NGAPAIN KULYAH? UDAH MAHAL, LULUS JADI PENGANGGURAN















Sering kali kita di damprat Ortu yang lagi marah sambil ngomel, Ngapain Kuliah, udah bayarnya mahal, e...buntut-buntutnya jadi pengangguran! itu mah pas Ortu lagi kesaaaal bangat kali ya, tapi... tetap aja kita dikasih uang bayaran kuliah, uang jajan, uang bayar kost, uang uang dan uang untuk bayaran lainnya he he! Habis gimana lagi bro, kuliah salah, gak kuliah malah lebih-lebih salahnya. Ortu pasti mikir, kalau anaknya gak dikuliahin bisa-bisa salah gaul, lah emangnya yang kuliah sudah benar gaulnya? pastinya benarlah, lah wong gaulannya sesama intlektual.

Ada baiknya kita harus mawas diri, bahwa apa yang diomelin ortu tersebut ada benarnya juga, coba anda bandingkan antara banyaknya lulusan perguruan tinggi dengan daya tampung tenaga kerja saat ini, kan perbandingannya memang tidak setimpal, lantas bagaimana menyikapinya?

Anak sekolah, atau lulusan SMU pada umumnya mereka pingin dong jadi anak kuliahan. Apalagi bisa masuk di Perguruan Tinggi terkemuka. Udah gitu anak kuliahan keliatan keren dimata mereka. Sekolah gak perlu pake baju seragam, relatif lebih bebas, rambut boleh gondrong? Bisa jadi aktivis & ikut merancang demo…hehe….hal-hal yang membuat jiwa muda mereka bergelora, tanpa mau berpikir bagaimana susahnya ortu mengumpulkan uang untuk membayar kuliah mereka, inilah yang membuat ortu megap-megap kehabisan nafas untuk membiayai anaknya kuliah. Seringkali diucapkan hanya didalam hati, karena sesusah-susahnya orang tua, mereka siap berkorban agar anak bisa terus kuliah.

Berlawanan dengan semangat para pendiri pendidikan Di Negeri ini, Sarana pendidikan mulai jadi barang mewah. Untuk masuk satu jurusan di PTN terkemuka, Ortu harus menyetor uang muka agar dipertimbangkan “lulus tes” itu bisa mencapai ratusan juta rupiah, weis..weis….pertanyaannya : dengan uang segitu banyaknya, nanti apa hasilnya?

Seringkali hasilnya adalah Pengangguran!

Ya begitulah fenomena sekarang. Lulusan Perguruan Tinggi banyak yang masih menganggur karena harus bersaing, memperebutkan pekerjaan yang ada. Seringkali kerjanya gak sesuai keahlian, bahkan seringkali pekerjaan yang diperebutkan sebenarnya dimasa lalu bisa dikerjakan oleh lulusan SMU atau SMP!

Fenomena ini sebenarnya banyak terjadi di negara-negara berkembang,  Bedanya, mereka mulai berburu lowongan pekerjaan yang tersedia di Luar Negri. Contohnya India dan Filipina . Sedang di Negri ini, yang rajin berburu pekerjaan diluar negri justru mereka yang tingkat pendidikannya rendah, tapi justru merekalah pejuang-pejuang devisa, yang membantu memutar roda ekonomi bangsa ini.

Banyak juga ulasan mengenai “kreatifitas” dan “softskill” yang kurang dari para lulusan Perguruan Tinggi kita, tidak bisa berkompetisi secara global, dan tidak mampu menciptakan “pekerjaan”. Tapi siapa sebetulnya yang bertanggung-jawab menciptakan pekerjaan? Who’s responsible for creating jobs”? Presiden-presiden negara lain sering diukur keberhasilannya dari parameter ini. Apakah sama dengan Indonesia? Anda jawab sendiri deh he he, atau ada yang salahkah dengan mutu lulusan perguruan tinggi kita?

Salam Indonesia, semoga anda tetap semangat!