Emosi, Marah dan Apa Hubungannya Dengan Pikiran

















Pikiran atau kognitif manusia mencakup kerja-kerja seperti kategorisasi, mengingat, menganalisa, menafsirkan, evaluasi dan lainnya. Inti tujuan dari kerja kognitif adalah memahami segala sesuatu tentang lingkungan dan diri sendiri. Oleh karenanya emosi dan pikiran (kognisi) memiliki kaitan erat dan tidak terpisahkan.

Emosi muncul setelah melalui penafsiran terhadap suatu kejadian. Meskipun demikian, proses kognitif yang melahirkan emosi tidak selalu dapat disadari. Misalnya marah. Sebelum marah, maka ada penilaian yang Anda lakukan sebelumnya. Bisa jadi Anda menilai telah dibohongi, orang lain tidak bertindak seperti yang Anda inginkan, situasi yang terjadi tidak seperti yang diinginkan atau yang lainnya yang mengganggu Anda. Setelah penilaian itu, barulah Anda marah. Pada saat marah pun, Anda tetap melakukan kerja kognitif. Misalnya jika yang tidak memuaskan Anda adalah atasan Anda, maka kemarahan Anda mungkin tidak Anda tunjukkan. Sedangkan bila yang tidak memuaskan lebih lemah daripada Anda, maka mungkin Anda berani memakinya. Selama marah, Anda mungkin juga berpikir untuk membalas dendam, menilai sebab-sebab seseorang tidak memuaskan, atau yang lainnya. Artinya, pikiran selalu bekerja sebelum maupun pada saat emosi.

Situasi yang sama belum tentu akan menghasilkan emosi yang sama karena tergantung pemaknaan terhadap situasi tersebut. Misalnya saat Anda menghadapi sekor beruang besar di hutan, jika Anda menafsirkan bahwa beruang itu mengancam Anda, maka Anda mungkin ketakutan. Namun jika Anda menafsirkan bahwa beruang itu hanyalah binatang biasa tidak berbahaya, maka Anda tidak akan ketakutan. Demikian juga saat Anda ditinggal mati oleh teman. Jika Anda menilainya sebagai sebuah kehilangan besar, maka Anda sangat sedih. Sebaliknya jika Anda menilai hanya kematian yang sewajarnya terjadi. Anda mungkin tidak akan bersedih. Bisa jadi malah lega karena teman Anda telah menderita sakit parah yang menahun.

Oleh karena emosi dihasilkan melalui interpretasi seseorang terhadap situasi tertentu. Maka jelas ada kejadian anteseden yang mendahului terjadinya emosi. Nah, sebab itu bisa diidentifikasi situasi-situasi yang menimbulkan emosi tertentu. Berikut adalah beberapa situasi yang menjadi sebab bagi munculnya emosi marah, sedih, bahagia, jijik, terkejut dan takut.

1. Emosi marah
Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi marah diantaranya:
  • Ditekan untuk melakukan sesuatu
  • Terhina (baik secara psikologis maupun secara verbal)
  • Keterbatasan, terhambat dan frustrasi (secara fisik maupun psikologis, terancam oleh seseorang, serangan berbahaya, dan batasan sosial)
  • Mengalami atau mengamati suatu perlakuan yang tidak biasa.
  • Keterkungkungan yang terus terjadi dan tercegahnya pemenuhan kebutuhan

2. Emosi sedih
Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi sedih diantaranya adalah :
  • Kehilangan sesuatu yang disayangi (orang, binatang atau benda)
  • Terpisah dari yang disayangi baik sementara maupun permanen
  • Mengalami masalah kesehatan (tertabrak, berpenyakit kronis, dan lainnya).
  • Melihat seseorang menangis sedih atau mengalami kesedihan
3. Emosi bahagia
Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi bahagia diantaranya adalah :
  • Aktivitas yang tujuannya diinginkan atau tercapainya tujuan yang diinginkan
  • Mendapat keuntungan secara umum, misalnya mendapat untung usaha, memperoleh hadiah, memperoleh uang, mendapatkan promosi jabatan, dan lainnya
  • Persetujuan sosial dari teman, rekan dan orang yang dinilai penting dan dihargai
  • Mengingat hal-hal yang familiar; seperti mengulangi aktivitas yang menyenangkan, bertemu seseorang atau sesuatu yang dikenal.
  • Sukses dalam aktivitas baru
  • Sukses bertemu teman baru atau kekasih baru
  • Melihat atau mendengar sesuatu yang baru dan menyenangkan.
4. Emosi jijik
Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi jijik diantaranya adalah :
  • Adanya sensasi yang timbul karena rasa yang tidak enak, bau busuk, sesuatu yang berminyak dan berlendir, melihat sesuatu atau seseorang yang kotor dan sangat buruk
  • Perilaku yang sangat bertentangan dengan standar norma, moral dan kebiasaan
5. Emosi terkejut
Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi terkejut diantaranya adalah :
  • Kejadian yang tidak diharapkan
  • Sensasi yang luar biasa (dari sisi rasa maupun penglihatan)
6. Emosi takut
Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi takut diantaranya adalah :
  • Hidup dalam bahaya, baik bahaya karena kejadian, karena seseorang, atau karena ide.
  • Terancam secara verbal maupun fisik; dihukum, dihina dan dimarahi oleh lawan yang lebih kuat
  • Kehilangan dukungan
  • Keterasingan
==========================================












Wanita biasanya cenderung mengungkapkan rasa kesal, sedih, tersinggung dan marah dengan menangis. Meluapkan emosi lewat tangisan sebenarnya bukanlah sesuatu hal yang dilarang, tapi bagaimana etikanya jika Anda tak bisa menahan tangis di lingkungan kantor?

Dulu, tidak ada kesalahan yang lebih besar yang dilakukan wanita dari menangis di kantor. Sejak beberapa dekade lalu, wanita berusaha menyembunyikan perasaannya untuk menunjukkan pada diri sendiri bahwa posisi mereka sejajar dan sama kuat dengan pria.

Namun sebuah penelitian mengungkapkan, anggapan wanita selama ini salah dan menangis di tempat kerja tidak akan membuat karir mereka jatuh. Anne Kreamer, penulis "Its always personal: Emotion in the New Workplace" telah melakukan studi yang mengungkapkan fakta bahwa 41% wanita dan 9% pria pernah menangis di tempat kerja. Kenyataannya, menangis di tempat kerja merupakan suatu tindakan yang sering tak bisa terelakkan. 

Menangis di kantor memang bisa disebabkan oleh bermacam hal, baik itu karena masalah pekerjaan itu sendiri atau karena adanya masalah rumah tangga sehingga menjadi tidak konsentrasi pada pekerjaan. Fakta lain yang penting untuk dicatat adalah bahwa pria biasanya jauh lebih simpatik pada air mata dan emosi ketimbang wanita.

Salah satu aspek menarik dari penelitian ini, yaitu mengungkap kenapa menangis di tempat kerja perlahan-lahan jadi sesuatu yang umum. Di masa lalu, kehidupan kerja dan rumah selalu dibatasi. Selama jam kerja, Anda dituntut untuk profesional dan harus bersikap rasional serta terorganisir. Sehingga masalah yang ada di rumah, tidak terbawa saat berada di kantor. 

Sedangkan sekarang, tidak ada lagi batasan yang jelas antara kehidupan kerja dan masalah pribadi. Hal tersebut terjadi akibat memudarnya garis batas antara jam kerja dan komunikasi yang terus menerus dengan sesama rekan kerja (pengaruh adanya email, pesan teks dan jejaring sosial). Kemudahan komunikasi inilah yang menyebabkan kehidupan profesional terpengaruh dengan masalah pribadi. Orang lebih mudah menjadi emosional tentang situasi pekerjaan, dan juga sebaliknya.

Memang manusiawi bila orang menangis. Namun ingat jika masalah timbul karena pekerjaan, harus menyikapinya secara profesional. Jangan berteriak histeris saat situasi kantor sedang sibuk atau rumit. Anda bisa pergi ke toilet dan menangis, atau meluapkannya di depan teman saat jam makan siang.

=====================================================================

Ada tiga hal yang diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar kita tidak tergelincir dalam kehinaan. Salah satunya adalah marah. Pada prinsipnya, Islam tidak melarang kita marah sebab hal itu sangat manusiawi. Dalam Islam, marah terbagi dua, tercela dan terpuji. Marah yang tercela adalah kemarahan yang lahir dari dorongan nafsu. Rasulullah melarang marah yang timbul dari nafsu sebab dapat membutakan seseorang dari kebenaran dan menjadi pemicu semua keburukan.

Rasulullah bersabda, ”Marah adalah awal segala keburukan.” (Muttafaq Alaih). Marah tidak dapat menyelesaikan masalah, bahkan dapat memperkeruh masalah. Pada kali lain, Rasulullah bersabda, ”Marah adalah api setan yang menyala, yang mencelakakan dan membongkar aib seseorang. Orang yang menahan marah ibarat memadamkan api dan yang membiarkannya berarti telah menyalakan api dengan kemarahan.”


Rasulullah mengajarkan beberapa hal agar dapat menahan kemarahan. Pertama, selalu melatih diri untuk menahan marah. ”Orang yang kuat bukan yang jago gulat, tetapi yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR bukhari Muslim).

Kedua, berwudhu. ”Sesungguhnya, marah itu dari setan. Setan diciptakan dari api. Api hanya bisa dipadamkan dengan air. Maka, jika salah seorang dari kamu marah, hendaklah ia berwudhu.” (HR Abu Daud).

Ketiga, jika sedang berdiri, duduklah. Jika sedang duduk, tidurlah miring. Ini untuk mendekatkan tubuh orang yang sedang marah ke tanah sehingga ia sadar akan asal penciptaannya dan merasa hina. Lalu, menahan diri dari marah sebab marah timbul dari kepongahan. Keempat, diam. Kelima, berfikir tentang keutamaan orang yang menahan amarah dan bersikap arif kepada orang lain.

Keenam, meminta perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari tipu daya setan. Tidak semua bentuk kemarahan dilarang. Dalam kondisi tertentu, marah malah dibutuhkan dan sangat terpuji. Marah yang terpuji adalah marah yang muncul karena Allah SWT. Kemarahan umat Islam terhadap pelecehan Nabi Muhammad adalah kemarahan yang niscaya. Sebab, ia adalah ekspresi dari ghirah terhadap simbol-simbol agama dan bentuk cinta kepada Rasulullah.

Ini sebagaian dari expresi wajah orang yang lagi marah!!! ha ha ha jelek bangat yah