Tanggal 5 Juli 2013 membawa ku secara sadar ke Bima di Nusa Tenggara Barat yang keberadaannya masih absurd dipikiranku. Dek, kamu beneran jadi KKN di Bima? sudah kamu pikirkan secara matang tentang keberangkatanmu ke Bima itu? tanya kakak sepupu yang paling dekat dengan aku.
Sempat terlintas dipikiranku sejenak nama Bima dari aku kecil lantaran Bima merupakan tempat kelahiran suaminya tetanggaku, papa nya teman kecil ku yang rumahnya berdekatan dengan rumah ku di Jakarta. Namun gambaran kehidupan di Bima belum aku ketahui dengan alasan justru gambaran jelek dari tingkah laku papa nya teman ku yang sering disoroti oleh karena beliau dianggap tidak bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Ifada yang sekarang menjadi sahabat ku sejak perkenalan ku di PPSMB UGM di tahun 2010 menghantarkan aku untuk mengenal lebih jauh tentang Bima. Akibat sering bermain bersama hingga kita sama-sama harus mengambil matakuliah yang berbobot 3 sks sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata atau lebih sering dikenal dengan sebutan KKN ini, maka terdamparlah tawaran untuk pergi ke Bima.
Tadinya aku sempat ragu dengan lokasi KKN di Bima, takut tidak disetujui oleh mama ku. Setelah bertukar pikiran dan banyak penjelasan yang masuk diakal, akhirnya mama aku melepaskan aku untuk pergi jauh tanpa bimbingan langsung dari beliau.
Tanpa ada mama disampingku dan juga tanpa ada Ifada saat menjalani KKN di Bima, aku merasa kesepian. Namun apa daya tanggal 5 Juli 2013 bus Safari Dharma Raya menjemput aku beserta rombongan KKN ku yang bertema besar Ekowisata tersebut di Graha Sabha Pramana UGM. Saat itu aku hanya diantarkan oleh Rizky dan supir nya. Aku sedih sih tapi ya tetep merasa bersyukur juga sih.
Tanpa berpikir panjang bahwa aku kesepian, ya aku mulai menjalin sosialisasi dengan teman-teman rombongan ku satu persatu. Avissa merupakan salah satu orang yang mulai aku ajak bicara dan duduk bersama di dalam bus. Tak berapa lama kemudian…… Yesss akhirnya akuu punya teman dan kita berbagi cerita bersama. Kemudian berlanjut ngobrol dengan beberapa teman-teman yang lain selama perjalanan yang cukup lama hingga tanggal 9 Juli 2013 baru sampai di Bima.
Sepanjang perjalanan kita mendapatkan banyak pembelajaran berharga. Salah satu contohnya adalah per bus yang kami tumpangi sempat patah dan kami terdampar di Situbondo tepatnya di rumah makan pemberhentian Safari Dharma Raya. Berjam-jam kami menunggu kepastian kapan bus nya kelar diperbaiki??? Nyebrang selat Bali aja belom, apalagi nyebrang pelabuhan lainnya
Jujur kami bosan ada di rumah makan tersebut berjam-jam karena tidak ada yang lebih menarik di rumah makan tersebut kecuali kami bisa mandi terus bayar Rp. 1000,00 dan menengok pantai disekitar situ yang katanya beberapa teman ku cukup bagus.
Setelah bus kelar diperbaiki, kami pun melanjutkan perjalanan kami ke Bima. Sesampainya di Bima kami langsung mengunjungi kantor walikota Bima yang punya ciri khas bangunan yang unik. Kedatangan kami disambut baik oleh semua kalangan yang datang saat itu. Rasa senang pun terpancar dari raut wajah kita semua sekalipun sudah lelah menjalani perjalanan panjang berhari-hari.
Menuju lokasi KKN adalah tujuan terakhir kami. Kelurahan Kolo, kecamatan Asakota, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat yang telah kami nanti-nanti ternyata punya laut yang sangat bagus dan dikelilingi oleh pengunungan. Bagus!! merupakan kesan pertama kami.
Eh ternyata pas sampai di rumah yang jadi tempat tinggal kita malah ngebuat aku kesel. Kesel karena udah jauh-jauh ke Bima dari Jogja malah dapet rumah jelek kaya gitu. Ohhhh God give me one reason rasanya deh. Pengen nangis. Yang ada dipikiran gue saat itu gue pengen mandi, pengen makan, pengen tidur di kasur, pengen dipijetin sama mba kaya di rumah. Tau tau nya itu cuma mimpi. Kita semua harus bersih-bersih rumah dan menata barang-barang bawaan kita semua dengan rapih. Ditambah lagi kita mesti ngobrol sama warga dan rapat segala. God not damn. Gue gak pernah ngerasain KKN sebelumnya woy!!!!
Melakukan sosialisasi dengan warga hari demi hari dan menjalankan 5 program itu ah pekerjaan akuhhh dan teman-teman ku. Sedih karena belum bisa ketemu mama dan orang-orang terdekat lama-kelamaan terbayar dengan suasana baru yang belum pernah gue rasain sebelumnya.
Bayangin aja, gue pun belum pernah tinggal di tempat kumuh yang banyak sampah, ada pantainya, ada boat nya yang dijadiin alat transportasi sehari-hari, makan gurita rebus pake sambel khas Bima, makan isi bulu babi, makan ikan tongkol mulu, diundang makan gratis di rumah pak Ibrahim hampir tiap hari (sampe bosen gue makannya disitu mulu), lebaran beda budaya (jarang nemu ketupat, opor ayam, dan sambel goreng ati) nemu makanan khas di pulau jawa cuma di rumah alumni UGM, naik mobil bak jauh-jauh sambil teriak-teriak dan bisa liat bintang di langit kalo malem hari,main sama banyak anak kecil yang kutuan rambutnya, kondangan 1 kampung diundang, bisa belajar bahasa Bima yang super lucu kalo diucapinnya, duit program ilang pas ditinggal liburan ke Pulau Komodo, bisa meres susu kuda langsung di tete kuda nya+minum susu kuda liar, berjam-jam ke kota cuma beli cemilan doang, keluar masuk dinas dinas untuk meminta ijin penyelenggaraan budaya terbesar di Kolo, masuk ke gereja yang freak tata ibadahnya, dorong motor yang ban nya bocor sama Manda siang hari bolong, dan masih banyak lagi cerita lainnya. Hampir 2 bulan lamanya kami menjalani KKN dan kelar juga deh.
Jalan pikir ku mulai terbuka dengan hal-hal yang tidak pernah aku jalani sebelumnya. Pelajaran hidup masyarakat di Kota Bima mengingatkan ku untuk selalu bersyukur kepada Tuhan lebih lagi. Pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari kakak sepupu ku dan keraguan mama untuk melepasku ke Bima sudah dapat aku jelaskan sejelas-jelasnya hingga bisa membuat mama diam tak bertanya apa pun tentang KKN ku.
Posting sesuai aslinya :