MEMAKNAI RASA BERSYUKUR
4:31:00 PM
Artikel Islam, Inspirasi
Nasib kita dalam kehidupan kita di dunia berbeda-beda. Ada yang kaya ada yang miskin. Ada yang berkdudukan, ada yang tidak berkedudukan, ada yang menjadi atasan dan ada yang menjadi bawahan, dan ada pula yang menjadi pemerintah dan ada pula yang menjadi yang diperintah.
Ada yang berusaha dengan sungguh-sungguh, tetapi hasilnya kurang, ada yang berusaha dengan sungguh-sungguh hasilnya banyak. Ada pula yang berusaha sungguh-sungguh, tetapi hasilnya biasa saja. Demikianlah hidup manusia ini. Nasib kita tidak ada yang tahu dan tidak ada yang bisa mengatur kecuali Allah swt.
Sementara manusia selalu menginginkan agar nasibnya baik, agar dia selalu sehat, agar dia selalu sukses, dan dia selalu beruntung. Dalam perjalanan hidup manusia, kadang kala yang diharapkan tidak terwujud dalam kenyataan, apa yang menjadi cita-cita, tidak terwujud sesuai dengan harapan.
Ajaran Islam memberikan resep hidup yang sangat ampuh untuk menghadapi nasib yang tidak teratur itu, nasib yang berbeda-beda itu, nasib yang tidak sesuai dengan harapan itu. Resep itu adalah syukur.
Orang yang senantiasa bersyukur atas nikmat Allah, tidak akan pernah sombong dengan kenikmatan Allah yang berlimpah padanya. Ketika dia kaya, dia bersyukur atas kekayaannya, ketika menduduki jabatan yang tinggi, dia bersyukur atas jabatannya itu. Ketika dia berada di atas, dia bersyukur atas keadaan itu.
Semuanya diterimanya dengan penuh syukur. Sebab, kalau tidak bersyukur kepada Allah dengan kelebihannya, maka dia akan mudah memnjadi manusia yang sombong, angkuh, dan ujub. Terimalah semua kelebihan dengan rasa syukur. Syukurmu akan menjaga dan membentengi kamu dari keangkuhan, kssombongan, dan ketakaburan.
Demikian pula halnya ketika engkau berada di bawah, ketika engkau tidak memiliki kelebihan, tidak memiliki kekayaan, tidak memiliki kedudukan, dan tidak memiliki kelebihan apa pun. Terimalah semua kekuarangan yang kamu miliki itu, terimalah nasibmu yang ada pada saat itu dengan segal kesyukuran sambil berusaha memperbaiki diri dan memperbaiki tencana dan usaha untuk meraih kekebihan di masa akan datang.
Kalau engkau tidak meiliki rasa syukur ketika engkau tidak memiliki kelebihan itu, maka engkau akan merasa kesal, kecewa, dan putus asa, menyesali apa yang kamu terima, dan bahkan mungkin engkau akan bunuh diri. Banyak orang yang tidak bersyukur menerima nasibnya dengan melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.
Syukur dalam keadaan demikian akan menjadi benteng, penjaga, dan tameng bagi dirimu untuk menghindarkan diri dari putus asa itu. Jangan kesal dan putus asa terhadap nikmat Allah, sebab kesal itu akan mengantarkan kamu kepada kehancuran.
Kuncinya adalah bersyukurlah saat senang, saat lapang, dan saat kaya dan syukur pula pada saat kamu mengalami kekuarangan, kesulitan. Sebab syukur itu menjadi benteng bagi dirimu untuk semua kondisi kehidupan.
Semoga kita semua menjadi manusia yang pandai bersyukur dalam keadaan apa pun kita berada. Aamiin. Wallaahu a'lam bi al-shawab. Tasuhiyah ditulis dlam perjalanan dari kediamaan di Matraman menuju Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam az-Ziyadah (STAIZA) Jakarta, Sabtu pagi, tanggal 11-3-2017.
Penulis : Ahmad Thib Raya
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta