SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

HALAL BIHALAL DALAM PANDANGAN ISLAM


Secara bahasa, halal-bihalal adalah kata majemuk dalam bahasa Arab dan berarti halal dengan halal atau sama-sama halal. Tapi kata majemuk ini tidak dikenal dalam kamus-kamus bahasa Arab maupun pemakaian masyarakat Arab sehari-hari. Masyarakat Arab di Mekah dan Madinah justru biasa mendengar para jamaah haji Indonesia –dengan keterbatasan kemampuan bahasa Arab mereka- bertanya halal? Saat bertransaksi di pasar-pasar dan pusat perbelanjaan. Mereka menanyakan apakah penjual sepakat dengan tawaran harga yang mereka berikan, sehingga barang menjadi halal untuk mereka. Jika sepakat, penjual akan balik mengatakan “halal”. Atau saat ada makanan atau minuman yang dihidangkan di tempat umum, para jama’ah haji biasanya bertanya “halal?” untuk memastikan bahwa makanan/minuman tersebut gratis dan halal untuk mereka.
Kata majemuk ini tampaknya memang made in Indonesia, produk asli negeri ini. Kata halal bi halal justru diserap Bahasa Indonesia dan diartikan sebagai “hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dsb) oleh sejumlah orang dan merupakan suatu kebiasaan khas Indonesia” [1]
Halal bi halal adalah suatu tradisi berkumpul sekelompok orang Islam di Indonesia dalam suatu tempat tertentu untuk saling bersalaman sebagai ungkapan saling memaafkan agar yang haram menjadi halal. Umumnya, kegiatan ini diselenggarakan setelah melakukan shalat Idul Fithri [2]. Kadang-kadang, acara halal bi halal juga dilakukan di hari-hari setelah Idul Fithri dalam bentuk pengajian, ramah tamah atau makan bersama.
Konon, tradisi halal bi halal mula-mula dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I (lahir 8 Apri 1725), yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa. Untuk menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan biaya, maka setelah shalat Idul Fithri diadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Apa yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam dengan istilah halal bi halal. Kemudian instansi-instansi pemerintah/swasta juga mengadakan halal bi halal, yang pesertanya meliputi warga masyarakat dari berbagai pemeluk agama [3]
Halal bi halal dengan makna seperti di atas juga tidak ditemukan penyebutannya di kitab-kitab para ulama. Sebagian penulis dengan bangga menyebutkan bahwa halal bi halal adalah hasil kreativitas bangsa Indonesia dan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Indonesia [4]

Namun dalam kacamata ilmu agama, hal seperti ini justru patut dipertanyakan, karena semakin jauh suatu amalan dari tuntunan kenabian, ia akan semakin diragukan keabsahannya. Islam telah sempurna dan penambahan padanya justru akan mencoreng kesempurnaannya. Tulisan pendek ini berusaha mengulas keabsahan tradisi halal bihalal menurut pandangan syariat.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan halal bi halal bukanlah tradisi saling mengunjungi di hari raya Idul Fithri yang juga umum dilakukan di dunia Islam yang lain. Tradisi ini keluar dari pembahasan tulisan ini, meskipun juga ada acara bermaaf-maafan di sana.
HARI RAYA DALAM ISLAM HARUS BERLANDASKAN DALIL (TAUFIQI)
Hukum asal dalam masalah ibadah adalah bahwa semua ibadah haram (dilakukan) sampai ada dalilnya. Sedangkan dalam bab adat dan muamalah, segala perkara adalah halal sampai ada dalil yang mengharamkannya. Perayaan hari raya (‘id) sebenarnya lebih dekat kepada bab muamalah. Akan tetapi, masalah ‘id adalah pengecualian, dan dalil-dalil yang ada menunjukkan bahwa ‘id adalah tauqifi (harus berlandaskan dalil). Hal ini karena ‘id tidak hanya adat, tapi juga memiliki sisi ibadah. Imam asy-Syathibi rahimahullah mengatakan.

وَإِنَّ الْعَادِيَّاتِ مِنْ حَيْثُ هِيَ عَادِيَّةٌ لاَ بِدْ عَةَ فِيْهَا، وَ مِنْ حَيْثُ يُتعبَّدُ بِهَا أَوْ تُوْ ضَعُ وَضْعَ التَّعَبَّدِ تَدْ خُلُهَا الْبِدَ عَةُ

Sesungguhnya adat-istiadat dari sisi ia sebagai adat, tidak ada bid’ah di dalamnya. Tapi dari sisi ia dijadikan/diposisikan sebagai ibadah, bisa ada bid’ah di dalamnya [5]
Sifat tauqifi dalam perayaan ‘id memiliki dua sisi :
1. Tauqifi dari sisi landasan penyelenggaraan, sebab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membatasi hanya ada dua hari raya dalam sau tahun, dan hal ini berdasarkan wahyu.

عن أَنَسِ بْنَ مَالِكِ رضي اللَّه عنه قال : قَدِمَ سَمِعَ رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم الْمَدِينَةَ وَلَهُم يَومَانِ يَلعَبُونَ فيهِمَا، فَقَالَ رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم : مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟، قالُوا : كُنَّا نَلْعَبُ فِيْهِمَا فِي الجَاهِلِيَّةِ، قال: إِنَّ اللَّهَ عَزَّوَجَلَّ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا : يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ

Anas bin Malik Radhiyallahu anhu berkata : (Saat) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah dan penduduknya memiliki dua hari di mana mereka bermain di dalamnya. Maka beliau bertanya : Apakah dua hari ini? Mereka menjawab : Dahulu kami biasa bermain di dua hari ini semasa jahiliyah. Beliau pun bersabda : Sungguh Allah telah menggantinya dengan dua hari yang lebih baik, yaitu ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha. [HR Abu Dawud no. 1134 dihukumi shahih oleh Al-Albani][6]
Maka, sebagai bentuk pengamalan dari hadits ini, pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan generasi awal umat Islam tidak dikenal ada perayaan apapun selain dua hari raya ini [7]

Berbeda dengan umat Islam zaman ini yang memiliki banyak sekali hari libur dan perayaan yang tidak memiliki landasan syar’i.
2. Taufiqi dari sisi tata cara pelaksanaannya, karena dalam Islam, hari raya bukanlah sekedar adat, tapi juga ibadah yang sudah diatur tata cara pelaksanaannya. Setiap ibadah yang dilakukan di hari raya berupa shalat, takbir, zakat, menyembelih dan haramnya berpuasa telah diatur. Bahkan hal-hal yang dilakukan di hari raya berupa keleluasaan dalam makan-minum, berpakaian, bermain-main dan bergembira juga tetap dibatasi oleh aturan-aturan syariat. [8]
PENGKHUSUSAN MEMBUTUHKAN DALIL
Di satu sisi, Islam menjelaskan tata cara perayaan hari raya, tapi di sisi lain tidak memberi batasan tentang beberapa sunnah dalam perayaan ‘id, seperti bagaimana menampakkan kegembiraan, bagaimana berhias dan berpakaian, atau permainan apa yang boleh dilakukan. Syari’at Islam merujuk perkara ini kepadaadat dan tradisi masing-masing.
Jadi, boleh saja umat Islam berkumpul, bergembira, berwisata, saling berkunjung dan mengucapkan selamat. Bahkan kegembiraan ini perlu ditekankan agar anggota keluarga merasakan hari yang berbeda dan puas karenanya, sehingga mereka tidak tergoda lagi dengan hari besar-hari besar yang tidak ada dasarnya dalam Islam.[9]
Namun mengkhususkan hari ‘Idul Fithri dengan bermaaf-maafan membutuhkan dalil tersendiri. Ia tidak termasuk dalam menunjukkan kegembiraan atau berhias yang memang disyariatkan di hari raya. Ia adalah wazhifah (amalan) tersendiri yang membutuhkan dalil.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat tidak pernah melakukannya, padahal faktor pendorong untuk bermaaf-maafan juga sudah ada pada zaman mereka. Para sahabat juga memiliki kesalahan kepada sesama, bahkan mereka adalah orang yang paling bersemangat untuk membebaskan diri dari kesalahan kepada orang lain. Akan tetapi, hal itu tidak lantas membuat mereka mengkhususkan hari tertentu untuk bermaaf-maafan.
Jadi, mengkhususkan ‘Idul Fithri untuk bermaaf-maafan adalah penambahan syariat baru dalam Islam tanpa landasan dalil. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata.

فَكُلُّ أَمْرٍ يَكُوْنُ الْمُقْتَضِي لِفعْلِه عَلَىَ عَهْدِ رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم مَوْ جُوْداًلَوْ كَانَ مَصْلَحَةً وَلَمْ يُفْعَلْ، يُعْلَمُ أَنَّهُ لَيْسَ بِمَصْلَحَةٍ

Maka setiap perkara yang faktor penyebab pelaksanaanya pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah ada jika itu (betul-betul) merupakan sebuah kemaslahatan (kebaikan), dan (namun) beliau tidak melakukannya, berarti bisa diketahui bahwa perkara tersebut bukanlah kebaikan. [10]
KESERUPAAN DENGAN BERSALAM-SALAMAN SETELAH SHALAT DAN MENGKHUSUSKAN ZIARAH KUBUR DI HARI RAYA
Karena tidak dikenal selain di Indonesia dan baru muncul pada abad-abad terakhir ini, tidak banyak perkataan ulama yang membahas halal bi halal secara khusus. Namun ada masalah lain yang memiliki kesamaan karakteristik dengan halal bi halal dan sudah banyak dibahas oleh para ulama sejak zaman dahulu, yaitu masalah berjabat tangan atau bersalam-salaman setelah shalat dan pengkhususan ziarah kubur di hari raya.
Berjabat tangan adalah sunnah saat bertemu dengan orang lain, sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut.

عنِ الْبَرَاءِِ رضي اللَّه عنه قالَ : رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم : مَامِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَا فَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّ قَاَ

Dari al-Bara (bin Azib) Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidaklah dua orang Muslim bertemu lalu berjabat tangan, melainkan keduanya sudah diampuni sebelum berpisah” [HR Abu Dawud no. 5212 dan at-Tirmidzi no. 2727, dihukumi shahih oleh al-Albani] [11]
Tapi ketika sunnah ini dikhususkan pada waktu tertentu dan diyakini sebagai sunnah yang dilakukan terus menerus setiap selesai shalat, hukumnya berubah ; karena pengkhususan ini adalah tambahan syariat baru dalam agama.
Disamping itu, bersalam-salaman setelah shalat juga membuat orang menomorduakan amalan sunnah setelah shalat yaitu berdzikir. [12]
Ibnu Taimiyah rahimahullah ditanya tentang masalah ini, maka beliau menjawab : Berjabat tangan setelah shalat bukanlah sunnah, tapi itu adalah bid’ah, wallahu a’lam. [13]
Lebih jelas lagi, para ulama mengkategorikan pengkhususan ziarah kubur di hari raya termasuk bid’ah, [14] padahal ziarah kubur juga merupakan amalan yang pada dasarnya dianjurkan dalam Islam, seperti dijelaskan dalam hadits berikut

عن بُرَيْدَةَ رضي اللَّه عنه قال: رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم : إِنِّي كُنْتُ نَهَيْتُكُم ْعَن زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا؟ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ اْلآخِرَة

Dari Buraidah (al-Aslami) ia berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sungguh aku dulu telah melarang kalian berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah ; karena ia mengingatkan akhirat. [HR Ashabus Sunnan, dan lafazh ini adalah lafazh Ahmad (no. 23.055) yang dihukumi shahih oleh Syu’aib al-Arnauth]
Demikian pula berjabat tangan dan bermaaf-maafan adalah bagian dari ajaran Islam. Namun ketika dikhususkan pada hari tertentu dan diyakini sebagai sunnah yang terus-menerus dilakukan setiap tahun, hukumnya berubah menjadi tercela. Wallahu a’lam.
BEBERAPA PELANGGARAN SYARIAT DALAM HALAL BI HALAL
Di samping tidak memiliki landasan dalil, dalam halal bi halal juga sering didapati beberapa pelanggaran syariat, di antaranya ;
1. Mengakhirkan permintaan maaf hingga datangnya Idul Fithri. Ketika melakukan kesalahan atau kezhaliman pada orang lain, sebagian orang menunggu Idul Fithri untuk meminta maaf, seperti disebutkan dalam ungkapan yang terkenal ‘urusan maaf memaafkan adalah urusan hari lebaran’. Dan jadilah “mohon maaf lahir dan batin” ucapa yang “wajib”. pada hari raya Idul Fithri. Padahal belum tentu kita akan hidup sampai Idul Fithri dan kita diperintahkan untuk segera menghalalkan kezhaliman yang kita lakukan, sebagaimana keterangan hadits berikut

عن أَبِي هُرَيْرَةَ رضي اللَّه عنه أَنَّ رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم قال : مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلِمَةٌ لأَِخِيهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا؟ فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِيْنَارٌ وَلا درهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُؤخَذَ لأَِخِيهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيهِ فَطُرِ حَتْ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa melakukan kezhaliman kepada saudaranya, hendaklah meminta dihalalkan (dimaafkan) darinya ; karena di sana (akhirat) tidak ada lagi perhitungan dinar dan dirham, sebelum kebaikannya diberikan kepada saudaranya, dan jika ia tidak punya kebaikan lagi, maka keburukan saudaranya itu akan diambil dan diberikan kepadanya. [HR al-Bukhari no. 6169]
2. Ikhtilath (campur baur lawan jenis) yang bisa membawa ke maksiat yang lain, seperti pandangan haram dan zina. Karenanya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya, seperti dalam hadits Abu Usaid berikut.

عن أَبِى أُسَيْدٍ اْلأَنْصَارِىِّ رضي اللَّه عنه أَنَّهُ سَمِعَ رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم يَقُولُ وَهُوَخَارِخٌ مِنَ الْمَسْجِدِ فَا خْتَلَطَ الرِّجَالُ مَعَ النِّسَاءِ فِى الطَّرِيقِ فَقَالَ رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم لِانِّسَاءِ اسْتَأخِرْنَ فَإِنَّهُ لَيْسَ لَكُنَّ أَنْ تَحْقُقْنَ الطَّرِيْقَ عَلَيْكُنَّ بِحَافَاتِ الطَّرِيْقِ، فَكَانَتِ الْمَرْاَةُ تَلتَصِقُ بِالجِدَارِ حَتَى إِنَّ ثَوْبَهَا لَيَتَعَلَّقُ بِالْجِدَارِ مِنْ لُصُوقِهَابِهِ

Dari Abu Usaid al-ِAnshari Radhiyallahu ‘anhu ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata saat keluar dari masjid dan kaum pria bercampur-baur dengan kaum wanita di jalan. Maka beliau mengatakan kepada para wanita : “Mundurlah kalian, kalian tidak berhak berjalan di tengah jalan, berjalanlah di pinggirnya”. Maka para wanita melekat ke dinding, sehingga baju mereka menempel di dinding, lantaran begitu mepetnya baju mereka dengan dinding” [HR Abu Dawud no. 5272, dihukumi hasan oleh al-Albani] [15]
3. Berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahram. Maksiat ini banyak diremehkan oleh banyak orang dalam cara halal bihalal atau kehidupan sehari-hari, padahal keharamannya telah dijelaskan dalam hadist berikut.

عن مَعْقِل بن يَسَارِ رضي اللَّه عنه يَقُولُ : قال رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم : لأَنْ يُطْعَنَ فِي رأْسِ أَحَدِ كُْم بِمِخْيَطِ مِنْ حَد ِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَ أَةً تَحِلُّ لَهُ

Dari Ma’qil bin Yasar Radhiyallahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sungguh jika seorang di antara kalian ditusuk kepalanya dengan jarum dan besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. [HR ath-Thabrani, dihukumi shahih oleh al-Albani] [16]
Syaikh al-Albani rahimahullah berkata : “Ancaman keras bagi orang yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya yang terkandung dalam hadits ini menunjukkan haramnya menjabat tangan wanita (yang bukan mahram, ed) karena tidak diragukan lagi bahwa berjabat tangan termasuk menyentuh. Banyak umat Islam yang jatuh dalam kesalahan ini, bahkan sebagian ulama” [17]
PENUTUP
Dari paparan diatas, bisa kita simpulkan bahwa yang dipermasalahkan dalam halal bi halal adalah pengkhususan bermaaf-maafan di hari raya. Pengkhususan acara ini sudah menjadi penambahan syariat baru yang jelas tidak memilki landasan dalil syar’i. Jadi seandainya perkumpulan-perkumpulan yang banyak diadakan untuk menyambut Idul Fithri kosong dari agenda bermaaf-maafan, maka pertemuan itu adalah pertemuan yang diperbolehkan ; karena merupakan ekspresi kegembiraan yang disyariatan Islam di hari raya dan batasannya merujuk ke adat dan tradisi masyarakat setempat. Tentunya, jika terlepas dari pelanggaran-pelanggaran syariat, antara lain yang sudah kita sebutkan diatas. Selain di Indonesia, pertemuan yang umum disebut mu’ayadah (saling mengucapkan selamat ‘id) ini juga ada di belahan dunia Islam lain tanpa pengingkaran dari Ulama.
Bagi yang mengatakan “ah, cuma begini saja kok tidak boleh!”, ingatlah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut setiap perkara baru dalam agama sebagai syarrul umur (seburuk-buruk perkara). Maka bagaimana kita bisa meremehkannya? Setiap Muslim haris berhati-hati dengan perkara-perkara baru yang muncul belakangan. Mari, amalkan sunnah dan Islam yang murni, karena itulah wasiat Nabi tercinta Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Wallahu a’lam
REFERENSI
1. Al-A’yad wa Atsaruha ‘alal Muslimin, Dr. Sulaiman as-Suhaimi, Universitas Islam Madinah.
2. Iqtidha’ ash-Shirath al-Mustaqim, Ibnu Taimiyah, Darul Ashimah.
3. Mi’yarul Bid’ah, Dr. Muhammad Husain al-Jizani, Dar Ibnil Jauzi.
4. Risalatun fil Ikhtilath, Syaikh Muhammad bin Ibrahim
5. http://bahasakita.com
Sumber: Disalin dari majalah As-Sunnah

MANFAAT SRIKAYA (GAROSO MBOLO) UNTUK KESEHATAN



Srikaya (Annona squamosa L.) merupakan tanaman buah yang memiliki banyak sebutan di berbagai daerah di Indonesia. Ada yang menyebutnya delima bintang, serba bintang, sarikaya, seraikaya, serkaya, surikaya, srikawis, sarkaja, serakaja, sirikaja, garoso mbojo (bima), ata, atis soe walanda, sirikaya, sirikaja, dan hirikaya. Kalau di tempat ada buah srikaya ini disebut apa?


Dari bentuk buah dan daunnya, sekilas srikaya ini mirip dengan buah sirsak. Begitu pun khasiatnya, jika daun sirsak berkhasiat untuk pengobatan tradisional, maka daun dan buah srikaya pun begitu. Bahkan hampir semua bagian tanaman srikaya ini bermanfaat sebagai obat.

Manfaat Daun Srikaya
Daunnya digunakan untuk mengatasi batuk, demam, reumatik, menurunkan kadar asam urat darah yang tinggi, diare, disentri, rectal prolaps pada anak-anak, cacingan, kutu kepala, pemakaian luar untuk borok, luka, bisul, skabies, kudis, dan ekzema. Contoh pemakaian:

Borok dan bisul
Cuci daun segar secukupnya, lalu giling sampai halus. Tambahkan sedikit garam, lalu gunakan ramuan ini untuk menurap borok atau bisul dan balut. Dalam sehari, ganti 2--3 kali.

Tiba-tiba pingsan, menenangkan penderita histeris
Cuci daun segar secukupnya, lalu tumbuk sampai halus. Dekatkan gilingan daun tadi pada hidung penderita agar baunya terhisap oleh penderita.

Cacingan pada anak
Cuci daun srikaya segar (15 lembar), lalu rebus dengan lima gelas air sampai tersisa tiga gelas. Setelah dingin, saring dan minum tiga kali sehari, masing-masing satu gelas.

Gangguan pencernaan
Cuci daun srikaya segar secukupnya, giling sampai halus, lalu tambahkan minyak kelapa secukupnya. Tempelkan pada perut.

Kudis
Cuci daun srikaya segar (15 lembar), lalu giling sampai halus. Remas dengan air kapur sirih sebanyak satu sendok teh dan gunakan untuk menggosok kulit yang kudis. Lakukan sehari dua kali.

Manfaat Biji dan Buah Srikaya
Bijinya juga bisa dimanfaatkan untuk mengatasi pencernaan lemah, cacingan, dan mematikan kutu kepala dan serangga. Buah sirsak yang masih muda digunakan untuk mengobati diare, disentri akut, dan gangguan pencernaan (atonik dispepsia).Berikut ini contoh pemakaiannya:

Membasmi kutu anjing
Mandikan anjing yang berkutu dengan air rebusan daun atau biji srikaya. 
Caranya, tumbuk halus daun atau biji srikaya, tambahkan air secukupnya, lalu saring airnya dan gunakan untuk memandikan anjing.

Mematikan kutu kepala
Cuci biji srikaya (10 butir) dan daun srikaya segar (1 genggam), lalu giling sampai halus. Tambahkan sedikit minyak kelapa, lalu aduk merata. Turapkan pada kulit kepala, lalu bungkus dengan kain. Setelah tiga jam, buka dan cuci sampai bersih. Jangan sampai bilasan air masuk ke mata karena dapat menyebabkan iritasi dan meradang.

Mematangkan bisul
Ambil isi buah yang sudah masak, lalu giling halus. Tambahkan sedikit garam sambil diaduk merata, turapkan pada bisul, lalu balut dengan kain kasa.

Manfaat Akar dan Kulit Kayu


Akarnya digunakan untuk mengobati sembelit, disentri akut, depresi mental, dan nyeri tulang punggung. Kulit kayu digunakan untuk mengatasi diare, disentri, dan luka berdarah. Contoh Pemakaian:

Diare
Cuci kulit batang srikaya (6--10 g), potong kecil- kecil, lalu tambahkan gula merah secukupnya. Rebus dengan empat gelas air sampai tersisa separuhnya. Setelah dingin, saring dan minum dua kali sehari, masing-masing satu gelas.

Catatan :
  1. Ibu hamil dilarang minum rebusan biji buah srikaya.
  2. Hati-hati jika minum rebusan biji, kulit kayu, dan akar srikaya karena mengandung racun.
  3. Hanya digunakan dibawah pengawasan herbalis berpengalaman.

NIKMATI HIDUP DENGAN BERSYUKUR, BUKAN DENGAN MENGELUH




Tidak bisa dipungkiri, makhluk yang namanya manusia pasti pernah mengeluh. Disadari atau tidak, mengeluh seperti sudah menjadi bagian dari hidup. Hanya saja, frekuensi dan kualitas keluhannya yang membedakan antara satu personal dengan personal lainnya.

Biasanya perbedaan ini terkait dengan tingkat pemahaman dan cara pandang seseorang tentang suatu masalah yang sedang ia hadapi. Sabar, ikhlas dan seberapa besar keinginan untuk mengubah sebuah keadaan menjadi lebih baik, biasanya akan meminimalisir keluhan.

Sebaliknya, sikap apriori, pesimis dan berburuk sangka terhadap kejadian yang sedang menimpa secara otomatis akan memunculkan keluhan-keluhan yang alih-alih mendapatkan penyelesaian, malah akan menambah ruwet dan bisa jadi menambah masalah baru. 

Mengeluh sejatinya perwujudan dari rasa tidak puas, tidak ikhlas menerima sebuah ketentuan yang terjadi, baik dari segi materi dan non materi. Ketika sakit berkeluh kesah, macet mengumpat, banjir atau kekeringan mengkambing hitamkan orang lain. Atau ketika ditimpa musibah menghardik Tuhan tidak adil, gaji kecil, belum punya rumah dan kendaraan pribadi acap menyalahkan suami (bagi para istri) atau anak-anak nakal dan bermasalah tidak jarang meyalahkan istri (bagi para suami). 

Ya, sebagian contoh kecil tersebut adalah manifestasi dari rasa tidak puas. Belum lagi kita saksikan fenomena di negeri yang kita cintai ini. Berita di televisi mayoritas menyuguhkan tentang aksi demo dan kekerasan, kerusuhan dimana-mana, tindak kriminal, penyalahgunaan kekuasaan, korupsi-kolusi dan nepotisme dan banyak lagi yang kesemuanya menunjukkan pada satu hal : ketidakpuasan! Sebuah potret masyarakat yang diwarnai dengan berbagai keluhan. 

Lalu, sebagai seorang yang mengaku muslim dan punya tuntunan yang jelas tentu saja kita tidak akan membiarkan diri kita terperosok lebih jauh ke dalam perbuatan yang sesungguhnya dibenci oleh Allah Swt. Kenapa dibenci oleh Allah Swt.? Karena sesunggunya Allah Swt. menyukai hamba yang senantiasa bersyukur dengan segala ketentuan dan bersabar ketika ditimpa sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan. 

Melihat fakta yang mayoritas bahwa manusia tidak pernah lepas dari keluh kesah maka sangat penting bagi setiap muslim/muslimah mempunyai manajemen yang tepat agar tidak terpeleset dalam keluh kesah yang tidak diperbolehkan dan pandai menyikapi setiap kejadian yang dihadapi dengan mengacu kepada teladan kita Rasulullah Saw. 

Mengeluh Indikasi Tidak Bersyukur 

Allah Swt. berfirman dalam QS An-nahl : 18, artinya : “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya.” 

Ketika seseorang hanyut dalam keluhan, panca inderanya pun tak mampu lagi memainkan perannya untuk melihat, mendengar, mencium dan merasakan nikmat yang bertebaran diberikan oleh Allah Swt. tak henti-hentinya. Hatinya serta merta buta dari mengingat dan bersyukur atas nikmat Allah yang tiada terbatas. Itulah sifat manusia yang selalu mempunyai keinginan yang tidak terbatas dan tidak pernah puas atas pemberian Allah kecuali hamba-hamba yang bersyukur dan itu hanya sedikit. 

Pada zaman Sayyidina Umar al-Khattab, ada seorang pemuda yang sering berdoa di sisi Baitullah yang maksudnya: “Ya Allah! Masukkanlah aku dalam golongan yang sedikit.” 

Doa beliau didengar oleh Sayyidina Umar ketika beliau (Umar) sedang melakukan tawaf di Ka’bah. Umar heran dengan permintaan pemuda tersebut. Selepas melakukan tawaf, Sayyidina Umar memanggil pemuda tersebut dan bertanya, “Mengapa engkau berdoa sedemikian rupa (Ya Allah! masukkanlah aku dalam golongan yang sedikit), apakah tidak ada permohonan lain yang engkau mohonkan kepada Allah?” 

Pemuda itu menjawab, “Ya Amirul Mukminin! Aku membaca doa itu karena aku takut dengan penjelasan Allah dalam surah Al-A’raaf ayat 10, yang artinya: ‘Sesungguhnya Kami (Allah) telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber/jalan) penghidupan. (Tetapi) amat sedikitlah kamu bersyukur’. Aku memohon agar Allah memasukkan aku dalam golongan yang sedikit, (lantaran) terlalu sedikit orang yang tahu bersyukur kepada Allah,” jelas pemuda tersebut. 

Semoga kita menjadi hamba-hamba yang dikategorikan sedikit oleh Allah dalam ayat tersebut. Dengan selalu menjaga ikhlas dan sabar terhadap segala kejadian atau ketentuan yang diberikan oleh Allah. Dan berprasangka positif bahwa apa yang telah terjadi adalah yang terbaik menurut Allah, sehingga hanya rasa syukur saja yang terlintas di benak, terucap di bibir dan terlihat dari tindakan karena sesungguhnya jika kita bersyukur maka Allah akan menambah nikmat-Nya dan jika kita ingkar, sesunggunya azab Allah sangat pedih (QS Ibrahim:7). 

Mengeluh Hanya Pada Allah Swt 

Ketika sebuah kejadian yang tidak diinginkan menimpa seseorang, katakanlah ditimpa sebuah masalah yang berdampak menitikkan air mata, menyakitkan hati, membuat kepala berdenyut-denyut dan menjadikan seseorang itu merasa diberi ujian yang sangat berat dan tidak sanggup mengatasinya sendiri, sebuah tindakan manusiawi jika ia membutuhkan orang lain dalam penyelesaian masalahnya. Lalu, benarkah tindakannya jika ia mengeluhkan masalahnya kepada orang lain? 

Rasulullah Saw. pernah mengalami sebuah kondisi yang jauh dari yang beliau inginkan. Para kaum musyrikin mengabaikan seruannya dan juga mencampakkan Al-Quran. Mereka telah mengacuhkan Al-Quran dalam beberapa bentuk diantaranya: mereka tidak mau mengimani Al-Quran, mereka tidak mau mendengarkan Al-Quran, bahkan mereka menolaknya dan mengatakan bahwa Al-Quran adalah ucapan dan bualan Muhammad si tukang syair dan sihir . Kaum musyrikin juga berusaha untuk mencegah orang-orang yang berusaha mendengarkan Al-Quran dan dakwah Rasulullah Saw. 

Dalam kondisi tertekan tersebut Rasulullah Saw. mengeluh dan mengaduh hanya kepada Allah Swt. seperti yang terkandung dalam QS Al-Furqon : 30, yang artinya : “Dan berkatalah Rasul: Ya Tuhanku! Kaumku ini sesung­guhnya telah meninggalkan jauh al-Quran”. 

Begitu pula dengan Nabi Ya’qub dan Nabi ayub, sebagaimana firman Allah dimana Nabi Ya’qup berkata, yang artinya: “Sesungguhnya aku mengeluhkan keadaanku dan kesedihanku hanya kepada Allah,“ (QS. Yusuf : 86). 

Dan Nabi Ayyub a.s. , yang disebutkan Allah dalam firman-Nya, bahwa Ayyub berkata, yang artinya :“Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau (Allah) adalah Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang,”(QS Al-Anbiyaa’: 83). 

Sebaiknya, mengeluhlah hanya kepada Allah Swt., karena sesungguhnya semua kejadian sudah menjadi sebuah ketentuan-Nya dan hanya Dia-lah sebaik-baik pemberi solusi. Tetapi dalam kondisi-kondisi dimana seseorang mengeluh (sharing) tentang masalahnya kepada orang yang ia yakini amanah dan dengan catatan untuk mendapatkan penyelesaian, maka dalam hal ini sebagian ulama memperbolehkan. 

Sebagaimana Ibnu Qayyim , dalam ‘Uddatu Ash Shabirin, menyatakan bahwa adapun menceritakan kepada orang lain tentang perihal keadaan, dengan maksud meminta bantuan petunjuknya atau pertolongan agar kesulitannya hilang, maka itu tidak merusak sikap sabar ; seperti orang sakit yang memberitahukannya kepada dokter tentang keluhannya, orang teraniaya yang bercerita kepada orang yang diharapkannya dapat membelanya, dan orang yang tertimpa musibah yang menceritakan musibahnya kepada orang yang diharapkannya dapat membantunya. 

Membiasakan Diri dengan Mengeluh Positif 

Mengeluh positif ? Spontan pasti muncul pertanyaan ketika membaca subjudul tersebut. Iya, ternyata mengeluh tidak selalu berkonotasi negatif. Tidak sabar menghadapi ujian, kurang ikhlas menerima ketentuan dan hasad/iri pada orang lain acap kali membuat diri menjadi tidak berdaya sehingga mengeluarkan kata-kata yang bermakna tidak puas yang merupakan perwujudan dari mengeluh. Tetapi, jika seseorang hasad/iri terhadap kebaikan dan amal saleh orang lain yang membuat dirinya termotivasi untuk berbuat hal yang sama bahkan lebih tanpa mengurangi/menghilangkan kebaikan orang lain tersebut maka hasad model ini dikategorikan sebagian ulama sebagai hasad yang positif. 

An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Para ulama membagi hasad menjadi dua macam, yaitu hasad hakiki dan hasad majazi. Hasad hakiki adalah seseorang berharap nikmat orang lain hilang. Hasad seperti ini diharamkan berdasarkan kata sepakat para ulama (baca: ijma’) dan adanya dalil tegas yang menjelaskan hal ini. Adapun hasad majazi, yang dimaksudkan adalah ghibthoh. Ghibthoh adalah berangan-angan agar mendapatkan nikmat seperti yang ada pada orang lain tanpa mengharapkan nikmat tersebut hilang. Jika ghibthoh ini dalam hal dunia, maka itu dibolehkan. Jika ghibthoh ini dalam hal ketaatan, maka itu dianjurkan. 

Jadi, marilah kita sama-sama membekali diri dengan ketaatan hanya kepada Allah Swt. dengan cara senantiasa mendekatkan diri pada-Nya. Tidak pernah puas untuk mengkaji ilmu-ilmu-Nya agar dalam setiap desahan napas selalu mengaitkan dengan hukum-hukum-Nya. Jika ada niat dan tekad dengan sungguh-sungguh, insya Allah ikhlas dan sabar akan menjadi perhiasan yang akan mewarnai akhlak kita sehari-hari dan kita dihindarkan dari lisan dan sikap yang sering berkeluh kesah. Cukuplah mengeluh positif dalam genggaman, yaitu mengeluh dalam rangka bermuhasabah dan berlomba-lomba dalam kebaikan sehingga dapat meraih derajat taqwa yang sesungguhnya. Wallahu’alam

DIRGAHAYU KEMERDEKAAN RI YANG KE 69 TAHUN, SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA...!








LIHATLAH DIJARI MANIS PARA PEJABAT

Sungguh beruntung mendapat kesempatan beberapa kali berada di dekat pejabat dan tokoh terkenal sehingga dapat melirik batu cincin yang dipakainya . Kadang-kadang kalau momennya tepat dan memungkinkan, bisa menanyakan kepada pejabat tersebut tentang nama batu cincin yang sedang dipakainya.


Mereka yang ditanya tidak pernah merasa terganggu atau marah, bahkan akan menceritakannya dengan senang hati. Suatu hari misalnya, dalam kesempatan halal bihalal, saat bersalaman dengan seorang pejabat yang tangannya berhiaskan batu cincin, langsung menyapanya : ”Batu cincin bapak bagus sekali, jenisnya batu apa ya pak?” Pejabat tersebut sembari tersenyum menjawab : ”Aah, batu biasa pak, kata orang batu zamrud“. Tidak jarang pejabat yang ditanya kemudian tersipu-sipu kalau tidak tahu atau tidak yakin akan keaslian batu cincinnya.



sby_cincin
Gambar 1: Presiden SBY dengan batu cincin cat's - eye nya 



Di beberapa kesempatan ketika berpidato nampak dijari manis Pak SBY sebuah batu cincin yang pantulan kilaunya sangat mempesona, berbentuk garis lurus yang bergoyang sesuai dengan gerakan tangan Pak SBY. Batu cincin semacam ini dikenal sebagai biduri mata kucing atau cat’s eye. 

Dari tampilan warna dan transparansinya, batu cincin Pak SBY tersebut kemungkinan besar jenis chrysoberil’s cat’s - eye, atau biduri mata kucing krisoberil (rumus kimianya BeAl2O4 , kekerasannya 8,5 Mohs, dan berat jenisnya sekitar 3,70). 

Sekedar tambahan, dalam kelompok mineral krisoberil terdapat 2 jenis batumulia yang diapresiasi sangat tinggi di kalangan kolektor yaitu alexandrite dan cat’s-eye. Sayang sekali pada saat itu tidak dapat bergerak lebih dekat ke posisi Pak SBY sehingga tidak terjadi dialog. Seandainya bisa, pasti akan menanyakan langsung tentang batu cincin beliau.

fauzi-bowo_cincin
Gambar 2: Gubernur DKI Pak Bowo dengan batu cincin krisoprasnya.



Berbeda dengan Pak SBY yang batu cincinnya dipastikan barang impor (kemungkinan dari Sri Lanka), batu cincin Pak Bowo, mantan Gubernur DKI Jakarta, kemungkinan besar produk asli dalam negeri.

Warnanya hijau sejuk dan tidak mengandung pantulan cahaya khusus (dikenal sebagai star atau laser). Sebagai tambahan, di Indonesia, batumulia kelompok mineral kuarsa berwarna hijau ditemukan di 2 lokasi yaitu Garut , Jawa Barat , jenisnya chrysoprase krisopras (dikenal sebagai batu Ohen : silika mengandung oksida nikel) dan P. Bacan / P. Kasiruta , Maluku Utara , jenisnya quartz chrysocolla – krisokola kuarsa – (dikenal sebagai batu Bacan : silika mengandung oksida tembaga). Khusus untuk krisopras Garut , kita perlu ekstra hati-hati karena di pasar batumulia banyak sekali ditemukan batu hijau aspal yang dikenal sebagai green chalcedony (warnanya direkayasa alias dicelup). Semoga saja batu cincin yang dipakai Pak Bowo itu asli he he !

Batu Cincin Alm. Pak Probosutedjo



probosutedjo_cincin
Gambar 3: Pak Probosutedjo dengan batu cincin cat's-eye dan emeraldnya.
Mengenang kembali pada Alm. Probosutejo, kami dike-jutkan oleh masuknya sebuah mobil Mercedez mewah ke halaman Serambi Batumulia. Dari mobil tersebut keluar Pak Probosutedjo, Konglomerat terkemuka saat itu yang dikawal oleh beberapa pengawal dan diiringi oleh beberapa pengurus teras Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI). 

Ketika itu nampak jelas Di jari manis kanan Pak Probosutedjo sebuah cincin berwarna coklat madu yang translusen dan berkilauan dengan pantulan cahaya yang mirip dengan batu cincin Pak SBY (chrysoberyl’s cat’s-eye), sedangkan di jari tengah kiri terlihat batu cincin berwarna hijau cemerlang jenis zamrud atau emerald. Konon kabarnya, menurut sumber yang patut dipercaya, nilai cat’s eye nya sekitar 700 an juta rupiah dan zamrudnya sekitar 300 an juta rupiah... Wallahualam.



Itulah rekan-rekan, secuil kisah tentang batu permata yang dipakai oleh beberapa pejabat kita. Sebetulnya masih ada ribuan pejabat sipil, militer, kepolisian dan tokoh penting yang jari tangannya berhiaskan cincin batumulia, ada yang asli dan tidak sedikit yang sintetis. 


Barangkali akan sangat menarik kalau kita bisa mengabadikan atau memotret tangan pejabat tersebut dan mempelajari jenis batu cincinnya.

BATU CINCIN YANG LAGI NGETREN SAAT INI


Hasil bumi dan tambang yang melimpah, membuat Indonesia menjadi penghasil berbagai batu mulia terbaik di kelasnya. Hal tersebut bisa dilihat dari harga yang ditawarkan dari sebuah batu mulia tersebut yang bisa mencapai puluhan juta rupiah. Nilai jual batu mulia ini terlihat dari keindahan batu mulia yang terpancar dari warnanya, bentuk dan kemampuannya memantulkan sinar.

Batu mulia, meskipun bukan barang baru, aksesoris yang pada umumnya menghiasi jari jemari sebagai cincin ini, yang dulu biasanya hanya identik dengan orang tua, namun sekarang menjadi tren di kalangan anak muda dan menjadi kebagaan tersendiri.

Aneka ragam jenis batu dan Soal harga tidak main-main, ada yang puluhan ribu bahkan mencapai ratusan juta rupiah. Tergantung tingkat kesulitan dalam mendesain dan jenis batu itu sendiri.

Yang percaya, konon katanya, memakai cincin dengan jenis batu tertentu bukan saja berfungsi sebagai hiasan tangan belaka melainkan sebagai jimat hingga menambah kepercayaan diri bagi sang pemakainya.

Beberapa pejabat Indonesia juga terlihat memakai batu cincin, Di beberapa kesempatan misalnya, Almarhum Presiden Soeharto juga Presiden SBY dan pejabat lainnya sempat tertangkap kamera menggunakan batu cincin.

Berbagai batu mulia yang disematkan pada perhiasan dibedakan dari jenis batu mulia sesuai minat dari pemakai. Sebagian kita mungkin hanya mengenal sedikit tentang macam-macam batu mulia, padahal di Indonesia beragam jenis batu mulia yang dihasilkan dan tentu saja ahli perbatuan yang bisa membedakan kwalitas dari batu itu sendiri.

Batu mulia dengan kualitas terbaik bisa menembus harga yang tinggi dan fantastis, sehingga tidak heran, banyak para peminatnya yang berusaha mendapatkannya. Berikut ini kami sajikan 10 batu mulia dengan kwalitas terbaik.

Jenis - Jenis Batu Mulia

Peminat batu mulia di Indonesia merupakan salah satu jenis pangsa pasar yang potensial. Sebagai negara yang banyak menghasilkan hasil tambang terbaik di kelasnya. Ada beberapa jenis batu yang bagi orang awam pasti akan susah membedakan karena sepintas hampir sama tapi beda, untuk itu kami coba kupas 10 batu terpaforit seperti berikut :

1. Batu Berlian



Berlian tidak hanya cocok dikenakan pada perhiasan namun perhiasan yang disematkan batu berlian memiliki nilai jual yang sangat tinggi yang juga melambangkan kemewahan yang membuat batu berlian banyak diminati.

2. Batu Safir





Batu safir merupakan jenis batu cincin yang paling diminati dan sudah tidak asing di Indonesia. Batu safir dipercaya memancarkan aura untuk mengembangkan daya pikir baru yang menggambarkan kekekalan. Beberapa jenis bati safir pada perhiasaan seperti blue saphirre, yellow sapphire, black shappire dan burma shappire.

3. Batu Akik



Jenis batu mulia ini banyak digunakan pada perhiasan cincin untuk pria yaitu batu akik. Jenis batu akik tersebar di seluruh Indonesia yang berasal dari mikro kristal kuarsa dengan kehalusan dan tingkat kecerahan warnanya. Keistimewaan batu akik terletak pada makna yang terkandung pada khasiat batu akik tersebut.

4. Batu Zamrud


Warna batu kehijauan yang melambangkan zamrud khatulistiwa ini cukup terkenal dan diminati hingga mancanegara. Batu zamrud memang secara pembentukan berwarna hijau yang menggambarkan kemakmuran dan keanggunan pada yang memakainya.

5. Batu Aquamarine


Warta batu aquamarine terkenal dengan seperti batu biru laut yang sangat indah. Jenis batu mulia ini sedikit berbeda karena tidak tahan terhadap panas, dan bila dipanaskan terlalu tinggi warna biru lautnya akan menghilang. Batu ini memberikan gambaran kasih sayang, tapi jika anda ingin membeli batu mulia ini, bentuk batu topaz juga bisa terlihat mirip dengan batu aquamarine ini.

6. Batu Topaz


Sekilas hampir mirip dengan batu aquamarine namun mempunyai kualitas di bawah batu akuamarine, sehingga banyak dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dengan menjual batu topaz sebagai batu akuamarine. Perbedaannya terletak dari asal batu topaz dari arthorhombic sedangkan akuamarine berasal dari kristal heksagonal. Untuk membedakan batu topaz dengan aquamarine bisa dilihat dari refraksi topaz yang lebih kuat dan tingkat kekerasan yang berbeda.

7. Batu Ruby


Banyak digunakan oleh para pria yang menggambarkan keberanian dan kekuatan si pemakai. Batu ruby yang banyak di pakai, biasanya berwarna merah dengan bentuk umumnya round atau oval.

8. Batu Tourmaline





Berbeda dengan jenis batu yang memiliki banyak gradasi warna, batu tourmaline hanya memiliki satu jenis warna, batu ini pada umumnya mempunyai bentuk gradasi warna yang indah dan mewah dengan gabungan merah dan hijau.

9. Batu Kalimaya / Opal




Jenis batu yang tergolong paling banyak peminatnya di Indonesia karena meskipun tergolong jenis batu mulia yang mahal namun batu ini tetap banyak diminati. Ciri-ciri batu kalimaya terlihat dari bentuknya yang unik dan juga bercita rasa tinggi.

10. Batu Amethyst


Batu Amethyst (kecubung) termasuk jenis batu mulia yang banyak diminati oleh orang Indonesia yang khususnya bagi para wanita karena batu ini berwarna ungu yang menawan dan melambangkan keanggunan.

BERBAGI PENGALAMAN PERTAMA NAIK PESAWAT TERBANG



Biaya transfortasi udara saat ini semakin terjangkau oleh masyarakat luas, maka jangan heran, pada saat lebaran Idul Fitri kemarin, terutama saat mudik mengalami lonjakan penumpang sangat signifikan bahkan mengalahkan transfortasi darat. Namun arah sebaliknya (kembali dari daerah) justru lonjakan penumpang beralih ke transfortasi darat, mungkin uangnya sudah menipis untuk berbagi kebahagiaan dikampung halaman atau ada tambahan penumpang baru yang diajak kekota, imbuh beberapa sopir bus yang kami temui di terminal pulau gadung beberapa hari yang lalu.

Jika anda pertama kali naik pesawat terbang, berikut ini kami bagi tips sederhana, Tips ini untuk penerbangan domestik (dalam negeri).

Langkah Pertama

1. Pertama, siapkan tiket pesawat Anda. Rata-rata saat ini pembelian tiket bisa dilakukan secara online. Setelah selesai membeli online, tiket elektronik akan dikirim ke email Anda. Sebaiknya, tiket ini Anda print (cetak). Namun, jika membeli di agen perjalanan, biasanya pembeli sudah mendapatkan tiket cetak.

Di beberapa bandara, seperti Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, bandara terbagi ke beberapa terminal. Ketahuilah maskapai yang akan Anda naiki ada di terminal berapa. Saat masuk ke dalam terminal, Anda tinggal menunjukkan tiket ke petugas agar dapat masuk ke dalam.

Oleh karena itu, sebaiknya tiket cetak sudah Anda pegang atau kantongi. Sebab, di saat ramai pengunjung, Anda harus mengantre untuk masuk ke dalam terminal. Ada baiknya Anda sudah siapkan tiket agar tak menghabiskan waktu di antrean hanya untuk mencari-cari tiket di dalam tas.

Langkah Kedua

2. Kedua, datanglah ke bandara selambat-lambatnya satu jam sebelum keberangkatan. Lebih cepat lebih baik untuk menghindari antrean saat masuk ke dalam terminal bandara dan juga saat antrean check-in. Lebih baik menunggu di boarding room (ruang tunggu) daripada Anda harus terburu-buru, apalagi sampai tertinggal pesawat.

Beberapa maskapai di Indonesia kini sudah menerapkan check-in secara online yang memudahkan tamu untuk tidak perlu lagi mengantre saat check-in. Namun, tak semua maskapai menyediakan fasilitas ini.

Langkah Ketiga

3. Ketiga, pastikan tas yang Anda bawa tak terlalu banyak. Biasakan Anda membawa tas paling banyak dua tas. Tas kecil untuk menyimpan dompet, telepon genggam, dan sejenisnya. Sedangkan satu lagi adalah tas besar untuk menaruh baju dan sebagainya.

Hal ini akan memudahkan Anda saat membawa-bawa tas. Sebab, di bandara Anda harus melewati pengecekan barang. Jika memang bawaan Anda banyak, maka pisahkan barang-barang yang tak terlalu berharga ke tas tersendiri dan masukkan ke dalam bagasi.

Pastikan juga kuota kilogram bagasi yang Anda dapatkan. Ada pula maskapai yang tak menyediakan fasilitas bagasi secara gratis.

Langkah Keempat

4. Keempat, check-in di loket yang tersedia. Siapkan KTP dan print tiket saat mengantre untuk check-in tiket. Jika bingung loket mana yang harus Anda datangi, tanya saja pada petugas. Siapkan pula tas yang akan masuk bagasi.

Serahkan KTP dan print-out tiket pesawat Anda ke petugas check-in. Setelah itu, Anda akan mendapatkan selembar boarding pass (tiket untuk masuk ke dalam pesawat). Perhatikan nomor kursi dan gate (gerbang) keberangkatan yang tertera di boarding pass.

Setelah mendapatkan boarding pass ini, jangan sampai KTP Anda tertinggal di loket check-in. Banyak orang yang terburu-buru setelah mendapatkan boarding pass, pergi begitu saja dan lupa mengambil kembali KTP.

Untuk bagasi, letakkan tas di timbangan yang berada di sebelah petugas. Nantinya tas akan dilabeli dan Anda akan mendapatkan bukti nomor tas yang masuk bagasi. Jangan hilangkan bukti nomor ini karena akan berguna saat nantinya Anda mengambil tas.

Langkah Kelima

5. Kelima, bayar airport tax. Beberapa bandara, untuk airport tax langsung dibayar di counter check-in. Namun ada pula beberapa bandara yang menerapkan loket pembayaran airport tax secara terpisah. Besarnya airport tax berbeda-beda untuk setiap bandara. Di Bandara Soekarno Hatta, airport tax dikenakan biaya sebesar Rp 40.000.

Langkah Keenam

6. Keenam, saatnya masuk ke boarding room. Ruang tunggu untuk naik pesawat ini biasanya dipisahkan berdasarkan gate. Sebelum masuk boarding room, sekali lagi Anda harus melewati pemeriksaan barang.

Lalu duduklah sesuai dengan gate yang telah ditentukan. Nomor gate tertera di boarding pass. Jika tak yakin, tanyakan petugas yang menjaga gate. Nomor gate juga biasanya tertera di papan pemberitahuan.

Anda bisa mencocokkan nomor pesawat dengan nomor gate. Di papan ini, Anda juga bisa mengetahui jam keberangkatan dan juga status pesawat Anda.

Langkah Ketujuh

7. Ketujuh, dengarkan pengumuman mengenai status pesawat Anda. Jangan hanya mendengarkan rute pesawat saja, tetapi dengarkan pula nomor penerbangan. Jika tak yakin, cobalah tanyakan ke orang yang ada di sebelah Anda. Tanyakan apakah ia akan berada di pesawat yang sama.

Jika ya, maka mintalah dengan sopan agar membantu Anda untuk mengingatkan jika sudah waktunya naik pesawat. Jangan lupa untuk mematikan telepon genggam sebelum Anda naik pesawat. Bila sudah saatnya naik pesawat, segeralah antre di depan pintu boarding. Siapkan KTP dan boarding pass.

Setelah mencocokkan nama di KTP dengan di boarding pass, maka boarding pass Anda akan disobek oleh petugas. Sebagian diambil petugas, sisanya bisa Anda simpan. Jangan lupa, potongan nomor tas bagasi jangan sampai terambil petugas.

Langkah Kedelapan

8. Kedelapan, masuklah ke dalam pesawat. Cek kembali nomor kursi Anda. Jika kursi Anda berada di urutan nomor awal, naiklah dari pintu depan. Sementara nomor tengah sampai akhir (biasanya dari nomor 21), naik dari pintu belakang.

Setelah menemukan kursi Anda, letakkan tas Anda di bagasi kabin yang berada di atas. Jika tas kecil, maka tak perlu ditaruh di atas kabin. Bawa saja saat Anda duduk. Duduklah di kursi yang telah ditentukan dan kenakan sabuk pengaman.

Langkah Kesembilan

9. Kesembilan, sesaat sebelum lepas landas, awak pesawat akan memberikan petunjuk keselamatan saat penerbangan. Perhatikan dengan seksama dan bacalah instruksi keselamatan yang ada di bangku pesawat.

Saat lepas landas, makan lah permen untuk mengurangi tekanan pada telinga Anda. Anda baru diperbolehkan untuk melepas sabuk pengaman atau berjalan di dalam pesawat, jika tanda sabuk pengaman di pesawat sudah mati.

Namun sebaiknya tetaplah kenakan sabuk pengaman selama di dalam pesawat. Untuk makan an dan minuman, tidak semua maskapai menyediakannya. Bisa saja jika Anda mau membawa bekal minuman atau makan an ringan.

Di penerbangan domestik, botol mineral ukuran sedang masih diperbolehkan untuk dibawa ke dalam pesawat. Sementara untuk minuman bersoda dalam kemasan kaleng tidak diperbolehkan.

Langkah Kesepuluh

10. Kesepuluh, sampai di tujuan, jangan buru-buru melepas sabuk pengaman. Lepaslah jika pesawat sudah benar-benar berhenti dan tanda memakai sabuk pengaman sudah dimatikan. Setelah itu Anda bisa mengambil tas di atas kabin.

Bersabarlah saat mengambil tas maupun menunggu pintu pesawat dibuka. Lalu lanjutkan perjalanan menuju tempat pengambilan bagasi. Jika bawaan Anda tak banyak, maka tak perlu memakai trolly (kereta dorong).

Beberapa bandara memiliki beberapa area pengambilan bagasi. Pastikan Anda menunggu di area yang sesuai dengan nomor pesawat Anda. Setelah mendapatkan tas Anda, Anda bisa keluar dari bandara. Namun sebelum keluar, Anda harus menunjukan nomor bukti penitipan bagasi ke petugas.

Tips sederhana agar memudahkan Anda saat pengambilan barang bagasi adalah pastikan tas sudah diberikan ciri khas tertentu. Rata-rata tas bepergian berwarna hitam, sehingga memudahkan orang tertukar dengan tas orang lain.

Ikatkan pita berwarna mencolok seperti merah atau kuning di tas Anda untuk menandai tas. Jika bukan tas yang Anda gunakan, misalnya kotak kardus, maka beri nama dan nomor telepon di kotak kardus.