Kalangan perguruan tinggi menjadi elemen masyarakat yang mampu ikut menekan fatalitas kecelakaan lalu lintas jalan. Peran kampus cukup kuat lewat gerakan moral dan intelektual, terutama dalam menekan perilaku mentalitas jalan pintas.
“Faktanya, pada 2013, sekitar 42 persen kasus kecelakaan dipicu oleh perilaku berkendara yang ugal-ugalan. Selebihnya perpaduan dari aspek manusia lainnya, seperti lengah danngantuk, serta faktor jalan, kendaraan, dan alam,” ujar Edo Rusyanto, penulis buku Menghapus Jejak Roda dan pegiat keselamatan jalan, di sela "Road Show Menghapus Jejak Roda" di kampus Sekolah Vokasi Universtias Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Jumat (17/10).
Kegiatan yang bertajuk “Kampus Penggerak Perubahan Kesadaran Berlalu Lintas Jalan yang Aman dan Selamat” itu menghadirkan sejumlah pembicara. Tampil sebagai pembicara adalah Kepala Sub Direktorat Pendidikan dan Rekayasa Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah (Kasubdit Dikyasa Ditlantas Polda) Yogyakarta, AKBP Affandi, Ketua Yayasan Astra Honda Motor (YAHM), Hari Sasono, dan Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Gunadi Sindhuwinata. Acara dibuka oleh Direktur Sekolah Vokasi UGM Yogyakarta, Hotma Prawoto Sulistyadi.
Menurut Edo Rusyanto, dunia perguruan tinggi selaku pencetak intelektual muda semestinya mampu menjadi agen keselamatan yang andal. Lewat pemikiran dan rasionalitas, kalangan kampus semestinya mampu memangkas egoisme saat berlalu lintas jalan. Egoisme menjadi salah satu pemicu terjadinya perilaku ugal-ugalan atau melanggar aturan yang berlaku di jalan raya. Sikap egois atau mentalitas jalan pintas terlihat dari sikap tidak mau antre atau menerobos lampu merah saat di jalan raya.
“Egoisme bisa melahirkan perilaku arogan yang ironisnya berbuah pada perilaku melabrak aturan. Padahal, polisi selalu bilang bahwa pelanggaran aturan merupakan awal dari terjadinya kecelakaan,” kata pria yang juga Ketua Road Safety Association (RSA) Indonesia itu.
Sementara itu, Hari Sasono, menegaskan, sekalipun jumlah kendaraan cukup banyak di jalan raya, namun bila pengendaranya tertib bisa mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas. Karena itu, kata dia, penting disosialisasikan berkendara sepeda motor yang aman dan selamat (safety riding) kepada masyarakat pengguna jalan.
“Kami selalu mengajak dan mengedukasi masyarakat untuk berkendara yang aman dan selamat, termasuk sosialisasi ke kalangan perguruan tinggi,” kata dia.
Edo Rusyanto menambahkan, Indonesia sudah cukup berduka dengan hilangnya lebih dari 300.000 jiwa yang tewas akibat kecelakaan di jalan sepanjang 1992 hingga 2013. Selain itu, tak kurang dari satu juta orang menderita luka ringan maupun luka berat akibat jagal di jalan raya.
Menurut Gunadi Sindhuwinata, produsen sepeda motor punya tanggung jawab untuk mengedukasi pengguna sepeda motor. "Kami peduli keselamatan jalan, tidak hanya memproduksi dan menjual motor," katanya.
Kelompok usia muda atau produktif menjadi korban sekaligus pelaku kecelakaan yang dominan. Data Korlantas Polri membeberkan, pada 2103, sekitar 25 persen korban kecelakaan lalu lintas jalan adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Sedangkan sekitar 19 persen pemicu kecelakaan adalah kelompok usia muda tersebut. Tahun itu pula, setiap hari sekitar 72 orang tewas akibat kecelakaan lalu lintas jalan.