Jumlah kaum Muslim di Australia akan terus meningkat hingga empat kali lipat 20 tahun mendatang. Artinya, di 2030, Muslim Negeri Kanguru bertambah dari 399 ribu menjadi 714 ribu atau meningkat 80 persen.
Hasil studi Pusat Riset Pew di Amerika Serikat ini menunjukkan minat warga Australia dalam mempelajari Islam cukup besar. Salah satunya diakui sendiri oleh Reuben Brand, seorang mualaf asal Sydney.
Peserta program Pertukaran Pemuda Muslim (MEP) tahun ini mengaku sudah sejak lama tertarik untuk belajar agama Islam. Pria 22 tahun ini mengakui bahwa semua agama di dunia mengajarkan kebaikan, tetapi hanya Islam yang membuatnya tertarik.
"Tetapi, satu agama yang menarik perhatian saya dan ingin saya dalami yaitu Islam," kata Brand , Selasa 13 Mei 2014 lalu.
Dia mengaku bahwa pertama kali mengenal Islam dari kawannya. Mereka kerap terlibat pembicaraan mengenai politik, sejarah, dan Islam.
Brand menjelaskan, kehidupan sebagai seorang Muslim di Negeri Kanguru sama saja dengan menjadi pemeluk agama lainnya. Menjadi seorang Muslim di Australia, kata dia, tidak mengubah apa pun dalam hidupnya.
"Kami tetap dapat beribadah secara bebas. Ada beberapa masjid di setiap kota besar di Australia. Apabila tidak ada masjid, musala pun bisa terlihat di hampir seluruh penjuru Australia. Di Melbourne, saat ini, sudah terdapat 50 masjid," kata dia.
Islam Cinta Damai
Ditanya soal sterotipe Islam yang lekat dengan tindak kekerasan, khususnya setelah terjadi tragedi kemanusiaan 11 September 2001, Brand menepis anggapan itu. Di matanya, peristiwa itu tidak mewakili Islam yang sesungguhnya.
"Islam adalah agama yang cinta damai. Sebagai seorang Muslim yang baik, kami mencoba untuk memberikan pendidikan kepada publik soal itu. Hubungan antarwarga seperti program MEP ini tentu dapat meningkatkan pemahaman mengenai Islam," kata dia.
Dia pun menepis anggapan warga Australia rasis. Brand menegaskan, Negeri Kanguru adalah negara multikultural dan etnis. "Sebanyak 49 persen warga Australia dilahirkan di luar negara kam,i dan kita datang dari berbagai latar budaya berbeda," ujar dia.
Fakta itu, lanjut Brand, mencerminkan luasnya keragaman budaya komunitas Muslim Australia dan betapa warga Australia begitu hangat terhadap orang baru yang datang dari beragam etnis. Ditanya hal yang ingin dipelajarinya selama di Indonesia, Brand mengatakan ingin mengetahui soal semangat Pancasila.
"Di Australia, kaum Muslim merupakan minoritas, sedangkan di sini menjadi mayoritas. Pancasila merupakan konsep yang bagus untuk kami. Bagaimana warga Australia dapat hidup secara berdampingan dengan orang dari latar belakang berbeda," tutur dia.
Brand merupakan satu dari lima pemuda Muslim yang terpilih dalam program MEP 2014. Menurut situs resmi Kedutaan Besar Australia, program itu sudah dimulai sejak 2002, sebagai langkah untuk mempromosikan pemahaman mengenai Islam di kedua negara.
Sejauh ini, 47 warga Australia dan 122 warga Indonesia telah berpartisipasi dalam program tersebut. Selain berkunjung ke Jakarta, peserta MEP 2014 asal Australia juga menyambangi Bandung dan Yogyakarta.