Peribahasa ‘Bagai Kacang Lupa kulitnya’ memang hanyalah sebuah peribahasa, namun dalam kehidupan sehari-hari, banyak fakta dan nyata terjadi. Ibarat Kacang yang lupa akan kulitnya adalah sebuah ungkapan ditujukan pada seseorang yang ber-prilaku sombong sehingga melupakan asal usul atau latar belakangnya setelah menunai kesuksesan.
Sehebat apapun kesuksesan yang diraih, semuanya berpangkal dari adanya orang lain, tak mungkin ada kata ‘Hebat’, jika disekelilingmu tidak ada orang lain, karena yang menyoraki hingga dapat menyandang titel ‘Hebat’ toh orang lain. Jika menganggap diri sendiri adalah yang terhebat tanpa seorangpun disekitarmu, lantas dimana letak kehebatan itu?
Dalam perjalanan hidup, seringkali dalam kondisi bahaya dan kritis, ditolong oleh seseorang yang belum pernah dikenal. Umpamanya, saat kecelakaan dan terkapar tidak sadarkan diri di jalan raya, entah siapa yang telah berbaik hati, dengan tulus ihlas menolong, memopong mebawa ke rumah sakit untuk dirawat hingga sehat kembali. Peristiwa itu bisa dijadikan pelajaran hidup, bahwa sejatinya berbuat baik itu tidak sia-sia walaupun orang yang di tolong, sama sekali tidak tahu siapa yang menolong.
Intinya adalah, sekecil apapun pertolongan orang lain, apalagi bila ada orang yang telah berbaik hati membantu menemukan jalan menuju kepada kesuksesan, jangan menjadi seperti kacang lupa pada kulitnya. Mungkin kita tidak dapat membalas kebaikan orang yang sama, tapi kita dapat mengaplikasikan rasa terima kasih, dengan menerapkan hidup saling mensuport agar orang lain pun menunai kesuksesan, Jangan merasa sukses sendirian.
Tidak ingin berlama-lama, Saya mengundang Ine Sinthya, menyanyikan sebuah lagu kesayanganku ‘Kacang Lupa Kulitnya’
Lupa kini engkau telah lupa, dikala susah berdua...
Bagaikan kacang lupa kulitnya, setelah engkau hidup didalam kemewahan
Dulu pernah berjanji setia, selagi engkau hidup didalam kekurangan
Walaupun matamu terbuka tetapi hatimu buta
Betapa kau tega melupakan aku
meninggalkan aku dengan kekasihmu yang baru
Bagai kacang lupa kulitnya, kesetiaanku kini t'lah kau sia siakan
Masih terbayang dimataku, saat kepergianmu dulu
kau pinta padaku setia selalu, menanti sampai kau kembali
Dari ibukota yang indah, kembali kedesa tercinta
tapi kau tak lagi menganggap diriku, sebagai kekasih hatimu
Betapa teganya kau padaku, setelah berhasil segalanya.
Terima Kasih, Ine Sinthya
Abunawar Bima
abunawarbima@gmail.com