Museum Asi Mbojo (Bima) dan kemistisan-nya




Museum Asi Mbojo (Bima)

Bangunan yang dulunya merupakan pusat Kesultanan Bima dan pusat Pemerintahan Kabupaten Bima pada tahun 1950 masih berdiri dengan kokoh dan tegap yang merupakan symbol Dana Mbojo (Bima), atau lebih dikenal dengan nama Asi Mbojo. Dan kini oleh Pemerintah setempat dijadikan sebagai Museum, awal dibangunya Asi Mbojo (Istana Bima) pada tahun 1927 oleh arsitek Belanda yang bernama Obzicshteer Rehata dan sebagiannya juga di desain oleh sultan sendiri yaitu Muhammad Salahuddin (sulthan Bima yang terakhir).

Museum Asi mbojo diserahkan kepada NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) oleh Sultan Muhammad Salahuddin pada tahun 1951, dan tahun 1989 resmi dijadikan Museum oleh pemerintah kabupaten Bima hingga sekarang. Museum ini di kelola oleh pemerintak Kabupaten Bima dan di kepalai oleh Bapak Ridwan Maman, S.Ag (40) dengan 24 Pegawainya.

Isi dari beberapa koleksi Museum Asi Mbojo antara lain Benda-benda Pusaka peninggalan Kerajaan dan kesultanan Bima, dan yang paling terpopuler dari Koleksi Museum yaitu “Gunti Rante” sebuah parang yang sangat menakjubkan di ukir pada Zaman Majapahit dan Mahkota Sulthan yang terbuat dari Emas. Koleksi – koleksi Benda Pusaka, pengunjung Museum dapat melihatnya di ruangan Galeri Benda Pusaka di lantai satu, di lantai satu juga terdapat ruangan galeri benda-benda perkakas dan baju-baju peninggalan masyarakat pada zaman kerajaan dan kesultanan, di lantai satu ini dulu merupakan kantor pusat pemerintahan Kabupaten Bima 1951 hingga 1960. Bangunan – bangunan di lantai satu dan dua masih asli dan tidak pernah di Renovasi hingga sekarang.




Ruangan Galeri Benda Pusaka

dan bila pengunjung juga ingin melihat Kamar tempat menginapnya Bung Karno (Ir. Soekarno) pengunjung dapat melihatnya di lantai 2, di lantai 2 pengunjung juga bisa melihat kamar – kamar Sulthan, putra Mahkota, dan kamar Putri. Ibu Nurhaini (45) Pegawai Museum yang bertugas untuk menemani para pengunjung untuk berkeliling kepada kami (Solud) bercerita “ bahwa dulu istana Asi yang pertama pernah di Bom pada masa peperangan sehingga di bangun Asi Kontu (istana belakang) untuk sementara, dan bangunan Museum saat ini adalah bangunan Asi yang kedua setelah yang pertama di bom” begitulah yang diceritakan oleh ibu Nurhaini.



Kamar tidur Ir. Soekarno saat mengunjungi Kesultanan Bima



Galeri Lantai Satu

Bila ingin berkunjung ke Museum Asi Mbojo pasti tidaklah sulit menemukannya, karena letaknya yang strategis pas di sebelah alun-alun Kota Bima, karcis untuk masukpun sangat murah untuk Dewasa atau Umum hanya Rp. 2000, anak- anak Rp. 500, Turis Rp. 3000, dan Pelajar dan Mahasiswa Rp. 1000.

Menurut kepercayaan Masyarakat Bima bahwa Museum Asi Mbojo masih memiliki Aura mistisnya, banyak kejadian-kejadian aneh dan hal-hal gaib yang terjadi di Museum ini, karena Asi (Istana) masih dijaga oleh para leluhur. Karakter bangunan Museum Asi Mbojo dalam pandangan Masyarakat Bima pada umumnya sangat Religius, dulu merupakan tempat semua masyarakat belajar Islam pada zaman Kesultanan Bima.