KAKURU FARE MPESA - CARA TRADISIONAL BIMA MEMILAH GABAH


Angin adalah sekumpulan udara yang bergerak karena adanya tekanan udara hingga bergerak dari suhu rendah ke suhu tinggi. Tidak jarang, tiba-tiba kekuatan angin pun sangat kencang, membentuk angin topan yang mengobrak abrik hingga melululantahkan segalanya.

Meskipun demikian, Angin juga bermanfaat banyak bagi kehidupan manusia seperti , penggerak kincir angin hingga menghasilkan energi listirik, atau penggerak perahu layar hingga bisa mengarungi luasnya samudera dan masih banyak lagi manfaat lainnya.

Tiupan angin sepoi-sepoi yang menerpa pemukiman masyarakat bisa memberikan kesejukan tersendiri dari cuaca yang begitu panas berubah menjadi sejuk bahkan tidak kalah sejuknya dengan air conditioner (AC), namun bagi masyarakat di Desa Palama, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima NTB, Angin menjadi berkah bagi mereka, terlebih pada saat musim panen padi.

Sebagian besar masyarakat Palama yang menggantungkan hidup dari bertani, memanfaatkan angin untuk memilah gabah secara tradisional guna mendapatkan gabah pilihan, karena tidak jarang pada saat panen, gabah yang berisi bercampur dengan gabah yang tidak berisi biji padi (Mpesa) Bahasa Bimanya.

Memanfaatkan angin untuk memilah gabah cukup sederhana yaitu, Sejumlah gabah yang dijemur sudah mengering, dikumpulkan dan ditaruh dalam penampik beras yang terbuat dari bambu kemudian diangkat sejajar dengan kepala, lalu sedikit demi sedikit di tuangkan pada terpal yang sudah disediakan dibawahnya, Pada saat penuangan inillah, gabah yang tidak berisi tadi akan tertiup angin, sehingga yang tersisa hanyalah gabah-gabah yang berisi biji padi.

Walau terlihat cukup mudah, pekerjaan Kakuru Fare membutuhkan Ketelitian, Ketekunan dan Kesabaran, Jika tidak, semuanya malah menjadi berantakan. Selain itu, salah satu faktor pendukung yang menjadikan pekerjaan ini lancar adalah tiupan angin, maka tidaklah heran, asal ada angin, mereka rela berlama-lama di tengah teriknya matahari hingga pekerjaannya selesai. Lantas bagaimana kalau tidak angin?
Salah seorang Ibu, Nurjana alias Ina Janu (40) mengatakan, Kalau tidak ada angin terpaksa menggunakan kipas angin yang berarti harus mengeluarkan biaya tambahan untuk bayar listrik, padahal gabah yang dihasilkan tidak seberapa, makanya kami selalu berharap pada saat panen padi, cuaca mendukung dan selalu ada angin, Imbuhnya.

Apakah Ina Janu tidak capek melakukan Kakuru Fare?
Capek ya sudah pasti capeklah, kata dia, Namun bagi kami sudah terbiasa dan inilah tantangan hidup yang harus dijalani, Asal jangan pernah mengeluh, Cintai saja pekerjaannya maka seberat apapun pekerjaan, semua akan menjadi ringan dan mudah, kata wanita yang terlihat lebih tua dari umur yang sebenarnya ini.

Apa harapan Ina Janu pada Pemerintah?

Sebenarnya kami tidak ingin terjebak dengan cengkaraman para tengkulak dan kami sadar dari segala sebab dan akibatnya tetapi bagaimana lagi? Tengkulak itu bagai dewa penolong tapi semuanya hanya sesaat dan selebihnya mereka menari-nari diatas penderitaan kami, Untuk itu kami mengharapkan pemerintah turun tangan, tidak sekedar wacana atau janji-janji, tetapi berbuatlah yang nyata dengan mengelola hasil panen kami entah bagaimanapun caranya, agar kami bisa menikmati hasil panen, cukup setimpal dengan jerih payah yang kami kerahkan, Pungkasnya. (AB)

Abunawar Bima

abunawarbima@gmail.com