SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

SHARE DAN BERBAGI DALAM KOMUNITAS SOSIAL MEDIA INDONESIA

KAKURU FARE MPESA - CARA TRADISIONAL BIMA MEMILAH GABAH


Angin adalah sekumpulan udara yang bergerak karena adanya tekanan udara hingga bergerak dari suhu rendah ke suhu tinggi. Tidak jarang, tiba-tiba kekuatan angin pun sangat kencang, membentuk angin topan yang mengobrak abrik hingga melululantahkan segalanya.

Meskipun demikian, Angin juga bermanfaat banyak bagi kehidupan manusia seperti , penggerak kincir angin hingga menghasilkan energi listirik, atau penggerak perahu layar hingga bisa mengarungi luasnya samudera dan masih banyak lagi manfaat lainnya.

Tiupan angin sepoi-sepoi yang menerpa pemukiman masyarakat bisa memberikan kesejukan tersendiri dari cuaca yang begitu panas berubah menjadi sejuk bahkan tidak kalah sejuknya dengan air conditioner (AC), namun bagi masyarakat di Desa Palama, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima NTB, Angin menjadi berkah bagi mereka, terlebih pada saat musim panen padi.

Sebagian besar masyarakat Palama yang menggantungkan hidup dari bertani, memanfaatkan angin untuk memilah gabah secara tradisional guna mendapatkan gabah pilihan, karena tidak jarang pada saat panen, gabah yang berisi bercampur dengan gabah yang tidak berisi biji padi (Mpesa) Bahasa Bimanya.

Memanfaatkan angin untuk memilah gabah cukup sederhana yaitu, Sejumlah gabah yang dijemur sudah mengering, dikumpulkan dan ditaruh dalam penampik beras yang terbuat dari bambu kemudian diangkat sejajar dengan kepala, lalu sedikit demi sedikit di tuangkan pada terpal yang sudah disediakan dibawahnya, Pada saat penuangan inillah, gabah yang tidak berisi tadi akan tertiup angin, sehingga yang tersisa hanyalah gabah-gabah yang berisi biji padi.

Walau terlihat cukup mudah, pekerjaan Kakuru Fare membutuhkan Ketelitian, Ketekunan dan Kesabaran, Jika tidak, semuanya malah menjadi berantakan. Selain itu, salah satu faktor pendukung yang menjadikan pekerjaan ini lancar adalah tiupan angin, maka tidaklah heran, asal ada angin, mereka rela berlama-lama di tengah teriknya matahari hingga pekerjaannya selesai. Lantas bagaimana kalau tidak angin?
Salah seorang Ibu, Nurjana alias Ina Janu (40) mengatakan, Kalau tidak ada angin terpaksa menggunakan kipas angin yang berarti harus mengeluarkan biaya tambahan untuk bayar listrik, padahal gabah yang dihasilkan tidak seberapa, makanya kami selalu berharap pada saat panen padi, cuaca mendukung dan selalu ada angin, Imbuhnya.

Apakah Ina Janu tidak capek melakukan Kakuru Fare?
Capek ya sudah pasti capeklah, kata dia, Namun bagi kami sudah terbiasa dan inilah tantangan hidup yang harus dijalani, Asal jangan pernah mengeluh, Cintai saja pekerjaannya maka seberat apapun pekerjaan, semua akan menjadi ringan dan mudah, kata wanita yang terlihat lebih tua dari umur yang sebenarnya ini.

Apa harapan Ina Janu pada Pemerintah?

Sebenarnya kami tidak ingin terjebak dengan cengkaraman para tengkulak dan kami sadar dari segala sebab dan akibatnya tetapi bagaimana lagi? Tengkulak itu bagai dewa penolong tapi semuanya hanya sesaat dan selebihnya mereka menari-nari diatas penderitaan kami, Untuk itu kami mengharapkan pemerintah turun tangan, tidak sekedar wacana atau janji-janji, tetapi berbuatlah yang nyata dengan mengelola hasil panen kami entah bagaimanapun caranya, agar kami bisa menikmati hasil panen, cukup setimpal dengan jerih payah yang kami kerahkan, Pungkasnya. (AB)

Abunawar Bima

abunawarbima@gmail.com

GUBERNUR NTB, MINTA JK SELESAIKAN DPD


Gubernur NTB, Muhammad Zainul Majdi, meminta Wakil Presiden, Jusuf Kalla agar perselisihan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) segera di selesaikan karena Ia menyakini proses pemilihan di DPD itu menyalahi Tatib DPD 1/2017 yang sebenarnya sudah dibatalkan oleh MA, akan tetapi MA malah melantik pimpinan terpilih, Ini jelas-jelas MA melanggar aturannya sendiri, Tegasnya.

Wakil Ketua DPD, Farouk Muhammad, sampai hari ini bagi kami masih Wakil Ketua DPD. Kepada Pak Wapres kami menekankan, agar kisruh yang terjadi di DPD dapat diselesaikan dan Farouk tetap menjadi Wakil Ketua DPD, karena ini merupakan kehormatan bagi warga NTB, kata Zainul.

Seperti diketahui, Farouk Muhammad adalah Wakil Ketua DPD periode 2014-2019 dari daerah pemilihan NTB. Namun, jabatannya tersebut terancam, setelah Wakil Ketua Bidang Nonyudisial MA Suwardi, melantik tiga Pimpinan DPD periode 2017-2019 dalam sidang paripurna DPD yang dipimpin AM Fatwa, lembaga senator itu terlebih dulu mengubah beberapa poin dalam Tata Tertib Nomor 1/2017, Rapat sempat kisruh hingga larut malam, Selasa (4/4/2017)

Dalam pandangan pengamat hukum tata negara Refly Harun mengatakan, Proses pemilihan itu ilegal, Seharusnya setelah ada putusan MA yang membatalkan Tatib DPD Nomor 1/2017 tidak boleh lagi ada pemilihan pimpinan , tetapi MA malah melegalisasinya sehingga runyam jadinya, ujar Refly.

Lebih lanjut Refly mengatakan, anggota DPD yang tidak menyetujui terpilihnya ketua baru DPD dapat menggugat ke MK dengan dasar sengketa kewenangan lembaga negara. MK harus menyelesaikan kasus ini sebagai terobosan hukum, Jadi MK mesti berijtihad menyelesaikan’ Pungkasnya. (AB)


abunawarbima@gmail.com

TANAH PUTIH, BERBENAH UNTUK MENJADI JUARA


Masyarakat Tanah Putih Sape secara gotong royong dan dengan semangat yang penuh kekompakan merias desa mereka hingga terlihat Bersih, Indah dan Menawan. Kesiapan Aparat desa sangat serius, hal itu terlihat ketika Tim Penilai yang diketuai oleh Drs. Sirajuddin berkunjung ke Desa Tanah Putih, Senin (27/03/2017) disambut dengan antusias dan attraksi kesenian yang sangat meriah.

Kades Tanah Putih, Khaeruddin, S.Hut menjelaskan, bahwa Tanah Putih dengan luas wilayah 1.720 Ha, dengan jumlah penduduk sebanyak 1.444 Jiwa yang terbagi dalam 384 Kepala Keluarga, tersebar di tiga dusun.

Tanah Putih lanjut Khaeruddin, memiliki sejarah panjang dan setiap huruf dari nama desa memiliki makna tersendiri yaitu T: Taqwa, A:Amanah, N: No Narkoba, A: Aman dan H: Humanis. Sedangkan pada kata Putih adalah P: Pacu Pembangunan, U: Ulet atau tidak mudah putus Asa.T: Taat, I: Indah dan H: Hikmah atau bijaksana. Silakan Anda menggabungkannya sendiri , namun yang pasti kami ingin membangun peradaban Desa Tanah Putih sesuai makna-makna yang terkandung dalam kata-kata tersebut, imbuhnya.

Ditempat yang sama, Ketua Tim penilai, Drs Sirajuddin AP, MM menjelaskan, Sesuai Kepmendagri Nomor 81 tahun 2015, ada 14 indikator penilaian dalam lomba desa tahun 2017 ditambah dua indikator yang terbaru baru yaitu siaga bencana dan pemanfaatan tekhnologi informasi atau e government.

Lebih lanjut Sirajuddin mengatakan, Pemerintah desa dan masyarakat dituntut kesigapannya dalam menghadapi bencana, se iring dengan seringnya terjadi berbagai bencana, untuk itu kesigapan menghadapi bencana menjadi salah satu unsur penilaian. Demikian juga dengan penerapan tekhonologi informasi, mutlak diperlukan dalam rangka publikasi dan transparansi program dan kegiatan pembangunan di desa, Pungkasnya (AB)


abunawarbima@gmail.com

DESA PIONG, PENINGGALAN KERAJAAN SANGGAR BIMA NTB


Perpaduan birunya laut dengan hamparan hijaunya dedaunan dari aneka ragam pepohonan yang rindang dipesisir pantai Desa Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima NTB menyajikan pesona alam yang indah dan sangat menakjubkan.

Desa Piong memiliki aneka potensi alam seperti nener, rumput laut, Mutiara, Peternakan Sapi, Rusa, Madu dan sebagainya. Maka tidaklah heran sebagian besar masyarakatnya cukup terkenal dengan keahlian berburu rusa atau pawang Madu.

Sayangnya potensi alam yang cukup menjanjikan di Desa bekas kerajaan Sanggar ini, tidak didukung dengan pengembangan maupun perbaikan infrastruktur yang memadai, misalnya sepanjang Piong dan Labuan Kananga, jalanannya rusak parah, Sarana komunikasipun tidak ada.

Alokasi Dana Desa (ADD) untuk Desa yang berada di pesisi utara dan timur Gunung Tambora ini terus meningkat. Tahun 2015 mendapatkan alokasi Rp 1,1 miliar, 2016 Rp 1, 28 miliar dan tahun 2017 Rp 1, 48 miliar. Dana yang cukup besar, namun sarana dan prasarana masih jauh dari yang diharapkan. Mengapa?

Kepala Desa Piong, Mokhdalil HB mengakui, Desa Piong termasuk salah satu desa tertinggal, dan mendapatkan ADD tertinggi dari sejumlah desa lainnya yang ada di Kecamatan Sanggar, dengan jumlah penduduk 2.144 jiwa, yang terdiri dari empat dusun.

Sebagian besar penduduk menggantungkan hidup dari bertani, beternak, nelayan, mencari madu dan berburu rusa. Faktor cuaca menjadi penentu kelancaran hidup, jika cuaca terus menerus memburuk, dapur kamipun tidak bisa mengepul, barangkali itulah penyebabnya desa ini terus tertinggal, imbuhnya.

Jalur Akses Menuju Desa Piong.

Untuk akses ke Desa Piong, Bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua (Motor) dari Kota Bima, jarak tempuh sekitar satu setengah jam atau menggunakan Bus menuju Kore yang menghabiskan waktu sekitar dua jam lebih, dengan ongkos Rp.20 ribu/orang.

Dalam perjalanan menuju Kore pun tidak akan membosankan, sebab sepanjang perjalanan terpajang hamparan berbagai keindahan alam yang cukup mempesona, Lelah yah tetap lelah memang, tapi semuanya akan terobati setelah tiba di Desa Piong, segera nikmati gurihnya daging rusa plus minuman khusus dari Madu, Segala kepenatan yang dirasa, segera pulih kembali (AB)


abunawarbima@gmail.com

RIMPU, HIJAB ALA BIMA YANG MEMPESONA


Tamu BDSLcom Minggu ini, adalah Trio Ntika Bima, Tampilan mereka yang mempesona dengan Busana Hijab Ala Bima (Rimpu) menarik perhatian mata camera hingga membidiknya, Setelah di unggah, foto ini menjadi viral di Sosial Media. Siapa gerangan Trio Ntika?

Masih segar dalam ingatan saya, beberapa bulan lalu, di Tangerang City (11/12/2016) Aktor ternama Bung Rano Karno, sempat bisik-bisik cukup serius dengan Bung Hamdan Zoelva (Mantan Ketua MK), Apa yah gerangan yang mereka bisikin? Tidak harus menunggu lama untuk konfermasi ke Bung Rano, Pada saat menyampaikan sambutan dalam acara “Pawai Rimpu dan Pegelaran Seni Budaya Mbojo” Rano menyapa Warga Bima dengan ucapan, Bune Haba? Sontak seluruh hadirin menjawab ‘Haba Tahoooooo” Luar biasa, dan hanya itu yang saya tahu, kata Rano.

Saya juga baru tahu, itu juga setelah bisik-bisik dengan Bang Zoelva Lanjut Rano, bahwa kalau Rimpu hanya terlihat mata (sembari memperagakannya sendiri) itu tandanya masih perawan, tetapi kalau terlihat semua muka, itu tandanya sudah berkeluarga, Sayang yah, Tadinya saya mau cari gadis, ternyata semuanya sudah berkeluarga, Canda Rano membuat para undangan tak kuasa menahan tawa.

Sukses penyelengaraan acara tersebut, tidak lepas dari kerja keras Panitia Forum Komunikasi Kasabua Ade (FOKKA) yang berdarah-darah mengumpulkan dana demi terselenggaranya acara. Saya juga jadi teringat keangkuhan seorang penyanyi ternama asal Bima (tidak perlu saya sebutkan namanya) namun yang pasti, sosok yang sombong itu saat ini sedang trend dengan #AmpelaAyam.

Waktu itu Panitia berencana mendatangkan artis tersebut, nyatanya panitia harus gigit jari, Hanya tampil membawakan satu dua lagu, dipatok harga cukup mahal dan harus dibayar dimuka alias tunai. Benar-benar keterlaluan dan matanya benar-benar sudah buta, padahal acara tersebut jelas-jelas untuk mengangkat citra budaya Bima. Apa ia tidak ingat, alias lupa, lupa, lupa... betapa Masyarakat Dana Mbojo ramai-ramai mendukung pada saat ia menjadi kontestan D’Academy Indosiar? Air susu dibalas air Tuba, Sungguh terlalu.

Saya pun terseret emosi pada saat itu, hingga membuat tulisan keterkaitan dengan keangkuhan atau kesombongan Artis tersebut, Namun mempertimbangkan masukan dari berbagai tokoh dan saya pun menyadari, jangan karena mengurus satu orang, malah merusak citra seluruh Masyarakat Mbojo, Ahirnya tulisan yang sempat trend saat itu saya hapus. Selesaikah? Ternyata belakangan ini bikin ulah lagi, hingga menjadi viral dengan hastag #AmpelaAyam.

Maaf Pemirsa, Saya pun jadi ikutan buta hingga melenceng dari topik utama dengan tamu-tamu kita yang cantik, "Trio Ntika Bima", Siapakah Mereka? Biar tidak penasaran, Saya perkenalkan dulu yang paling kiri namanya Hani Incedolla, Jika anda sudah mengenal Hani, yang lainnya so pasti anda akan mengenalnya juga dan yang pasti, Hani adalah satu alumni dengan saya SMA1 Bima, saat ini bekerja di Balai Kota DKI (masih anak buahnya Ahok).

Ada banyak cerita sebenarnya, tetapi sengaja Hani pendam dan telan sendiri. Pernah Ia mau berbagi cerita, tetapi ceritanya malah menjadi blur karena Hani selalu menangis. Penasaran kan? Sepertinya cerita itu mengharu birukan, tunggu saja episode selanjutnya dan yang pasti... Hani Incedolla adalah Wanita Super yang cukup tabah, sabar dan tawakal dalam mewarnai hari-harinya di Kota Metropolitan.

Wassalam
Abunawar Bima

abunawarbima@gmail.com

PENTINGNYA MENGGUNAKAN JEMBATAN TIMBANG


Kelapa sawit merupakan hasil perkebunan dan diolah atau di proses di pabrik pengolahan sawit secara professional kemudian dikomersialkan dalam negeri maupun di ekspor ke keluar negeri.

Proses produksi dari hulu ke hilir, Selain menjaga kwalitas maupun kwantitas diperlukan juga hasil penimbangan yang akurat sebagai acuan kuantitas dalam perhitungan komersialnya. Keakuratan penimbangan akan membawa citra baik bagi Perusahaan hingga menumbuhkan kepercayaan konsumen. Dengan demikian, jembatan timbang mutlak diperlukan sebagai perangkat atau aset yang diperlukan dalam mendukung kinerja maupun kelancaran bisnis dari pelaku usaha.

Beberapa timbangan berikut ini, bisa dijadikan acuan atau bahan pertimbangan dalam memenuhi kebutuhan perangkat/aset Perusahaan, sebagai berikut :

1. Jembatan Timbang (Weigh-bridge)
Jembatan Timbang (Weigh-bridge) memiliki model mirip dengan filosofi jembatan layang yang digunakan adalah sistem knock-downed (bongkar pasang); konstruksi ini sangatlah rigid (Kaku), tersegmen dengan distribusi beban merata, lebar gross 3,2 meter-3,4 meter dengan nett 3 meter, merata dan safety overload lebih tinggi (120-150%), memiliki main beam (kiri-kanan), terdiri dari modul-modul platform yang dirakit - 1(satu) modul terdiri dari beam cross dan beberapa beam support, serta tiap modul terikat baut baja (HTB) dengan main beam. Menggunakan pondasi khusus dengan sloof-strauss bored, dengan tumpuan loadcell masing-masing Pembelian asset karena dipakai untuk jangka panjang (puluhan tahun), bisa direkondisi, perbaikan per modul, sistem knock-downed dan konstruksi rigid (kaku). Ketelitian dan toleransi baik & tinggi (0,1% dari rated capacity (Always “ GEWINN”)

2. Portable dan Moveable Truck Scale
Model protable dan movable cocok digunakan untuk kebutuhan kepentingan timbangan tidak permanen, rencana akan dipindah - pindah dan menghemat biaya pondasi sipil, Tidak menggunakan pondasi khusus, jadi langsung diletakkan di lantai concrete , terdiri dari double frame, dimana diatas terdiri dari platform, dan frame Bawah sebagai lantai kerja. Umumnya untuk dipindah-pindah langsung, sehingga menghemat biaya pondasi sipil khusus namun perlu setting level setiap timbangan Portable & Moveable dipindahkan dan secara Life-Time akan kalah dibandingkan dengan Jembatan Timbang. Ketelitian dan toleransi baik & cukup tinggi (0,1-0,2% dari rated capacity) (Always “ GEWINN”)

3. Platform Truck Scale
Platform disambung dan dibuat permanen seperti platform rata seperti timbangan lantai, umumnya lebar nett dan gross sama hanya 3 meter, diimpor dari China dengan aplikasi menggunakan pondasi, konstruksi frame standar dengan tumpuan - loadcell lebih banyak, Tidak ada main beam untuk support modul dikarenakan sudah sistem sambung dan permanen dimana distribusi beban berdasarkan beban muatan aksial, terdiri dari 1 frame dan landasan pondasi, dengan safety overload dengan batas kapasitas rating. Pembelian sebagai peralatan atau alat kerja, lifetime sesuai penggunaan. Ketelitian dan toleransi baik & cukup tinggi (0,1% dari rated capacity)

4. Axle Weighing Pad (Portable Axle) Scale
Penimbangan truk berdasarkan ban roda (Axle) oer baris, hasil timbang akan dikumulatifkan sehingga hanya untuk mengetahui secara kasar (estimasi) hasil penimbangan. Menggunakan Pad@ 2 Set, diletakan sesuai sisi ban kiri dan sisi ban kanan dengan ukuran 700 mm x 430 mm x 30 mm Umumnya digunakan untuk estimasi atau perkiraan timbang, dengan ketelitian 3% dynamic sehingga tidak sesuai untuk penimbangan komersial.

Seberapa pentingkah menggunakan Jembatan Timbang?
Salah seorang yang masih tetap eksis dalam dunia timbangan, Bp. Andy Sultan yang kami temui beberpa pekan lalu mengatakan, Secara kepentingan bisnis, Jembatan Timbang sangat mendukung kelancaran operasional karena kontrolnya yang akurat, cepat dan tepat terhadap jumlah barang yang mengirim maupun yang menerimanya.

Kalau menghitung secara manual, lanjut Andy, tentu saja memerlukan waktu, tenaga dan sangat melelahkan, tetapi melalui timbangan, dalam waktu sangat singkat, langsung mengetahui jumlah/berat dengan sangat akurat, waktu, tenaga yang diperlukan cukup praktis, jelas Andy.

Dari segi bisnis, Ada banyak manfaat yang yang akan didapatkan dan secara terperinci bisa saja saya jelaskan semuanya, namun waktu anda akan tersita banyak kata dia, tetapi tenang saja, Saya bersedia kapan dan dimanapun untuk mempresentasekan langsung secara gamblang pada management atau pihak terkait agar lebih memahami betapa pentingnya timbangan ini, Pungkasnya.

Contact Andy Sultan : Hp. 081288976673
Abunawar Bima

abunawarbima@gmail.com

BAGAI KACANG LUPA KULITNYA


Peribahasa ‘Bagai Kacang Lupa kulitnya’ memang hanyalah sebuah peribahasa, namun dalam kehidupan sehari-hari, banyak fakta dan nyata terjadi. Ibarat Kacang yang lupa akan kulitnya adalah sebuah ungkapan ditujukan pada seseorang yang ber-prilaku sombong sehingga melupakan asal usul atau latar belakangnya setelah menunai kesuksesan.

Sehebat apapun kesuksesan yang diraih, semuanya berpangkal dari adanya orang lain, tak mungkin ada kata ‘Hebat’, jika disekelilingmu tidak ada orang lain, karena yang menyoraki hingga dapat menyandang titel ‘Hebat’ toh orang lain. Jika menganggap diri sendiri adalah yang terhebat tanpa seorangpun disekitarmu, lantas dimana letak kehebatan itu?

Dalam perjalanan hidup, seringkali dalam kondisi bahaya dan kritis, ditolong oleh seseorang yang belum pernah dikenal. Umpamanya, saat kecelakaan dan terkapar tidak sadarkan diri di jalan raya, entah siapa yang telah berbaik hati, dengan tulus ihlas menolong, memopong mebawa ke rumah sakit untuk dirawat hingga sehat kembali. Peristiwa itu bisa dijadikan pelajaran hidup, bahwa sejatinya berbuat baik itu tidak sia-sia walaupun orang yang di tolong, sama sekali tidak tahu siapa yang menolong.

Intinya adalah, sekecil apapun pertolongan orang lain, apalagi bila ada orang yang telah berbaik hati membantu menemukan jalan menuju kepada kesuksesan, jangan menjadi seperti kacang lupa pada kulitnya. Mungkin kita tidak dapat membalas kebaikan orang yang sama, tapi kita dapat mengaplikasikan rasa terima kasih, dengan menerapkan hidup saling mensuport agar orang lain pun menunai kesuksesan, Jangan merasa sukses sendirian.

Tidak ingin berlama-lama, Saya mengundang Ine Sinthya, menyanyikan sebuah lagu kesayanganku ‘Kacang Lupa Kulitnya’

Lupa kini engkau telah lupa, dikala susah berdua...
Bagaikan kacang lupa kulitnya, setelah engkau hidup didalam kemewahan
Dulu pernah berjanji setia, selagi engkau hidup didalam kekurangan
Walaupun matamu terbuka tetapi hatimu buta
Betapa kau tega melupakan aku
meninggalkan aku dengan kekasihmu yang baru
Bagai kacang lupa kulitnya, kesetiaanku kini t'lah kau sia siakan
Masih terbayang dimataku, saat kepergianmu dulu
kau pinta padaku setia selalu, menanti sampai kau kembali
Dari ibukota yang indah, kembali kedesa tercinta
tapi kau tak lagi menganggap diriku, sebagai kekasih hatimu
Betapa teganya kau padaku, setelah berhasil segalanya.


Terima Kasih, Ine Sinthya
Abunawar Bima

abunawarbima@gmail.com

KALATE NDIRA, WISATA ALAM BIMA YANG MENAKJUBKAN


Jika anda petualangan alam sejati, Wisata Alam ‘Kalate Ndira’ pastinya anda akan tertantang untuk segera mengunjunginya, Tempatnya yang tersembunyi dan terpencil, sehingga banyak masyarakat Indonesia bahkan masyarakat Bima sendiri belum banyak yang mengetahuinya. Pesona alam yang masih alami menjadi daya tarik tersendiri, sehingga banyak wisatawan lokal maupun mancanegara memburunya.

Wisata alam yang masih tergolong perawan ini, memiliki medan jalan yang sangat berat dan anda harus menempuh perjalanan panjang dan melelahkan karena kondisi jalan masih belum bagus, apalagi musim hujan banyak yang tergelincir karena jalan yang licin, tetapi rasa lelah dan capek anda semuanya akan terbayar begitu tiba di lokasi, karena anda akan disambut serta dimanjakan dengan hamparan pesona alam yang sungguh menakjubkan membuat anda betah berlama-lama disini.

Berdasarkan cerita Masyarakat setempat, Kalate berarti batu besar sedangkan Ndira berarti rata jika digabungkan Kalate Ndira memiliki makna batu besar yang berbentuk rata, dan memang, di tempat ini banyak bebatuan alami dan juga terdapat air terjun yang meluncur dari ketinggian 10 meter, dan tepat dibawah titik air terjun tersebut terbentuk sebuah kolam alami yang luas dengan air yang sangat jernih, memancing anda untuk segera berenang sembari menikmati merdunya kicauan burung dari rindangnya berbagai pohon sekitarnya.

Jika anda tertarik mengunjungi Wisata alam yang berada di Desa Sie, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ini, Bisa ditempuh dari Kota Bima menuju Desa Sie, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Dusun Diha. Selanjutnya dari Dusun Diha anda harus berjalan kaki sembari menikmati indahnya pemandangan sawah sekitarnya dan semangat anda pun akan terus bertambah karena dari tempat ini sudah terdengar suara gemuruh air terjun sehingga memancing anda untuk segera tiba di lakasi.

Wisata Alam ‘Kalate Ndira” Adalah salah satu Wisata yang sangat menjanjikan dan patut untuk dikembangkan karena pesona alamnya yang menakjubkan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan berkunjung ke Daerah Bima, Untuk itu Pemerintah Daerah Bima harus lebih serius menangani prasarana atau faktor pendukung lainnya agar akses menuju Wisata alam ini lebih lancar, Colek Pemda Bima.

Abunawar Bima

abunawarbima@gmail.com

MEMAKNAI RASA BERSYUKUR


Nasib kita dalam kehidupan kita di dunia berbeda-beda. Ada yang kaya ada yang miskin. Ada yang berkdudukan, ada yang tidak berkedudukan, ada yang menjadi atasan dan ada yang menjadi bawahan, dan ada pula yang menjadi pemerintah dan ada pula yang menjadi yang diperintah.

Ada yang berusaha dengan sungguh-sungguh, tetapi hasilnya kurang, ada yang berusaha dengan sungguh-sungguh hasilnya banyak. Ada pula yang berusaha sungguh-sungguh, tetapi hasilnya biasa saja. Demikianlah hidup manusia ini. Nasib kita tidak ada yang tahu dan tidak ada yang bisa mengatur kecuali Allah swt.

Sementara manusia selalu menginginkan agar nasibnya baik, agar dia selalu sehat, agar dia selalu sukses, dan dia selalu beruntung. Dalam perjalanan hidup manusia, kadang kala yang diharapkan tidak terwujud dalam kenyataan, apa yang menjadi cita-cita, tidak terwujud sesuai dengan harapan.

Ajaran Islam memberikan resep hidup yang sangat ampuh untuk menghadapi nasib yang tidak teratur itu, nasib yang berbeda-beda itu, nasib yang tidak sesuai dengan harapan itu. Resep itu adalah syukur.

Orang yang senantiasa bersyukur atas nikmat Allah, tidak akan pernah sombong dengan kenikmatan Allah yang berlimpah padanya. Ketika dia kaya, dia bersyukur atas kekayaannya, ketika menduduki jabatan yang tinggi, dia bersyukur atas jabatannya itu. Ketika dia berada di atas, dia bersyukur atas keadaan itu.

Semuanya diterimanya dengan penuh syukur. Sebab, kalau tidak bersyukur kepada Allah dengan kelebihannya, maka dia akan mudah memnjadi manusia yang sombong, angkuh, dan ujub. Terimalah semua kelebihan dengan rasa syukur. Syukurmu akan menjaga dan membentengi kamu dari keangkuhan, kssombongan, dan ketakaburan.

Demikian pula halnya ketika engkau berada di bawah, ketika engkau tidak memiliki kelebihan, tidak memiliki kekayaan, tidak memiliki kedudukan, dan tidak memiliki kelebihan apa pun. Terimalah semua kekuarangan yang kamu miliki itu, terimalah nasibmu yang ada pada saat itu dengan segal kesyukuran sambil berusaha memperbaiki diri dan memperbaiki tencana dan usaha untuk meraih kekebihan di masa akan datang.

Kalau engkau tidak meiliki rasa syukur ketika engkau tidak memiliki kelebihan itu, maka engkau akan merasa kesal, kecewa, dan putus asa, menyesali apa yang kamu terima, dan bahkan mungkin engkau akan bunuh diri. Banyak orang yang tidak bersyukur menerima nasibnya dengan melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.

Syukur dalam keadaan demikian akan menjadi benteng, penjaga, dan tameng bagi dirimu untuk menghindarkan diri dari putus asa itu. Jangan kesal dan putus asa terhadap nikmat Allah, sebab kesal itu akan mengantarkan kamu kepada kehancuran.

Kuncinya adalah bersyukurlah saat senang, saat lapang, dan saat kaya dan syukur pula pada saat kamu mengalami kekuarangan, kesulitan. Sebab syukur itu menjadi benteng bagi dirimu untuk semua kondisi kehidupan.

Semoga kita semua menjadi manusia yang pandai bersyukur dalam keadaan apa pun kita berada. Aamiin. Wallaahu a'lam bi al-shawab. Tasuhiyah ditulis dlam perjalanan dari kediamaan di Matraman menuju Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam az-Ziyadah (STAIZA) Jakarta, Sabtu pagi, tanggal 11-3-2017.

Penulis : Ahmad Thib Raya
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

JADILAH MURID YANG BUDIMAN


Jika anda Alumni SMAN 1 Bima, Pastinya anda akan sangat mengenal siapa gerangan sosok dalam foto. Untuk menguji daya ingat anda, Sengaja saya tidak mencatumkan nama beliau tapi yang pasti, Beliau adalah guru bahasa Inggris kita. Allkhandulillah, Di Usia senjanya masih tetap sehat dan uniknya, Jika bertemu langsung, Beliau akan langsung mengenali kita, Subhanallah...! Bincang-bincang dengan Beliau, Berikut Ini pendapat beliau tentang Dunia Pendidikan :

“Hormati Gurumu, Sayangi Teman... Itulah tandanya kau murid budiman". Sepenggal lagu itu mengingatkan kita tentang pesan moral orang tua pada anak. Bagaimana sang anak harus bersikap pada guru dan teman-temannya" 
****

Nilai-nilai luhur dari seorang murid saat ini sudah semakin mengkhawatirkan, Seiring perkembangan peradaban dunia yang katanya kian moderen, tetapi rasa hormat pada guru kian luntur dan dianggap bukanlah sebuah kewajiban. Sekalipun ada rasa hormat, tidak lebih hanya formalitas belaka ketika sang murid merasa takut dimarahi gurunya.

Hampir semua guru, tidak ada yang berharap apalagi meminta untuk dihormati. Namun dari sudut pandang sebagai seorang murid, maka sejatinya menghormati guru adalah sebuah kewajiban. Guru tidak ubahnya sebagai sosok orang tua di sekolah, Jika hormat pada orang tua, hormat juga pada gurumu dan rasa takzim pada sosok tersebut merupakan wujud dari penghargaan pada ilmu yang mereka berikan.

Menjadi seorang Guru itu mudah jika tugasnya hanya sebatas menyampaikan mata pelajaran belaka, tetapi sesungguhnya guru memikul amanah yang amat berat yaitu menerapkan proses pengawasan akan perubahan sikap dan moral para muridnya. Terkadang guru menerapkan efek jera namun saat ini menjadi dilema bagi para guru karena cubit murid sedikit, masalah akan menjadi berbukit-bukit.

Dalam penerapan efek jera, banyak pihak memandang masih diperlukan, namun tidak sedikit yang memperkarakannya, itulah sebabnya guru lebih berharap peran orang tua agar berkesinambungan dalam pembentukan moral, mental anak didik yang paripurna. Dengan demikian akan terwujud tujuan pendidikan yang di idamkan. Seperti dalam penggalan lagu di atas, orang tua selalu berpesan untuk menghormati guru, menyayangi teman, Itulah tandanya murid yang budiman.

Kesuksesan yang kita raih, adalah buah dari ridhonya guru atas ilmu yang ia berikan, Demikian pula sebaliknya, Segala kegagalan yang menimpa, bisa jadi adalah buah dari rasa tidak hormat kita pada guru dan ketahuilah, Guru akan selalu ingat dan bangga jika mendengar segala kesuksesan yang telah diraih oleh murid-muridnya, maka Hormatilah Guru, Pahlawan tanpa tanda jasa bagi kita semua (AB)

Abunawar Bima

abunawarbima@gmail.com

WISATA UNIK DI PANTAI HODO - DOMPU NTB


DOMPU cukup dikenal sebagai penghasil Susu Kuda Liar dan Madu, Selain itu juga dikenal sebagai daerah yang kaya akan keragaman genetik hewan seperti kerbau rawa atau kerbau lumpur (Sahe dalam bahasa Dompu) yang selama ini belum diketahui persis tingkat keragaman genetiknya dengan kerbau-kerbau di daerah lain.

Keberadaan kerbau inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi sejumlah peneliti dan juga wisatawan lokal maupun wisatawan manca negara yang sengaja datang ingin melihat secara langsung tingkah laku kerbau yang jinak ini dan hampir setiap hari selalu berkubang di sekitar pesisir Pantai Hodo - Dompu NTB.

Pantai Hodo sendiri adalah salah satu objek wisata di Kabupaten Dompu, yang saat ini semakin populer dikalangan wisatawan akan keunikannya. Unik karena, Sejatinya pesisir pantai dipenuhi orang-orang untuk bersantai, berenang dan sebagainya namun, jangan heran di pantai ini anda akan menjumpai segerombolan kerbau-kerbau yang jinak dan tidak merasa terusik jika anda potret atau dijadikan obyek untuk foto selvi.

Di kawasan pinggir Pantai Hodo memang ada mata air tawar yang terus menerus mengalir hingga ada beberapa yang membentuk menjadi beberapa kubangan, Bahkan ada yang terbentuk kubungan besar yang bisa menampung puluhan kerbau untuk mandi, santai atau sekedar berkubang menghindari teriknya sengatan matahari.

Pantai Hodo masih asri dengan hamparan pasir hitam dan air laut yang jernih memancing anda untuk segera berenang namun harap hati-hati melangkahkan kaki menuju bibir pantai agar tidak terjebak dan terjebur di kubangan kerbau. Pantai yang tidak dipungut biaya masuk ini, kian hari kian ramai dikunjungi karena selain untuk ber-wisata pantai andapun bisa secara langsung menyaksikan atau mengamati tingkah laku kerbau yang sedang berkubang dan disarankan agar berkunjung di pantai ini antara pagi hingga sore hari, karena pada waktu itulah kerbau datang untuk berkubang.

AKSES MENUJU PANTAI HODU

Untuk akses ke Pantai ini dari pusat Kota Dompu, bisa melalui penerbangan Jakarta - Lombok, kemudian dari Lombok dilanjutkan dengan jalan darat sekitar 17 jam, menariknya, anda juga punya waktu luang, sekitar 4 jam untuk melihat-lihat pemandangan laut di atas kapal penyeberangan (Fery) dari pada Anda hanya duduk-duduk saja dalam kendaraan. Akan tetapi jika Anda mabuk laut, disarankan menggunakan alternatif lain.

Alternatifnya, Dari Jakarta transit di Lombok atau Denpasar Bali kemudian meneruskan penerbangan ke Bima. Dari Kota Bima dilanjutkan perjalanan darat menuju Dompu dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. Alternatif ini cukup mudah dan hemat waktu, maka tidak heran, pada waktu Peringatan Seabad Meletusnya Gunung Tambora tahun lalu, banyak yang menggunakan alternatif ini. (AB) - 


Abunawar Bima
abunawarbima@gmail.com

PUTRI KESULTANAN BIMA KE XXIV MENINGGAL DUNIA


Inalillahi Wa Innaillaihirrojiuun, Segenap Masyarakat Kota Bima berduka cita atas wafatnya Almarhumah Hajah Siti Maryam, Putri Sultan Muhammad Salahuddin Bima, di ruangan ICU RSUD Bima, Sabtu (18/03/2017). Semoga Allah SWT menerima segala amal dan ibadahnya, Diampuni segala dosa-dosanya, Dilapangkan Kuburnya dan Ditempatkan pada derajat yang mulia disisi Allah SWT serta keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, Aamiin YRA.

Almarhumah sempat dirawat karena mengalami komplikasi. Namun hari ini, Sabtu (18/03/2017) sekitar pulul 14.00 Wita, beliau menghembuskan nafas terahirnya di ruangan ICU RSUD Bima dan saat ini disemayamkan di Pandopo Bima dan rencananya akan dimakamkan besok Minggu (19/03/2017)

Putri keenam dari kesultanan Bima ke XXIV ini sebenarnya sudah lama sakit, namun kesehariannya tetap semangat menjalani segala macam aktifitas, terutama menerima tamu-tamu yang datang dari berbagai daerah seluruh indonesia. Banyak tamu-tamunya terkesima karena jelang usianya yang 90 tahun tetap gesit memaparkan naskah-naskah kuno kesultanan.

Almarhumah adalah salah satu yang mampu membaca Naskah Kuno yang hampir punah ini yaitu Kitab Bo Sangaji Kai. Seperti diketahui, Ratusan tahun yang lalu, naskah-naskah di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) ditulis dengan aksara khusus, yang disebut aksara Bima. Setelah Islam masuk ke Bima, seluruh naskah-naskah kuno itu ditulis ulang dengan menggunakan huruf Arab-Melayu dan dikumpulkan dalam satu kitab bernama Bo Sangaji Kai.

Almarhumah yang tidak memiliki keturunan ini, meraih gelar doktor bidang filologi Fakultas Sastra Unpad pada usia 83 tahun. Bagi Almarhumah, menuntut ilmu tak ada batasnya. Meski usianya tak lagi muda, ia masih rajin menyebarkan ilmu tentang naskah-naskah kuno yang ia kuasai. Semangat Almarhumah patut menjadi contoh bagi kita semua.

Almarhumah yang dikenal gesit di masa mudanya ini, sering bolak-balik Bima-Mataram-Jakarta untuk menghadiri undangan-undangan seminar dan dialog serta pameran filologi. Almarhumah mengenyam pendidikan S1 dan S2-nya di bidang hukum Universitas Indonesia tahun 1953 - 1960. Ia sempat menjadi Staf Khusus Bidang Kehakiman tahun 1957-1964, juga pernah menjadi anggota DPR RI tahun 1966-1968, Asisten Administrasi Sekretaris Wilayah Daerah NTB tahun 1964-1968 dan juga sebagai dosen di Universitas Mataram.

Almarhumah juga tetap konsisten dengan budaya dan kesenian Bima. Hal itu Ia buktikan dengan tetap menjadi mengelola sanggar tari bernama Paju Monca di Bima maupun Mataram hingga akhir hayatnya. Almarhumah pun masih peduli dengan perkembangan generasi muda, khususnya di Bima. Almarhumah sempat menyayangkan sikap generasi muda Bima saat ini yang mudah tersulut emosinya, Dari hal yang sepele menjadi ajang perang antar warga hingga menimbulkan korban.

Dikutip dari berbagai sumber.
Wassalam...
Abunawar Bima

abunawarbima@gmail.com

SELO YANG KEREN, MENGANGKAT KEARIFAN LOKAL NTB MENJADI TREND


Kain tenun tidak serta merta hanya untuk bahan pakaian, namun ditangan-tangan kreatif, ceritanya akan menjadi lain contohnya, 4 (empat) Mahasiswa Universitas Mataram (Unram) NTB, Rosmalia, Annisa, Sulton dan Firdaus berkarya dengan inovasi baru dengan membuat sepatu dari bahan tenunan asli Lombok.

Berawal dari kumpul-kumpul diantara mereka dalam membahas perlombaan "Essay" tercetus ide dalam tulisan ilmiahnya mengangkat sepatu yang desainnya di kombinasikan dengan tenun, sesuai tema lomba "Internasionalisasi Kearifan Lokal Indonesia" yang diadakan oleh Universitas Negeri Semarang dan siapa sangka mereka menyabet juara II tingkat Nasional dalam ajang lomba tersebut.

Wakil Rektor III Unram bidang kemahasiswaan M. Natsir mengatakan, apa yang diraih mahasiswa ini adalah bukti kreativitas mahasiswa dalam Inovasi mengembangkan kearifan lokal daerah dalam bentuk desain sepatu. “Kami tetap minta mahasiswa untuk terus mengembangkan kemampuan,” katanya.

Sepatu dengan model yang simpel tetapi terlihat cukup elegan karya Mahasiswa ini diberi label SELO (Sepatu Etnic Original) dengan tujuan mengangkat kearifan lokal daerah sehingga menjadi trend di kalangan Kampus Unram, Remaja dan Masyarakat pada umumnya bahkan Dunia, jelasnya.

Rencananya, lanjut M. Natsir, sepatu ini selain dipasarkan dikalangan kampus, juga akan dipasarkan ke toko-toko sepatu di seluruh daerah Nusa Tenggara Barat (NTB). Untuk hak patennya sendiri, masih dalam proses, “Sehingga nantinya tidak bisa diklaim orang atau daerah lain,” tukas Guru Besar Fakultas MIPA ini.

Rosmalia mengatakan, Untuk tahap awal, Karena di Kota Mataram tidak ada industri sepatu, produksinya masih dilakukan di Surabaya. Produksi pertama bulan Februari dan sudah mulai dipasarkan dan direspon cukup baik oleh pasar. Buktinya sudah ada sekitar 100 pasang sepatu yang laku. ”Alhamdulillah hasil kerja kami diterima masyarakat termasuk yang dari luar daerah hingga luar negeri,” terangnya.

Annisa menambahkan, untuk saat ini motif kain tenun yang dipakai masih menggunakan tenun berkwalitas hasil kerajinan masyarakat Lombok Timur, Sukarare Lombok Tengah dan juga Tenunan Bima Motif Renda . Motif Renda sedang tahapan produksi, Ia pun meyakinkan bahwa bahan kain tenun yang dipakai kualitasnya terjamin dengan harga yang relatif terjangkau, ungkapnya.

Berapa sih harga sepatunya?
Kami jual dengan harga cukup murah, kecuali untuk sepatu yang mengggunakan kain tenun khusus, harganya juga khusus. ”Harga mulai dari Rp160 ribu sampai Rp260 ribu,” Kalau soal model, jangan khawatir, semua pastinya keren dan trendy, Pokoknya model masa kinilah, pungkasnya.

Abunawar Bima​

HIJRAH UNTUK BIMA YANG LEBIH BAIK


Hamparan dunia yang begitu luas, menyimpan bongkahan rejeki tanpa batas, seharusnya mampu mendorong setiap orang untuk hidup berkecukupan dan sejahtera, namun kenyataannya masih jauh dari yang diharapkan, Mengapa? Kalau kita diskusikan, pasti aka menemui banyak pendapat yang berbeda-beda bahkan berseberangan, tapi sejatinya bukan perbedaan yang kita kedepankan tetapi mari temukan kebersamaan sebagai solusi membangun Kota Bima yang lebih baik.

Seorang guru Sekolah Dasar (SD) bertanya mengenai cita-cita pada muridnya. Saat itu, jawaban muridnya beraneka ragam, ada yang mau menjadi Peresiden, polisi, dokter, guru, pembalap, dan sebagaianya. Akan tetapi, ada satu anak yang menjawab ingin menjadi petani. Jawaban anak itu, tentu saja membuat gurunya heran. "Mengapa ingin jadi petani”?, tanya sang guru. Sang murid pun terdiam, padahal dalam benaknya tersimpan ragam jawaban tapi tak mampu Ia ungkapkan, biarlah waktu yang akan menjawab” gumannya dalam hati.

Cuplikan di atas, menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Yakni anggapan bahwa menjadi petani merupakan pekerjaan yang kurang membanggakan. Padahal petani adalah pahlawan pangan suatu bangsa. Sebab, tanpa petani kita tidak mungkin bisa menikmati makanan seperti sekarang. Namun kebanyakan masyarakat pedesaan enggan bertani, mereka lebih memilih menjual tanah dan berurbanisasi ke kota atau menjadi TKI.

Hal tersebut tidak jauh beda dengan banyaknya generasi muda yang telah mengenyam pendidikan tingkat tinggi, enggan untuk kembali ke kampung halamannya yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan, pun jika pulang, akan tetap menjadi beban orang tua karena sulitnya mencari kerja. Mereka merasa sudah sarjana dan berhak memilah-milih pekerjaan yang layak sebagai sarjana. Perguruan tinggi terus saja memproduksi sarjana-sarjana baru sementara kesempatan kerja semakin sulit bahkan nyaris tidak ada, yang pada ahirnya terjadi penumpukan pengangguran dimana-mana.

Kepincangan itulah yang sudah jauh hari ada dalam pemikiran Ir. Sutarman H.Masrun MM, dan Ia mengatakan, Kepincangan dan gejolak yang terjadi di tengah masyarakat kota Bima antara lain pemicunya adalah pengangguran yang semakin merajalela dan ini harus segera dicarikan solusinya dan Ia mengaku sudah punya ide maupun gagasan untuk membenahinya.

Lebih lanjut Sutarman menegaskan, Merubah keadaan tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu disiasati dan yang terpenting adalah mempersiapkan anggaran yang cukup. Contoh sederhana, Saat ini, banyak petani-petani yang terjebak dengan cengkraman para tengkulak. Hanya satu cara untuk bisa membebaskan gurita yang membelit para petani, yaitu membebaskan atau membayar dulu semua utang-utang petani , kemudian mengalihkan utang-utang tersebut ke Badan Usaha Mandiri seperti koperasi Desa atau lainnya, jadi petani hanya berurusan dengan koperasi dan koperasi itu sendiri nantinya akan di manajerial secara professional oleh sarjana-sarjana yang nganggur tadi, bila perlu kita sekolahkan lagi. Tapi yang menjadi pertanyaan besar, Anggarannya dari mana? “Kita harus berani menyiasati dengan anggaran sendiri dan campur tangan pemerintah tentunya” jelas Sutarman.

Sebenarnya banyak Ide-ide maupun gagasan berelian yang ingin Ia terapkan di Kota Bima, itu berdasarkan pengalamannya melakukan study banding diberbagai daerah seluruh Indonesia, Ide-ide itu pun sudah ia terapkan pada Usaha Batu Bara yang dimilikinya di Daerah Bengkulu dan Kalimantan dan Sutarman pun menepis berbagai anggapan negatif bahwa Ia membuka usaha di daerah lain karena tidak peduli dengan perkembangan daerah sendiri, itu salah besar! tegas Sutarman.

Sutarman pun bercermin dari berbagai bencana yang menimpa Kota Bima belum lama ini, menguatkan keyakinannya bahwa inilah saat yang paling tepat dan merasa akan bermanfaat bagi orang-orang di tanah kelahiran, hingga dengan tulus ihlas serta kebulatan tekad, mengikrar diri “Hijrah untuk Bima yang lebih Baik” dengan mencalonkan diri sebagai Wali Kota Bima Periode 2018-2022, karena melalui lingkaran inilah segala ide-ide bisa diterapkan, Pungkasnya.

Abunawar Bima​

INDAHNYA BIMA KITA


Musik juga menjadi cara yang ampuh dan keren untuk promosi budaya dan wisata. Bagaimana tidak, melalui lagu orang bisa mendengar dan meresapi setiap lirik yang dibalut dengan indahnya alunan musik. Demikian yang dilakukan oleh anak-anak muda penuh talenta ini.

Sebagai bentuk kecintaan terhadap tanah kelahiran, mereka mengekspresikannya dengan kolaborasi dan membuat karya musik. Menyusun lirik, memberi gambaran soal keindahan alam, budaya dan kearifan lokal Bima, agar berdendang dan menggema diseluruh negeri.

Adalah La Hila Band, yang sejak awal terbentuknya terus konsisten menggarap musik dengan mengusung keindahan alam kelahirannya, Bima. Mereka kini mencoba menyajikan warna baru untuk kembali mempromosikan keindahan alam dan budaya Bima.

Untuk single yang diberi judul ‘Indahnya Bima Kita’ ini, La Hila Band rupanya berduet dengan putra asli Bima, Rigen. Pria Alumni Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) Kompas TV itu juga terlibat aktif dalam penggaran single tersebut.

Bassist la Hila Band Nico kepada Kahaba mengatakan, banyak hal yang indah dan keren-keren di Bima, yang mesti dikenalkan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Menimbang belum lama ini Bima baru saja dilanda musibah. Jadi mereka berinisiatif untuk kembali mengangkat budaya dan pariwisata Bima lewat sebuah karya lagu, dengan warna progressive pop di mix dengan alunan RAP ala Rigen.

“Bima bangkit dan berbenah jadi sebuah motivasi besar kami yang sedang berjuang juga untuk harum nya nama Bima di blantika musik Indonesia,” ujar Nico. Sementara menurut Rigen, lagu ‘Indahnya Bima Kita’ dibuat sebenarnya sama seperti misi dirinya ikut Stand Up Comedy, yakni untuk memperkenalkan Bima kepada khalayak dunia. Agar semua orang tahu ada tempat yang sebenernya indah, yaitu Bima.

“Kenapa lewat lagu, soalnya lagu itu kan lebih universal daripada Stand Up Comedy. Buktinya saya ga’ terlalu terkenal,” tutur pria asli Sape Bima NTB itu dengan tawa. Kemudian Nico menambahkan, rencananya kedepan mereka akan menggarap video klip dengan menuangkan semua titik yang memiliki daya tarik budaya dan wisata di Bima.

Harapannya, lagu ini bisa didengar orang orang se-Indonesia, dan Bima jadi salah satu destinasi wisata yang mengangumkan. “Satu lagi harapannya, supaya ada yang mau sponsorin buat modal bikin video klipnya,” ucap Rigen menimpali kemudian kembali tertawa.

Pemuda-pemuda kreatif ini pun berharap, mudah-mudahan Dinas Pariwisata Kota dan Kabupaten Bima mendukung penuh proses promo lagu ini, sampai penggarapan video klipnya yang direncanakan diakhir bulan Februari ini. “Kita juga sangat berharap agar bisa menjadi Of×cial Theme Song Pesona Bima dan Visit Bima 2017,” inginnya.

Pada kesempatan itu, Nico juga menyampaikan ucapkan terima kasih yang tiada henti-hentinya untuk semua sayap-sayap La Hila di tanah Bima yang terus mendukung meeka lewat doa yang tulus ikhlas, atas perjuangan kami di ibu kota.

Sumber: Kahaba.net
Editing: Abunawar Bima​

LIRIK LAGU “INDAHNYA BIMA KITA”
Karya La Hila Band dan Rigen
=======================

Ini tentang sebuah karya anak bangsa
Yang bangga akan indahnya nusantara
Daerah tempat lahir kita
Kaya bahasa, alam, laut dan budaya
Jika ingin tau tempat lahir kita
Nusa Tenggara Barat lah propinsinya
Yang posisi daratanya ditimur sumbawa
Dan so pasti Bima itu punya Indonesia
sepanjang jalan mata memandang
Tak akan lepas dari pandangan
Gunung lautan luas terbentang
Warna biru dan hijau jadi idaman,
mampir sedikit ke sape ada temba romba
Pantai lariti juga pulau kelapa,
ada pantai pinknya, tanjung meriamnya
Cukup satu paket untuk liburan keluarga
Cuma disini, kau bisa menikmati

*Reff:

Indahnya Bima kita
Marilah kita jaga bersama
Indahnya Bima kita
Jadi tujuan indah wisata
Syukuri, nikmati dan lindungi
Kalau gerah berendam di Madapangga
Lewati Sila nyobain minasarua
Mampir panda nonton pacuan kuda
Selamat datang di kota Bima
Kota Bima kota tepian air
Sekali datang bikin naksir
Nongkrong di amahami dengar desiran pasir
Semoga lagu ini menjadi buah bibir
Dari sekian banyaknya, banyak yg harus kau coba
Ingin sekali ku rangkai dalam sebuah nada yang indah

NURUL IQAMAH, WANITA TANGGUH ASAL BIMA NTB


Nurul Iqamah, Wanita tangguh asal Kota Bima ini, menoreh prestasi membanggakan untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Negara Indonesia, Pasalnya, Nurul terpilih mewakili Indonesia untuk mengikuti Ajang olah raga panjat tebing Asian Games 2018.

Melalui proses panjang yang melelahkan, Semangat dan kerja kerasnya, impian Nurul untuk mewakili negara pada ajang bergengsi itu akhirnya terwujud. “Nurul menjadi satu-satunya dari Provinsi NTB mewakili Indonesia untuk menjadi peserta pada cabang olahraga Panjat Tebing Asian Games tahun 2018,” ujar Ketua Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kota Bima Agus Salim, baru baru ini.

Diakuinya, Nurul asal Lingkungan Bedi Kelurahan Manggemaci itu beberapa kali mencatatkan namanya pada ajang Nasional. Terakhir, saat PON di Bandung Nurul meraih medali Perunggu. “Nurul pun banyak meraih juara di turnamen tingkat Nasional,” katanya.

Saat ini sambung Agus, Nurul terus mempersiapkan diri dengan fokus menjalani latihan di Gelanggang Pemuda Mataram NTB. Dilihat dari kemampuannya, kemungkinan besar Nurul akan ikut pada kategori Lead dan Bolder. “Nomor Lead dan Bolder menjadi spesi×kasi Nurul,” ungkapnya.

Pada akhirnya nanti tambah Agus, Nurul diharapkan bisa memberikan penampilan terbaik dan menyumbangkan medali. “Kita tidak target yang muluk-muluk. Yang penting Nurul bisa menunjukan penampilan prima dan sumbang medali,” pungkasnya.

Sumber : Kahaba,net
Foto: Donny Kresno Bayu Adji (Facebook)
Editing: Abunawar Bima​