.
Dengan adanya Program KB ini, Pak Harto telah berhasil mengubahpersepsi:
"Banyakanakbanyakrezeki"menjadi: "Keluarga kecil bahagia." Pandangan hidup ini kini menjadi mendarah daging pada mayoritas masyarakat Indonesia, baik bagi yang sudah maupun belum menikah, walaupun awalnya mendapat tentangan. Atas keberhasilan pelaksanaan program Kependudukan dan KB, Pak Harto memperoleh Penghargaan Tertinggi PBB di bidang Kependudukan, atau disebut dengan UN Population Award. Penghargaan ini disampaikan langsung oleh Sekjen PBB javierde Cuellar di markas besar PBB di New York. Penghargaan tersebut diserahkan bertepatan dengan hari ulang tahun Pak Harto ke 68, tanggal 8 Juni 1989.
GN-Orang Tua Asuh
Sebagai pemimpin, Pak Harto sangat peduli kepada kemiskinan, anak-anak, dan keluarga tak mampu. Untuk itu, Pak Harto menggalakkan dan mencanangkan Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA) yang bertujuan untuk menyantuni anak-anak keluarga miskin agar tetap bisa bersekolah. GN OTA sendiri dicanangkan tanggal 23 Juli 1984, bertepatan dengan peringatan hari anak nasional.
Demikian pula dengan anak-anak keluarga yang terkena kerusuhan di pelbagai propinsi, maka Gerakan Nasional Or-ang Tua Asuh merupakan sebuah solusi untuk mengentaskannya. Dalam melaksanakan GN-OTA itu selain bekerjasama dengan pihak Pemda di seluruh Indonesia, juga bekerjasama dengan Yayasan Dharmais. Ada lebih 5.000 keluarga dan lebih 20.000 penghuni panti sosial yang dibantu, dan semua itu berlangsung hingga kini. Guna memberi contoh, Pak Harto sendiri dalam GN OTA ini mengambil sejumlah 50 anak asuh usia tingkat sekolah dasar dari keluarga yang tidak mampu. Hal ini diikuti pula oleh segenap jajaran keluarga Pak Harto.
Pola Hidup Sederhana Salah satu kebijakan Pak Harto guna meredam ketimpangan sosial dan ekonomi serta kecemburuan sosial, maka pada 5 Maret 1974, ia meneanangkan program Pola Hidup Sederhana dan melakukan Pembatasan Kegiatan Pegawai Negeri Dalam Usaha Swasta. Kebijakan itu juga tertuang pada Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 1974 tentang pembatasan kegiatan pegawai negeri dalam usaha swasta.
Peraturan yang kemudian dikenal sebagai ujud kebijaksanaan mengenai pola hidup sederhana tersebut melarang para Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/a (PGPS 1968) ke atas, anggota ABRI berpangkat Letnan Dua ke atas, pejabat dan isteri-isteri, untuk :
- Memiliki seluruh atau sebagian perusahaan swasta;
- Memimpin, duduk sebagai anggota pengurus stau pengawas suatu perusahaan swasta;
- Melakukan kegiatan usaha dagang, baik secara resmi maupun sambilan.
Dalam rangka kebijaksanaan "pola hidup sederhana" pada tanggal 5 Maret 1974 itu pula, Presiden menetapkan Keputusan Presiden No.10 Tahun 1974 tentang beberapa pembatasan kegiatan pegawai negeri dalam rangka pendayagunaan aparatur negara dan kesederhanaan hidup sehari-hari. Keputusan Presiden tersebut menetapkan :
- Larangan untuk memberikan pelayanan yang berlebihan kepada pegawai negeri, anggota ABRI atau pejabat yang berkunjung ke daerah, seperti penyelenggaraan resepsi, pesta, pemberian hadiah atau tanda mata dan lain-lain;
- Anjuran agar penyelenggaraan hari ulang tahun sesuatu Departemen Instansi dilakukan secara sederhana tidak dengan pesta-pesta, selamatan dan sebagainya dengan menghamburkan uang negara;
- Agar bagi pejabat-pejabat/instansi hanya disediakan kendaraan dinas yang sederhana sesuai dengan standar dan tidak menguasai/menggunakan kendaraan dinas yang tergolong mewah; juga dilarang seorang pegawai negero/pejabat menguasai.menggunakan kendaraan dinas dan rumah dinas lebih dari satu.
- Kewajiban utituk mendapatkan izin tertulis terlebih dahulu bagi pegawai negeri, anggota ABRI, pejabat dan isterinya yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri untuk keperluan pribadi;
- Larangan bagi pegawai negeri untuk memasuki tempat-tempat umum seperti perjudian, klab malam, pemandian uap, dan sebagainya
- Petunjuk agar penyelenggaraan perayaan yang bersifat pribadi, dilakukan secara sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
Mengenai kebijaksanaan pola hidup sederhana tersebut, dalam berbagai kesempatan Pak Harto menegaskan bahwa pola hidup sederhana bukanlah pola hidup anti kemajuan, pola hidup gaya melarat. Pola hidup sederhana adalah pola hidup hemat, wajar. Sebab pola hidup mewah, boros dan berlebih-lebihan bukan saja tidak sesuai dengan semangatpembangunan, tetapi mengurangi kesetiakawanan sosial.
Membangun Masjid di Bosnia
Selaku Ketua GNB, Pak Harto melakukan perjalanan bersejarah ke Bosnia yang sedang diamuk perang. Perjalanan ke Sarajevo, ibukota Bosnia Herzegofina, Maret 1995, memang penuh risiko. Namun tekad Pak Harto untuk berkunjung ke Bosnia sudah bulat. Perjalanannya ke Sarajevo setelah menghadiri KTT untuk Pembangunan Sosial di Kopenhagen, Denmark, dan kunjungan balasan ke Kroasia. Dalam referendum Mei 1991, paSea berakhimya kekuasaan komunis di negara-negara bekas Yugoslavia, Kroasia dan Bosnia, memutuskan menjadi negara yang merdeka.
Indonesia telah membuka hubungan diplomatik 'dengan kedua negara tersebut. Malah di Bosnia, Pak Harto membangun sebuah masjid yang awalnya akan dinamakan masjid HM Soeharto. Namun setelah ia lengser, nama itu kemudian ditolak oleh Pak Harto. Masjid tersebut- kemudian diresmikan oleh BJ Habibie, dan dibangun dengan dana bantuan pengusaha Indonesia, H. Probosutedjo yang juga ia duduk sebagai ketua Solidaritas Muslim Indonesia untuk Bosnia. Probosutedjo waktu itu menyumbang U$ 56.000 Tahun 1995, kawasan bekas Yugoslavia ini dilanda perang saudara yang njelibatkan pasukan Serbia-Kroasia dan Serbia-Bosnia. Kedua pihak mengerahkan pasukan dan persenjataan berat, termasuk serangan mortir dan artileri besar-besaran. Saat itu perang Balkan sedang menghangat.
Dalam penerbangan ini semua anggota rombongan sesuai ketentuan harus menggunakan rompi anti peluru dan menandatangani pernyataan menanggung segala risiko. Namun Pak Harto tampak tenang saja. Bahkan dia menolah secara halus penggunaan rompi ani peluru. Ini karena apa ? Karena Pak Harto percaya kepada Yang Maha Kuasa. Pak Harto melakukannya karena menyerahkan dirinya kepada kekuasan Allah.
Kekhawatiran bagi keamanan perjalanan Presiden RI ke Sarajevo, tidak saja ada di kalangan pejabat Indonesia, tetapi juga para staf PBB di Zagreb. Presiden Soeharto berada di Sarajevo sekitar dua jam dan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Bosnia Alija Izetbegovic. Ketika itu, Alija sangat mengharapkan Pak Harto mengambil peranan aktif untuk mengatasi kemelut yang melanda negerinya.
Perjalanan yang penuh risiko ini dilakukan Pak Harto karena komitmennya yang kuat selaku Ketua GNB, agar bisa membantu terciptanya perdamaian di kawasan Balkan. Pak Harto berupaya keras menghentikan konflik bersenjata yang menewaskan rakyat sipil, khususnya pembantaian muslim di Bosnia.
Dari peristiwa ini ada 3 hal yang melekat erat pada benak kita semua, yakni :
- Pak Harto adalah seorang pemimpin yang pemberani dalam melakukan perjalanan yang penuh resiko.
- Pak Harto bersama MUI membangun mesjid untuk umat Mus-lim di Bosnia
- membangun kebangaaan pada warga bangsa ini, khususnya bagi umat muslim
Indonesia dimana Pak Harto begitu peduli terhadap umat Muslim di belahan dunia lainnya, terutama Bosnia yang sedang konflik. Keberanian itu juga dibuktikan oleh Pak Harto ketika ia berkunjung ke Philipina pada saat negeri itu sedang dilanda gejolak pada 1986, karena sejumlah tentaranya, para perwiranya yang dipimpin oleh Kolonel Gregoria "Gringo" Honasan melakukan kudeta dan penyerbuan ke istana Malacanang. Tapi Pak Harto tak pemah menghiraukan kudeta itu, ia tetap saja berangkat ke Philipina.
Bahkan di saat kehadiran Pak Harto, justru terjadi suasana seperti geneatan senjata antara pemberontak dan pemerintah yang dipimpin Ny. Aquino. Bahkan, ada kabar para perwira itu memang tak mau melakukan aksinya karena segan dan hormat kepada Pak Harto.
Langkah Pak Harto di Bosnia dan Philipina, benar-benar mengangkat derajat bangsa dan negara Indonesia dimata dunia. Bahkan, Pak Harto dianggap sebagai seorang "big brother" di antara para pemimpin negara ASEAN karena peran dan kharisma yang dimiliki olehnya. Itu memang harus kita akui.
Swasembada Pangan
Pak Harto sadar betul bahwa bangsa kita adalah bangsa agraris yang mayoritas masyarakatnya hidup dan bekerja di bidang pertanian. Karena itu, pembangunan di sektor pertanian mendapat perhatian utama di era kepemimpinan Pak Harto. Bukan saja karena ia anak petani, yang peduli pada nasib petani, namun kehidupan pertanian itulah yang dilihameya sebagai potensi besar yang harus digali secara maksimal.
Memang kerja keras dalam bidang pertanian sejak Pelita I (1969), membuat Indonesia mampu meningkatkan hasil pertanian dan memper-baiki kehidupan petani. Dan hasilnya, tahun 1984, Indonesia berhasil meneapai swasembada beras, Itulah yang dipikirkan oleh Pak Harto karena ia sadar beras merupakan kebutuhan pokok penduduk bangsa Indonesia.
Kerja keras dalam bidang pertanian sejak Pelita I (1969), membuat Indonesia mampu meningkatkan hasil pertanian dan memperbaiki kehidupan petani. Hasilnya, tahun 1984, Indonesia berhasil meneapai swasembada beras yang merupakan kebutuhan pokok penduduk. Dan inilah sebuah prestasi yang gemilang.
Keberhasilan ini mempunyai nilai yang spektakuler, karena mengubah Indonesia dari pengimpor beras terbesar di dunia menjadi swasembada. Sukses ini mengantar Pak Harto diundang berpidato di depan Konferensi ke-23 FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia), di Roma, Italia, 14 November 1985.
Pada kesempatan itu, Pak Harto menyerahkan bantuan 1.000.000 ton gabah sumbangan dari para petani Indonesia untuk disampaikan kepada rakyat di negara-negara Afrika yang menderita kelaparan. "Jika pembangunan di bidang pangan ini dinilai berhasil maka itu merupakan 'kerja raksasa' dari seluruh bangsa Indonesia," kata Pak Harto di dalam pidatonya di depan wakil-wakii dari 165 negara anggota FAO.
Kerja keras para petani ini berhasil meningkatkan produksi beras, yang tahun 1969 hanya sebesar 12, 2 juta ton menjadi lebih dari 25,8 juta ton pada tahun 1984. Kepada pesertakonferensi, Pak Harto juga memperkenalkan seorang petani andalan asai Tajur, Bogor yang ikut dalam rombongannya.
Pernyataan penting Pak Harto yang ditujukan kepada negara-negara maju anggota FAO bahwa selain bantuan pangan, yang paling penting adalah kelanearan ekspor komoditi pertanian dari negara-negara yang sedang membangun ke negara-negara industri maju.
Ekspor pertanian bukan semata-mata untuk meningkatkan devisa, tetapi lebih dari itu, untuk memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan petani. Atas keberhasilan swasembada pangan ini, Dirjen FAO Dr. Edward Saouma dalam kunjungannya ke Jakarta, Juli 1986, menyerahkan penghargaan medali emas FAO. Medali itu menampilkan gambar timbul Pak Harto dengan tulisan: Presi-dent Soeharto - Indonesia, dan di sisi lainnya bergambar seorang petani yang sedang menanam padi dengan tulisan "From Rice Importer to Self-Sufficieney. Ini memang sebuah penghargaan yang luar biasa bagi negara Indonesia. Panghargaan dari Inter-nasional ini membuat Indo-nesia semakin dikagumi dan disegani oleh nagaranegara lain. Berkat kreasi Pak Harto, negeri ini bisa meneapai swasembada beras bahkan bisa memberikan bantuan beras kepada negara-negara lain. Kemudian, dalam pidatonya di depan Sidang Umum MPR, dengan rendah hati, Pak Harto mengatakan : "Penghargaan ini sesungguhnya tidak lain adalah berkat hasil seluruh rakyat Indonesia sendiri. Sebab, memang rakyat Indonesialah yang telah bekerja keras membangun dirinya sendiri. Penghargaan yang diberikan kepada saya itu sebenamya tidak lain adalah penghargaan kepada rakyat Indonesia." Dan tentu saja keberhasilan Swasembada Pangan ini tentu pada akhimya mampu meningkatkan citra Indonesia di mata dunia intemasional. Sedang di dalam negeri membangun kebanggaan luar biasa kepada segenap rakyat Indonesia, terutama para petani.
Satelit Palapa
Pada tahun 1976, Pak Harto memutuskan membangun suatu sistem telekomunikasi via satelit. Ini merupakan karya besar Pak Harto, dan Indonesia adalah negara pertama di Asia yang meluneurkan satelit.
Tujuannya adalah pertama, untuk mewujudkan wawasan persatuan dan kesatuan bangsa. Kedua, untuk meneiptakan hubungan (tele) komunikasi antar propinsi, dan antara Indonesia dengan dunia luar. Pak Harto membangun sistem komunikasi satelit domestik untuk memperlanear hubungan di Nusantara yang sangat luas dan pembangunan yang bergerak sangat cepat. Diilhami oleh Sumpah Patih Gajahmada, Pak Harto mewujudkan sistem tersebut untuk lebih mempersatukan Nusantara.
Fakta yang terbantahkan bahwa persatuan nasional menjadi semakin kokoh,permasalahan-permasalahan nasional yang dapat mengganggu persatuan bisa segera dikomunikasikan. Selain itu sistem tersebut telah merangsang dan mendorong kemajuan sangat pesat di bidang teknologi, industri dan bisnis telekomunikasi.
Satelit Palapa memberi kemudahan bagi berbagai kegiatan di bidang radio, televisi, suratkabar, intemet, faximile dan intelijen negara. Bayangkan kegiatan-kegiatan yang memer-lukan waktu yang cepat ini bisa terhambat, bilamana sistem kkomunikasi tersebut tidak diletakkan secara dini oleh Pak Harto.
Dampaknya sekarang kita rasakan, kita dapat mengetahui perkembangan nasional dan intemasional dengan cepat. Kita bisa mendapatkan informasi yang diperlukan, untuk kepen-tingan pertahanan, politik dan kepentingan ekonomi yang up to date, dan lain sebagainya.
Membebaskan Irian Barat
Salah satu jasa besar Pak Harto adalah merebut kembali Iriar Barat ke pangkuan RI. Dimana Pak Harto memimpin operas tersebut. Ini karena dilatarbelakangi, pihak Belanda ngotot tidak mau menyerahkan Irian Barat sesuai kesepakatan Meja Bundai di Den Hag tahun 1949. Cara diplomasi pun ditempuh sejal tahun 1950 sampai dengan 1961 tak pemah ada titik terang. Akhimya Pemerintah Indonesia harus berjuang sendiri
mendapatkannya. Kata Pak Harto yang diangkat menjadi Panglima Mandala guna merebut kembali Irian Barat : "Belanda menggunakan alasan mengapa Irian Barat tidak masuk ke dalam kedaulatan Republik Indonesia, karena Republik Indonesia telah melanggar kepentingan dalam merubah negara serikat menjadi negara kesatuan Republik Indonesia. Dan sebenamya yang menginginkan negara kesatuan itu adalah negara-negara bagian yang tergabung dalam Republik Indonesia Serikat.
Demikian ungkap kata Pak Harto meneeritakan ketidak-senangan Belanda atas berubahnya status RI dari negara serikat menjadinegara kesatuan. Belanda tidak mau menyerahkan Irian Barat kepada Republik Indonesia. Hingga akhimya muneul Tri KomandoRakyat (Trikora)."
Dengan dikomandokannya Trikora oleh Bung Karno di Yogyakarta 19 Desember 1961, menandai digunakannya cara militer untuk merebut Irian Barat. Maka dibentuklah Komando Mandala untuk merebut Irian Barat. Dimana Pak Harto tampil sebagai panglima operasi tersebut dan ia berrhasil membebaskan Irian Barat dari cengkraman penjajahan Belanda, sehingga sejak 1 Mei 1963 wilayah tersebut kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Repulik Indonesia dan selanjumeya menjadi propinsi ke-26 dengan nama Irian Jaya.
Integrasi Timor Timur
Pak Harto tidak pemah berambisi meneaplok negara lain. Sesuai dengan pembukaan UUD 1945, sikap bangsa Indonesia jelas menentang segala bentuk penjajahan. Termasuk juga penjajahan Portugis atas wilayah Timor Timur.
Pada tahun 1974 timbul masalah di wilayah Timor Portugis. Indonesia menganggap bahwa jalan yang terbaik bagi Timor Portugis untuk meneapai kemerdekaannya ialah melalui penggabungan dengan Indonesia. Tetapi, keputusan harus ditentukan oleh rakyat Timtim itu sendiri. Ada yang pro dan kontra atas reneana penggabungan itu. Pendirian tersebut dibawa oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik dalani rundinganrundingannya sewaktu terjadi pertentangan pendapat mengenai wilayah itu. Pada bulan Agustus 1975, muneul keributan di wilayah itu. Partai UT bersama Apodeti (pro penggabungan) berhadap-hadapan dan bertentangan dengan Fretilin (dukungan Portugis) hingga akhimya pecahlah perang saudara diantara mereka. Karena lemah, UDT dan Apodeti meminta bantuan RI dan menganggap Indonesia sebagai saudara mereka sendiri. Kemudian sukarelawan kita pun memberikan bantuan. Atas keterlibatan Indonesia dalam wilayah konflik Timor Portugis itu, banyak sorotan dunia intemasional kepada Pemerintah Indonesia, terutama dari pemerintah Portugis sendiri yang menganggap itu adalab bagian dari teritorialnya. Hanya saja ketika itu pemerintah an Portugis didominasi komunis, maka negara-negara di kawasan Asean temiasuk juga Australia merasa tidak nyaman. Khawatir Timor Portugis juga akan berhaluan komunis. Bahkan sebagian warga Timor Timur sendiri sangat menentang pemerintahan Komunis di Portugis. Maka konflik intemal di wilayah Timor Timur pun mulai bergolak.Sementara itu Pak Harto sendiri mengemukakan dengan halus dan
diplomatis;
"Kita dukung proses dekolonisasi yang wajar, tertib dan damai. Melalui proses dekolonisasi yang demikian kita akan mengakui dan menghormati pendapat rakyat disana mengenai masa depan mereka sendiri. Melalui proses dekolonisasi demikian kita-pun akan menyambut dengan hangat keinginan rakyat disana untuk berintegrasi dengan kita. Apapun yang telah dan akan diputuskan oleh pihak lain, kita tidak mungkin meng-ingkari kenyataan objektif dan rasa keadilan. Rakyat di daerah Timor Timur harus diberi kesempatan untuk menetapkan hari depannya sendiri secara wajar dan Indonesia tidak meungkin berpangku tangan dalam menghadapi kemelut keadaan di wilayah tersebut, karena telah mengganggu dan dapat membahayakan keutuhan wilayah NKRI."
Jadi menurut Pak Harto, kehendak rakyat (Timor Portugis) mengenai masa depan mereka sendiri adalah mutlak. Kita menginginkan agar proses dan hasil dekolonisasi itu tidak akan menimbulkan gangguan stabilitas yang mau tidak mau akan mempengaruhistabilitas kita khususnya dan Asia Tenggara umumnya. Justru karena berbatasan wilayab, maka kita membuka pintu bagi rakyat Timor Portugis untuk mengintegrasikan diri dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, apabila penggabungan itu yang menjadi kehendak dan pilihan mereka. Namun perlu kita tegaskan kepada diri kita sendiri dan kepada dunia bahwa kita sama sekali tidak mempunyai embisi teritorial. Dan berkat kelebihan diplomasi intemasional dan pengalaman strategi militer Pak Hartolah akhimya pada bulan Juli 1976 terjadi penggabungan resmi Timor Timur ke dalam wilayah Republik Indonesia. Timtim kemudian menjadi provinsi RI yang ke-27. Dan inilah salah satu jasa Pak Harto yang tak bisa diingkari walau akhimya Timtim kembali dilepaskan pada masa Pemerintahan Presiden BJ Habibie.
Menjadi Duta Dunia
Pak Harto bukan hanya milik bangsa Indonesia, tetapi juga telah menjadi milik dunia. Pengakuan ini nampak jelas tatkala beliau menjadi Ketua Gerakan Non Blok. Terlihat sekali bahwa yang diperjuangkan beliau bukan hanya Indonesia, tetapi bahkan negaranegara yang jauh lebih terbelakang, dibanding Indonesia.
Terlihat sekali negara-negara berkembang anggota Non-Blok mengharapkan Pak Harto meinperjuangkan Gerakan Non-Blok. Terlihat sekali Optimisme anggota Non-Blok tatkala Pak Harto mengintrodusir gagasan "kemitraan" sebagai ganti gagasan "persengketaan".
Pada pertemuan G-7 di Jepang, Pak Harto hadir dalam kapasitas sebagai Ketua Gerakan Non Blok. Pak Harto bertemu dengan para petinggi kelompok negara industri G-7 di Jepang, sebuah pertemuan Utara-Selatan.
Langkah historis kedua adalah kesediaan Pak Harto menjadi duta untuk dunia. Ini ditunjukkan dalam kesediaannys untuk berkunjung selama "Enam Jam" di kawasan konflik paling buruk. Bosnia. Kehadiran beliau temyata berhasil menyejukkan hati dan kepala-kepala negara yang berseteru, di kala kepala-kepala negara adikuasa mulai angkat tangan.
Langkah ketiga adalah kiprah Pak Harto dalam Kelompok KerjasamaNegara-Negara Asia Pasifik (APEC). Secarakhusus, dalam pertemuan para kepala-kepala negara APEC di Bogor, dimana Pak Harto berhasil mempertemukan berbagai kepentingan yang berbeda dari negara-negara APEC. Sehubu-ngan dengan reneana liberalisasi perdagangan dikawasan Asia Pasifik.
Dalam pertemuan tersebut akhimya disepakati bahwa liberalisasi perdagangan untuk negara-negara maju dimulai pada tahun 2015, dan liberalisasi perdagangan untuk negaranegara berkembang anggota APEC adalah 2025.
Ketiga langkah Pak Harto hanyalah beberapa bukti dari sejumlah langkah yang dilakukan Pak Harto dalam skala intemasional, yang membuat Indonesia semakin harum dan dikagumi didalam pergaulan intemasional.
Yayasan dan Bantuan Kepada Rakyat
Berbagai tuduhan demi tuduhan menghampiri Pak Harto, terurama mengenai yayasan yang telah didirikannya. Tak sedikit orang yang menuduh Pak Harto korupsi lewat berbagai yayasan tersebut. Bahkan pada tahun 1998, setelah ia lengser, tuduhan itu sangat genear meski belum pemah terbukti hingga kini.
Misalnya, Pak Harto memiliki 75 Yayasan - termasuk juga yayasan sanak saudara, teman dan relasi.
Sebuah tuduhan lain pada 1998 di depan DPR, Jaksa Agung menyebutkan terjadi penyimpangan pada ke 7 yayasan yang dimiliki oleh Pak Harto. Ketujuh Yayasan itu adalah Yayasan Dharmais, Dakab, Supersemar, Amal Bakti Muslim Pancasila, Dana Mandiri, Gotong Royong, dan yayasan Trikora.
Banyak orang menyangka, yayasan itu dimiliki Pak Harto. Padahal tidak sama sekali. Justru latarbelakang kelahiran yayasan itu adalah ketika pada tahun 1990-an
Pak Harto meugundang seluruh pengusaha Indonesia termasuk juga Probosutedjo, berkumpul diTapos Bogor. Waktu itu Pak Harto mengatakan kepada para pengusaha itu, bahwa mereka sekarang telah menikmati hasil-hasil pembangunan. Kini sudah saameya untuk saling berbagi kepada warga bangsa Indonesia yang kurang mampu. "Yang kaya membantu yang tidak mampu, yang kuat membantu yang lemah, dan itu merupakan ajaran agama," demikian ungkap Pak Harto waktu itu.
Karena itu, salah satu upaya untuk membantu rakyat Indo-nesia yang kurang mampu adalah dengan mendirikan Yayasan dan membantu yayasan-yayasan yang sudah ada. Dana yayasan itu diperoleh dari sumbangan para pengusaha yang telah berhasil. Dan baik pengurus maupun anggotanya adalah para pengusaha-pengusaha itu Sendiri. Hanya saja waktu itu timbul saran agar Pak Harto lab yang menjadi ketua yayasan. Hal ini dimaksudkan untuk memperlanear aktifitas yayasan agar para pengusaha lain mau turut
serta sebab sebagian besar pengusaha itu adalah non muslim.
Bahkan, dari pertemuan Pak Harto dengan para pengusaha itu pun berlanjut di Jimbaran Bali (yang dikenal dengan istilah Kelompok Jimbaran) dimana Pak Harto kembali menegaskan komitmen para pengusaha untuk ikut serta membantu bangsa ini. Membantu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh warga bangsa di republik ini. Dan baatuan itulah kemudian dikumpulkan oleh para pngusaha melalui yayasasan. Jadi pendirian yayasan dengan maksud membantu warga Indonesia yang kurang mampu memang merupakan gagasan dari Pak Harto. Namun penunjukan dirinya sebagai Ketua yayasan justru datang dari para pengusaha yang adalah pengurus yayasan itu. Jadi, sama sekali tidak benar jika Pak Harto yang memiliki yayasan. Lebih-lebih juga tidak benar Pak Harto memperkaya dirinya melalui yayasan yayasan itu. Sebaliknya, yayasanyayasan itu mempunyai peran penting dalani rangka merealisasikan pelbagai bantuan kepada masyarakat luas, di samping untuk lebih memperkokoh NKRI, rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Ketujuh yayasan yang diprakarsai dan dibangun oleh Pak Harto itu, telah banyak memberikan andil yang besar bagi kesejahteraan rakyat dan bangsa Indonesia, misalnya
1. Yayasan Trikora
Yayasan ini merupakan yayasan yang pertama didirikan oleb Pak Harro. Yayasan Trikora dibangun pada tahun 1963 jauh sebelum Pak Harto jadi Presiden dengan tujuan untuk raembantu menyantuni dan membiayai pendidikan anak-anak dan janda para prajurit yang gugur dalam perjuangan Pembebasan Irian Barat dari Penjajaban Belanda. Ketika itu Pak Harto mengatakan, "Korban-korban itu, prajurit-prajurit yang gugur meninggal di medan tugas. Walaupun gugumya itu dalan tugas tapi perintahnya dari saya, saya merasa bertanggung jawab. Saya menempatkan diri sebagai pengganti ayah dan anak anak prajurit yang gugur itu. Sebab siapa yang akar mengurus anak-anaknya itu. Ayahnya sudah gugur, lantas pada waktu itu pensiunnya hanya berapa. Lantas pada waktu itu ada yang masih dalam kandungan. Jadi ditinggal ayahnya itu masih dalam kandungan. Berarti harus mulai dipikirkan dari lahir sampai dewasa. Berarti kira-kira sekolahnya dari mulai taman kanak-kanak, SD, SMP, sampai SMA dan perguruan tinggi. Kalau paling cerdas pendidikannya cepat. Tapi kalau biasa 30 tahun. Jadi 30 tahun baru selesai mengurusi anak-anak yatim piatu itu". Dari pernyataan itu tampaklah bahwa Pak Harto memang peduli dengan para pejuang kita.
Kepeduliannya itu dinyatakan dengan memikirkan masa depan anak-anak dan janda dari prajurit yang gugur dalam perjuangan pembebasan Irian Barat tersebut. Pak Harto meneatat, setelah perebutan Irian Barat ada 121 janda dan 325 anak yang menjadi yatim-piatu. Untuk menyan-tuni dan membiayai pendidikan anak-anak tersebut diperlukan dana. Dan untuk itulah maka pada tahun 1963 dibentuk yayasan Trikora.
Dengan alasan ini, yayasan memang secara khusus didirikan untuk membantu anak-anak yang orangtuanya mengalami musibah pada masa Trikora, Dwikora atau masa perjuangan lainnya.
Modal awal Rp. 25.000.- dan meningkat terus karena sumbangan sukarela dari para donatur sebagai modal dana abadi. Modal abadi tersebut disimpan sebagai deposito dan pada tahun 2006 diperkirakan telah mempunyai pendapatan sekitar Rp. 2.632.000.000,-. Pendapatan tersebut diperoleh dari bunga deposito yang selanjumeya dianggarkan untuk keperluan bentuan kepada putra-putri, janda pejuang Trikora, Dwikora, dan lainnya.
Adapun pada tahun 2006 yayasan trikora akan memberikan sumbangan bantuan beasiswa kepada :
- 100 orang siswa TK/SD,
- 75 siswa SMP,
- 125 siswa SMA/ SMK.
- 75 mahasiswa D3 dan juga
- 125 mahasiswa yang sedang mengikuti program Sl.
2.Yayasan Dharmais (Dharma Bhakti Sosial)
Yayasan ini didirikan di Jakarta, 8 Agustus 1975 oleh Pak Harto, Sudharmono dan Bustanil Arifin, selaku pribadi dengan Akte notaris Abdul Latief, SH Nomor 27 dan notaris Koesbiono Sarmanhadi, SH nomor 2 Tanggal 1 Januari 1990. Terdaftar di Pengadilan Negeri No: 204 Tanggal 27 Agustus 1975. Mejuan yayasan ini untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi berbagai masalah sosial dan meningkatkan kesejahteraan rakyat serta membina warga negara yang tidak mampu (yatim piatu, penyandang cacat, tuna wisma, para manula dan lain-lain) agar berguna bagi masyarakat dan negara, dan sesuai dengan pasal 34 UUD 45 : "Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara".
Yayasan Dharmais sejak tahun 1976-2004 secara kumulatif telah memberikan sumbangan sebanyak Rp.658 milyar dan sampai tahun 2005 sumbangan itu telah meningkat menjadi Rp. 686,5 milyar.
Banyak keberhasilan yang telah dilakukan yayasan Dharmais, antara lain melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk memberikan bantuan, diantaranya :
- Berkerjasama dengan Pemerintab Daerah dan Dinas Sosial, memberikan santunan kepada panti asuhan, panti werdha dan panti-panti yang menampung anak cacat di seluruh Indonesia Bahkan melalui program dan Lembaga GN-OTA, yayasar memberikan bantuan beasiswa kepada Anak Asuh dalam rangkg pelaksanaan program Wajib belajar.
- Bekerjasama dengan Departemen Transmigrasi dan Perambah Hutan mengadakan pelatihan kepada para calon Transmigran sebelum diberangkatkan ke daerah Transmigrasi.
- Bekerjasama dengan Pemerintah Daerah membangun perumahan sederhana bagi anggota Korps Cacat Veteran RI. Bantuan tersebut berakhir pada tahun 1998, hingga kini telah dibangun 2810 unit rumah. Bekerjasama dengan Perdami, Perapi, Bank Mata Indonesia dan Yayasan Thalassaemia Indonesia untuk memberikan beberapa macam pelayanan kesehatan kepada para penderita yang tidak mampu secara cuma-cuma.
- Bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dan Yayasan-yayasan Pondok Pesantren di beberapa tempat telah menyc-lenggarakan Pesantren Singkat Pelatihan Usaha Ekonomis Produktif
- Bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta memberikan pelayanan Mobil Perpustakaan Keliling, yang mengunjungi desa-desa di DKI Jakarta. Pada tahun 2006 tercatat jumlah PantiSosial yang dibantu Yayasan Dharmais adalah 1.550 panti dengan penghuni panti 50.000 orang. Yayasan Dharmais pun mempunyai anak asuh. Mulai tahun 1985 telah membantu Pemerintah dalam rangka Wajib Belajar bagi anak tingkat SD dan SLTP. Berhubungan dengan perumahan sederhana, untuk menghargai jasa para pejuang kemerdekaan, Yayasan Dharmais bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk membangun perumahan sederhana bagi anggota Korps Cacat Veteran Republik Indonesia (KCVRI ) yang tersebar di daerah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Sejak tahun 1984-1998 telab dibangundandiserahkan sebanyak 2.810 unit rumah.
- Mulai bulan Juni 2002 bekerjasama dengan Yayasan Pondok Pesantren AI Kamal, Kebon Jeruk-Jakarta telah me-ngadakan Pesantren Singkat Pelatihan Usaha Ekonomis Produktif kepada anak-anak putus sekolah di DKI Jakarta dan sekitamya. Sampai dengan akhir tahun 2002 telah berhasil dididik sebanyak 162 santri dan santriwati.
- Mulai bulan Juli 2002 bekerjasama dengan Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso menyelenggarakan Pelatihan Usaha Ekonomis Produktif. Sampai akhir tahun 2002 telah berhasil mendldik 81 santri.
- Mulai bulan Juli 2002 bekerjasama dengan Pondok Pesanrren Hidayatullab, Sangatta Kutai Propinsi Kalimantan Timur mengadakan Pelatihan Usaha Ekonomis Produktif. Rumah Sakit Kanker Dharmais Dalam rangka membantu menanggulangi penyakit kanker di Indonesia, Yayasan Dharmais membangun R.S. "Kanker Dharmais" yang dilengkapi peralatan yang serba mutakhir untuk menolong masyarakat penderita kanker agar tidak perlu berobat ke Luar Negeri. Rumah Sakit "Kanker Dharmais" telah diserahkan kepada pemerintah RI pada bulan November 1994- Dana yang dikeluarkan untuk pembangunan R.S. Kanker tersebut sebesar Rp 112.496.642.143,21
- Bank mata dan Thalassaemia : Mulai tahun 2002 Yayasan Dharmais mengadakar kerjasama dengan Perkumpulan Penyantun Mata Tuna NetrE Indonesia (PPMTI/Bank Mata Indonesia Cabang DKI Jakarta) yang bertujuan membantu para penderita Tuna Netra yang tidak mampu untuk melaksanakan operasi peneangkokan mata (Operasi Keratoplasti) dari Donor mata agar penderita dapat melihat kembali. Dengan Yayasan Thalassaemia Indonesia, mengadakan operasi Limpa, pengadaan obat Desferal serta Transfusion Set bagi penderita Thalassaemia yang tidak mampu. Oktober 2002 Yayasan Dharmais bersama-sama Yayasan Supersemar, Yayasan Dakab dan Yayasan Damandiri mem-berikan bantuan kepada PEROSI (Perhimpunan Osteoporosis Indonesia) untuk pembelian alat Diagnosis Osteoporosis (Kerapuhan Tulang) yang ditempatkan di Rumah Sakic Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Adapun Yayasan Dharmais pada tahun 2005 lalu telah menyalurkan bantuan antara lain kepada : a. Panti Asuhan Jumlah panti asuhan sebanyak 1.449 dengan penghuni sebanyak 44-975 anak dengan dana yang disediakan Rp.29,6 milyar selama satu tahun. Sedangkan rancangan untuk tahun 2006 adalah :
- a. Jumlah panti asuhan 1.550 dengan penghuni 50.000 anak dan jumlah dana sebesar Rp. 41,5 milyar selama satu tahun.
- b. Pelatihan Transmigrasi, 94-769 orang dengan biaya Rp.30.6 milyar
- c. Rumah Sederhana, 2.810 unit dengan biaya Rp. 16,1 milyar
- d. Bantuan Orang Tua Asuh, 50.000 anak dengan biaya Rp. 23,3 milyar
- e. Operasi Katarak dan Bibir Sumbing. Kerjasama dengan Perdami - 121.327 orang dengan biaya Rp. 32 milyar Kerjasama dengan Perapi - 5.855 orang dengan biaya Rp. 5,7 milyar
- f. Pesantren Singkat dengan jumlah peserta 2534 orang dan biaya Rp.10,9 milyar
- e. Bantuan lain-lain berupa ; Alat pengukur Keropos tilang, Laser Cendela dan peralatan Kedokteran Mata kepada RSEM hampir Rp. 1,4 milyar. Bantuan untuk Sleep Lab Terpadu kepada RS. Persa- habatan hampir Rp. 998.000.000, - dan bantuan untuk operasional Puskesmas dan RS Bersalin sebanyak Rp.65.000.000.-
3.Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (YAMP)
Didirikan pada tanggal 17 Februari 1982 untuk mening-katkan peneapaian tujuan pembangunan Nasionai dalam masyarakat Pancasila yang memperhatikan kemajuan agama dengan menggerakkan sedekah dan amal jariah secara sukarela serta tidak bertentangan dengan ajaran agama dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Yayasan ini didirikan dalam rangka membantu pemba-ngunan masjid, serta untuk memenuhi panggilan agama yang mewajibkan sebagian dari penghasilan yang kita miliki sudah selayaknya disisibkan untuk orang-orang yang tidak mampu. "Walaupun penghasilan kita belum begitu banyak, tetapi lain dari mereka yang belum mempunyai pengbasilan, marilab kita sisihkan sedikit saja untuk pembangunan masjid," kata Pak Harto ketika itu. "Masing-masing bersedekah. itu saya ajukan, waktu itu hasil musyawarah Korpri juga ABRI memutuskan : Anggota Korpri Golongan I bersedekah Rp 50, Golongan II Rp 100, Golongan III Rp 500 dan Golongan IV Rp 1.000. Temyata setelah terkumpul jumlahnya besar. Dari sekitar 4 juta PNS Jumlahnya tidak sedikit. Dana itu kita gunakan untuk membangun sarana peribadatan, masjid."
Jumlah Masjid yang telah dibangun sampai tanggal 17 Mei 2006 adalah 960 unit yang tersebar pada 30 propinsi dan 217 kabupaten serta 53 kota.
4. Yayasan Dana Karya Abadi (DAKAB)
Didirikan pada tanggal 8 Juni 1985 dengan tujuan mempertahankan Pancasila dan UUD 1945, meneerdaskan dan meningkatkan kesejahteraan serta mengatasi kemiskinan rakyat Indonesia dan mengatasi kemiskinan dalam arti seluas-luasnya. Program dan kegiatan yayasan Dakab :
- Bekerjasama dengan 25 BPD di seluruh Indonesia untuk kredit mikro
- Memberi pinjaman pada Koperasi Pasar dengan bunga rendah
- Bekerjasama dengan HKTI memberikan Kredit untuk Sertifikat Tanah bagi sebanyak 1.500 pemilik tanah di pesedaan
- Bantuan Hibah untuk IDI bagi peningkatan kesehatan santri-santri di 150 Pondok Pesantren, bantuan untuk pengobatan mata, telinga, hidung, kulit dan lidah.
- Bekerjasama dengan Dharma Wanita Persatuan Pembangunan Pusat dalam menyediakan buku tulis untuk anak- anak sekolab tidak mampu, utamanya di daerah- daerah terbelakang
- Membantu RSEM, RSUP Dr. Jamil Padang dan RSPAD berupa alat pengukur kepadatan tulang.
Pada awalnya yayasan ini didirikan untuk mendukung Keluarga Besar Golkar - bukan Golkar saja - dalam usaha mempertahankan Pancasila dan UUD 1945, mengawal,melengkapi dan membentengi diri dan perjuangan-perjuangan lainnya seperti Pemilihan Umum dan sebagainya.
Dana paling besar diberikan Dakab kepada Keluarga Besar Golkar. Dengan tujuan untuk membentengi Pancasila. Tapi, tidak hanya kepada Golkar, melainkan juga kepada yang lain. Walaupun sebagian besar bantuan itu diberikan kepada Golkar dalam rangka mempertahankan Pancasila dan UUD 1945, tetapi organisasi massa pemuda, Muhammadyiah, HMI dan sebagainya memperoleh pula bantuan dari yayasan ini.
5. Yayasan Supersemar
Didirikan pada tanggal 16 Mei 1974 dengan tujuan membantu siswa dan mahasiswa yang cakap dan berbakat tetapi kurang mampu dalam membiayai studinya.
Pak Harto yang mengatas namakan dirinya sebagai warga masyarakat, mendirikan "Yayasan Supersemar" yang tujuannya adalah memberikan beasiswa kepada anak-anak yang mempunyai tingkat kecerdasan, namun tak mampu mengembangkannya karena alasan ketidakmampuan orang tuanya. Inilah, menurut Pak Harto, sebuah bibit potensi di masa mendatang yang merupakan asset negara, yakni tumbuhnya Sumber Daya Manusia Indonesia yang kelak bisa memberikan kontribusi bagi kemakmuran bangsa. Sayangnya, bibit-bibit itu tidak mampu untuk mengecap pendidikan dan mengem-bangkannya.
Tahun 1985 saja, misalnya, sekitar 6.000. mahasiswa telah memperoleh biaya Supersemar. Tahun yang sama telah meneetak sarjana yang lulus sebanyak 5000 orang. Tak hanya mahasiswa, siswa-siswi SMP teladan pun diberikan bantuan. Yayasan Supersemar memberikan pula bantuan kepada anak yang berprestasi, termasuk bagi mereka yang berprestasi di bidang olah raga. Sejak tahun 1975 telah memberika bantuan kepada :
- Mahasiswa sebanyak 398.476 orang mahasiswa
- Siswa SMK sebanyak 818.874 orang siswa
- Olahragawan sebanyak 13.060 orang pelatih dan atlit
- Sarjana Sl sebanyak 5.972 orang
- Pasca Sarjana S2 sebanyak 1.151 orang
- Anak Asuh SD sebanyak 748.000 orang
- Anak Asuh SLTP sebanyak 845.000 orang
- Diberikan juga bantuan lain kepada berbagai Perguruan Tinggi berupa peralatan laboratorium atau peralatan praktel lapangan lainnya. Dana yang telah diperbantukan sebanyak Rp 442,475.704.226,-
6. Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (YDSM)
Yayasan ini didirikan pada ranggal 15 Januari 1996 setelah sebelumnya dimulai gerakan sadar menabung pada tanggal 2 Oktober 1995. Gerakan sadar menabung tersebuf merupakan bagian dari upaya pengentasan kemiskinan yang sejak tahun 1995 dilaksanakan dengan pendekatan langsung pemberdayaan keluarga dan desa tertinggal atau terkenal sebagai prograin Inpres Desa Tertinggal (IDT).
Yayasan Damandiri mendapatkan sumbangan dana dari para pengusaha untuk membantu keluarga pra sejabtera dan keluarga sejahtera I dalam kegiatan belajar menabung atau untuk mengikuti Gerakan Sadar Menabung. Mereka yang sudah mulai menabung diberi kesempatan memperoleh kredit keluarga sejahtera atau Kukesra dengan awalan sebesar Rp.20.000,-
Sampai sekitar tahun 1998 jumlah keluarga yang mengikuti Gerakan Sadar Menabung meneapai sekitar 13,6 juta keluarga dengan jumlah tabungan Takesra meneapai sekitar Rp.250 milyar. Jumlah keluarga yang menerima kredit Kukesra meneapai sekitar 10,3 juta keluarga denga jumlah kumulatif kredit sekitar Rp. 1,7 triliun. Karena tidak mendapat perhatian yang semestinya dari pendamping Gerakan Sadar Menabung dan Kredit Kukusra itu terpaksa dihentikan. Mereka yang dianggap sukses dengan kredit Kukesra dilanjutkan oleh yayasan Damandiri dengan kredit Pundi dan Pundi Keneana. Jumlah Nasabah kredit Pundi dan Pundi Keneana itu meneapai 200.000 nasabah.
Selain menyelenggarakan program Kredit untuk keluarga kurang mampu atau keluarga Pra Sejahtera, yayasan Damandiri me-nye-lenggarakan pula kegiatan Pembangunan Sumber Daya Manusia dalam rangka pengentasan kemiskinan yang meliputi upaya kesehatan dengan pemebrdayaan bidan di desa serta revitalisasi dan pengembangan Posyandu.
Begitu juga program pengembangan pendidikan dengan pembangunan SMA unggul yang diisi dengan program guru magang dan siswa latihan ketrampilan. Diselenggarakan pula pemberdayaan mahasiswa dalam bidang kewirausahaan melalui bantuan SPP dan pembinaan fangsung kepada adik-adik mereka pada tingkat SMA. Upaya itu dibarengi pula dengan pembinaan kelompok usaha di sekitar sekolah, disekitar kampus dan upaya lain untuk mendukung pengembangan budaya yang kondusif untuk pengentasan kemiskinan yang bersifat paripuma. Jumlah dana yang disediakan melalui Bang Pembangunan Daerah (BPD), Bank Bukopin,
Bank Syariah Mandiri dan beberapa BPR di daerah adalah sekitar Rp.1,2 triliun. Kredit yang diberikan memakai sistem executing berbeda dengan system lama dengan model channelling.
Program wirausaha dilanjutkan dengan sasaran ibu-ibi keluarga kurang mampu, utamanya yang memiliki anak balita sehingga kesejahteraan ibu yang bekerja keras itu akan berakibat naiknya tingkat dan jumlah anak balita dan remaja yang bersekolah.Penggarapan tujuan ganda ini akan meningkatkan partisipasi anak meuda dalam sekolah yang akhimya akan meningkatkan mutu penduduk Indonesia di masa yang akan datang.
7. Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan
Yayasan ini didirikan pada tanggal 23 Agustus 1986 atas prakarsa Ibu Tien Soeharto yang terketuk hatinya untuk menyumbang pangan bagi para korban musibah di Afrika dalam peringatan Ulang Tahun FAO yang ke 40 di Roma, Italia pada tahun 1985. Karena itu, yayasan ini didirikan untuk membantu keluarga yang terkena musibah beneana alame dan lainnya.
Yayasan telah memberikan sumbangan sejak tahun 1986 sampai bulan Mei 2006 lalu kepada korban beneana pada 674 kali beneana yang tersebar di 33 propinsi dengan nilai sumbangan sebanyak Rp.48.786.755.900,- Sumbangan terakhir pada tahun 2006 tersebut antara lain adalah:
- Jawa Timur -Jember- banjir Rp. 60.000.000
- Jawa Tengah -Banjamegara- banjir Rp. 60.000.000 c.NTB -Sumbawa dan Lombok Timur- banjir Rp. 47.500.000
- NTT -Belu dan Manggarai- banjir Rp. 57-500.000
- Jawa Timur -Situbondo- banjir Rp.46.000.000
- Sulut -Manado dan Minahasa- banjir Rp. 45.000.000
- Jawa Timur -Trenggalak dana Pnorogo- banjir Rp.45.000.000
- Jawa Tengah -Magelang, Boyolali dan Klaten, Merapi-Rp. 100.000.000
Sementara di luar ke tujuh yayasan di atas, sesungguhnya masih ada yayasan lain yang notabene hasilnya hingga kini dapat dirasakan oleh berbagai pihak, yakni ;
Yayasan Harapan Kita
Yayasan Harapan Kita telah mendirikan beberapa rumah sakit yang kemudian pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah, yaitu Rumah sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita serta Rumah Sakit Jantung Harapan Kita. Ibu Tien Soeharto mempunyai perhatian pada masalah kesehatan pada khususnya dan kesejahteraan sosial pada umumnya, maka atas inisiatifhya, dibangunlah sebuah rumah sakit Jantung dan beliau juga berkeinginan memiliki tunas-tunas bangsa yang sehat jasmani dan rohani, bermental kuat serta berbudi luhur, ia bertekad membangun rumah sakit yang lengkap dan modem khusus Ibu dan Anak. Karena itulah dibangun Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita. "Sebab hanya ibu-ibu yang sehat lahir dan batin yang akan melahirkan anak-anak yang sehat pula," kata Ibu Tien Soeharto.
Yayasan Mangadeg
Yayasan Mangadeg dimaksudkan untuk membangun dan memperbaiki makam-makam leluhur, seperti makam Pangeran Samber Nyowo dan lain-lain.
Yayasan Seroja
Pak Harto merasa bertanggung jawab dengan adanya operasi Seroja yang dilakukan di Timor Timur pada 1976. Operasi yang memakan cukup banyak korban di kalangan prajurit kita ini mau tak mau membuat Pak Harto harus ikut pula memikirkan nasib mereka yang ditinggalkan. Pengalaman dari Yayasan Trikora (yang menangani korban operasi Trikora) dilanjutkar dengan mendirikan Yayasan Seroja untuk menyantuni putra
putri atau yatim piatu dari operasi Seroja di Timor Timur. Tercatat pada waktu itu, jandanya berjumlah 870 dan yatim piatunya berjumlab 2.682. "Jadi saya terpanggil menyantuni, mengentaskan yatim piatu. Dan ini merupakan kebanggaan tersendiri. Artinya, anak-anak yang tadinya tidak punya ayah, saya bisa membantu menyantuni. Saya sebagai pengganti dari pada ayah mereka. Dan mereka terasa bangga. Mempunyai ayah angkat, mulai saya dari Panglima Kostrad sampai menjadi Presiden. Saya merasa puas. Membantu mereka mengangkat kehidupan. Padahal orang tuanya berjasa besar kepada negara," kata Pak Harto mengenai ide pendirian yayasan Seroja itu.
Jadi bagaimana mungkin orang dapat mengatakan bahwa yayasan-yayasan yang didirikan Pak Harto tersebut tidak berarti apa-apa bagi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Bahwa, dana yayasan yang berasal dari para pengusaha itu temyata memang ada bukti hasil kongkrit-nya bagi rakyat Indonesia.
Tetap Mencintai Negeri ini
Pak Harto adalah seorang nasionalis. Seorang yang sangat meneintai negeri ini. Dan kecintaan itu tetap bertengger dalam hati sanubarinya. Bahkan, ia dengan seksama masih terus memperhatikan perkembangan bangsa ini. Kepada adiknya, Probosutedjo, Pak Harto mengemukakan komentar dan pandangannya mengenai keadaan bangsa ini. Memang di antara saudara Pak Harto, Probosutedjo yang paling berani bertanya dan menyampaikan sesuatu kepada Pak Harto karena ia telah lama ikut Pak Harto, sejak sebelum Pak Harto menikah. Karena itu keakraban kakak adik ini sudah terbina sejak lama, bahkan kerap berbicara
mengenai pelbagai hal. Termasuk juga situasi bangsa sekarang ini, setelah Pak Harto tidak lagi menjadi Presiden. Kepada Probo, Pak Harto mengatakan mengapa sekarang ini barang-barang serba susah, keadaan menjadi begini, lapangan kerja tidak tersedia. Barang-barang sudah tidak terbeli oleh rakyat. Sebetulnya mahal sih tidak, tetapi tidak terbeli karena rakyat tidak punya uang dan pekerjaan tidak ada.
Sementara menurut media massa kemiskinan di Indonesia sudah meneapai 54 persen. Itu sesungguhnya bukan-lah jumlah orang miskin yang sebenamya. Sebab persentase itu diperoleh hanya diukur berdasarkan kemampuan orang membayar di rumah sakit. Jadi kemiskinan itu luar biasa sekali. Sebelum jaman Pak Harto besamya 36 persen, pada masa Pak Harto berhasil berkurang jauh sekali. Nah, sesudah Pak Harto lengser kemiskinan naik lagi menjadi 36 persen, dan sekarang semakin naik menjadi 54 persen.
Itulah keadaannya. Membaca berita-berita seperti itu, Pak Harto sedih. Kok makin sulit saja keadaan bangsa ini, pikimya. Sewaktu Pak Harto menonton televisi melihat ada rakyat mati busung lapar dan banyak orang antri minyak tanah, Pak Harto sampai menangis Kata Probosutedjo mengungkapkan; Itu betul, saya melihat sendiri seperti itu. Dia betul-betu sedih, kok semua jadi begini.
Jadi bukan Pak Harto yang bicara tapi memang betul-betul saya yang melihat seperti itu. la betul-betul sedih. Pak Harto menangis melihal keadaan Indonesia yang makin miskin. Begitu juga mengenai Pilkada. Menurut Probo, dulu sebenamya itu juga sudah direneanakan oleh Pak Harto. Tapi sudah dengan perhitungan, kalau dilaksanakan, pasti muneul keributan. Karena menurut Pak Harto, di Indonesia demokrasi belum bisa diterapkan secara liberal, seperti yang terdapat di Amerika dan negara-negara Eropa lain. Di sana memang dilaksanakan pemilihan-pemilihan kepala daerah. Tetapi itu pun tidak sampai mendetail hingga pemilihan di kabupaten dan sebagainya.
Mengenai pemilihan kepala Daerah Lebih lanjut Probo mengemukakan; Menurut Pak Harto, rakyat kita ini terbukti belum matang, beliau prihatin sekali rakyat belum matang. Setelah seorang kepala daerah terpilih nyatanya yang lain tidak puas juga. Inilah yang menunjukkan kualitas bangsa ini masih rendah, masih perlu dididik. Demikian pula pemimpin-pemimpinnya perlu direeducated lagi. Karena memang kita ini masih ketinggalan. Di luar negeri bagaimanapun pendidikan diutamakan. Jepang bisa maju karena pendidikan. Di sana pendidikan didukung pemerintah sepenuhnya. Mestinya perlu 50 persen dari anggaran belanja untuk pendidikan. Probosutedjo dalam kesempatan itu juga mengemukakan pula pendapameya pribadi mengenai dunia pendidikan di Indonesia.
Indonesia kurang maju pembangunannya karena pendidikan diabaikan, kurang dapat perhatian. Sekarang anggaran pendidikan katanya Rp 40 triliun, ini untuk sekian juta siswa, apa cukup, artinya sama dengan 4 miliar dolar AS. Jadi memang tidak ada artinya untuk pendidikan.
Disamping itu, memang harus diakui sekarang ini tingkat kemiskinan dan pengangguran terus bertambah. Hal ini juga dikarenakan kurangnya rasa kemanusiaan dari para pengusaha yang sudah mampu dan berhasil untuk saling berbagi. Seandainya yang kaya mau membantu yang miskin, tentu kemiskinan dapat dientaskan. Dan pada masa Pak Harto, selalu ditekankan agar para pengusaha itu akan menjadi malu jika mereka tidak
membantu. Para pengusaha menurut Pak Harto haruslah ikut seta mengentaskan kemiskinan di negeri ini.
Sementara itu perhatian dan kepedulian Pak Harto terhadap rakyat memang masih sangat tinggi. Kendati masih terbaring di rumah sakit, melalui anaknya Mbak Titi atau Siti Hediyati Hariyadi, pada 20 Mei 2006, Pak Harto ikut menyumbang dana sebesar Rp. 100 juta untuk membantu korban pengungsi Gunung Merapi di Jogyakarta. Bahkan dalam kesempatan itu atas nama keluarga Cendana, Siti Hediyati meengemukakan :
"Pak Harto adalah manusia biasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Untuk itu, selama 30 tahun beliau memimpin bangsa ini, ada hal-hal yang tidak berkenan dan ada kesalahan-kesalahan beliau buat, kami mohon maaf.
Catatan Kaki
1. Lihat "Anak Desa. Biografi Presiden Soeharto", hal 13
2. Sebagaimana dikemukakan dalam buku " Soeharto, Pikiran, Ucapan dan
3. Tindakan saya" karya. G Dwipayana & Ramadhan KH (penyunting), 1989,
4. Jakarta : Citra Lamtorogung Persada
5. Penuturan Abdullah Puteh, Mei 2006
6. Penuturan Siswono Yudho Husodo dalam buku "Manajemen Soeharro"
7. Wawaneara dengan Moerdiono, mantan Mensekneg, Mei 2006
8. Pernyataan pengunduran diri Presiden, 21 Mei 1998
9. Lihat TAP No.XXV/MPRS/1966 mengenai pembubaran PKI
10. Penuturan Probosutedjo kepada penulis, Juni 2006
11. Penuturan Probosutedjo mengenai yayasan
12. soehartocenter.com
13. Penuturan Probosuredjo, Juni 2006
14. Harian Kompas, 2 Mei 2006
Sumber :
www.damandiri.or.id/file/buku/mencintaipakhartobab1