IBU RUMAH TANGGA YANG MAMPU MENCETAK JUARA OLIMPYADE MATEMATIKA KELAS DUNIA


Siti Nurul Khasanah (Nurul)  sangat prihatin karena ilmu fisika, kimia dan matematika lebih banyak dikuasai dan didominasi oleh kalangan non Muslim. Berangkat dari kprihatinannya itulah ia menjadikan rumah tinggalnya sebagai rumah belajar matematika (RBM)

Papan tulis kecil berwarna putih itu penuh coretan angka dan huruf berpadu membentuk rumus. Ulasan dan proses yang tertera di papan itu merupakan jabaran rinci pemecahan soal kimia. Rupanya, ibu delapan anak ini baru saja membantu membimbing putrinya belajar.

“Saya barusan membimbing putri saya yang sedang liburan di rumah menyelesaikan soal kimia,” ujar Siti Nurul Khasanah ketika ditemui di kediamannya di Perumahan Bedadung Indah Blok U No. 10, Jember, Jawa Timur.

Nurul sapaan akrabnya, memang sangat konsen membimbing putra-putrinya dalam menggali ilmu, khususnya ilmu pasti. Kesungguhan membimbing anak-anaknya dalam menuntun ilmu berbuah manis. Anak pertama hingga keempat berhasil menyabet juara Olimpiade Matematika tingkat nasional maupun internasional. “Alhamdulillah, semua ini kehendak Allah,” ucap perempuan kelahiran Magelang, 8 Februari 1969 ini.

Anak pertama, Ahmad Mutafakir Alam meraih medali perunggu pada ajang Internasional Mathematics and Science Olimpiad (IMSO) tahun 2006 di Jakarta. Anak kedua, Azka Muhammad Mumtaz, meraih medali perak pada ajang Invitational World Youth Mathematics Intercity Competition (IWYMIC) di Bali tahun 2011. Anak ketiga, Adiba Nur Asri Ramadhani meraih medali perak pada ajang Elementhary Mathematics International Contest (EMIC) tahun 2011 di Bali. Sedangkan anak ke empat, Ahmad Ghozi Fidinillah, meraih medali perak pada ajang International Mathematics and Science Olimpiad (IMSO) tahun 2013 di Filipina. Yang disebut terakhir ini, sekarang duduk di kelas VI SD Luqmanul Hakim Hidayatullah Jember, Jawa Timur.

Menurut Nurul, prestasi yang diraih oleh empat anaknya itu bukan hanya menjadi kebanggaan keluarga besarnya, tetapi juga kebanggaan sekolah dan Islam. Pasalnya, anak-anak yang mengikuti olimpiade matematika dari kalangan Islam sangat sedikit. Oleh karena itu, Nurul terus bertekad melahirkan banyak generasi Islam untuk maju mengikuti olimpiade internasional.

“Anak-anak pribumi yang Muslim sangat jarang mengikuti olimpiade internasional. Sejak anak pertama saya mengikuti olimpiade, perbandingan kita dengan mereka yang non Muslim sangat jauh. Dari sepuluh peserta perwakilan Indonesia yang Muslim hanya dua orang,” ucap Nurul.

Istri dari Tasliman, dosen di Universitas Jember ini mempersiapkan anaknya bukan hanya untuk meraih prestasi semata, tetapi merupakan bagian dari perjuangan dirinya sebagai bagian dari umat Islam.

“Ini bagian dari perjuangan saya sebagai umat Islam. Saya ingin anak-anak saya mengharumkan nama Islam lewat prestasi Matematika,” tegas Nurul

Dirikan RBM

Di sela-sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, Nurul masih menyempatkan diri mengerjakan soal-soal fisika dan matematika saat anak-anaknya tengah bersekolah. Hal ini dilakukan agar kemampuannya dalam ilmu fisika dan matematika tetap terasah.

Nurul tidak egois. Kemampuan yang dimilikinya itu kemudian ditularkan kepada orang lain. Nurul ingin generasi Islam sebanyak mungkin dapat menguasai ilmu fisika dan matematika. Untuk menyambungkan cita-citanya itu, kini di rumahnya telah hadir Rumah Belajar Matematika (RBM). “Karena ingin membantu anak-anak Muslim, saya dan suami mendirikan Rumah Belajar Matematika,” kata Nurul.

Tak disangka, setelah mendirikan RBM, sambutan positif datang dari orangtua yang menitipkan anaknya pada Nurul. “Ada anak yang dulu belajar matematika itu susah dan mendapat nilai kurang, tapi sekarang sudah bagus, begitu kata orangtuanya,” ujar Nurul.

Bahkan, tidak sedikit anak-anak yang mengikuti kursus matematika dengan Nurul kemudian nilainya menjadi yang terbaik di tingkat kecamatan hingga kabupaten. Alumni Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini mengaku tidak memiliki resep macam-macam untuk membuat anak pintar belajar ilmu berhitung. Ia hanya menanamkan metode nalar pada setiap proses pembelajaran matematika. Jadi, logika yang diasah, bukan hanya sekadar menghafal rumus.

“Saya tidak pernah memaksa mereka untuk belajar dengan terpaksa, mereka harus enjoy, kalau capek ya istirahat. Saya pun mengedepankan metode logika dan nalar dalam pembelajaran matematika, jadi bukan rumus yang harus dihafal,” tutur Nurul

Bukan hanya sekadar mendirikan RBM, Nurul pun kini melatih guru-guru matematika di sekolah-sekolah Islam agar murid sekolah tersebut bisa ikut olimpiade.

Saat kuliah, Nurul memang sudah memiliki cita-cita ingin mencetak generasi Islam yang mahir ilmu fisika dan matematika. Nurul sempat menjadi guru di sebuah SMA Islam di Jember. Namun, itu hanya bertahan selama dua tahun. Ia memutuskan berhenti menjadi guru setelah dirinya dinyatakan hamil.

Alasanya, Nurul tidak ingin terlalu lelah dan ingin fokus merawat anak-anaknya. Memutuskan menjadi ibu rumah tangga bukan berarti cita-citanya menjadi putus. Justru dengan kehadiran sang buah hati, perempuan yang menikah tahun 1994 ini semakin memantapkan langkahnya. Nurul fokus mendidik anak-anaknya menjadi seorang Muslim yang baik, serta memiliki kemampuan ilmu fisika dan matematika.

No TV, No Game

Keberhasilannya mendidik keempat anaknya meraih prestasi internasional tidak lepas dari kehidupan rumah yang nyaman tanpa gangguan. Hal tersebut diwujudkan dengan kesepakatan keluarga untuk tidak memiliki televisi.

“Saya dan suami sepakat untuk tidak memiliki televisi, karena menurut saya kandungan positif televisi sangat sedikit,” kata Nurul.

Menurut perempuan yang pernah sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Yogyakarta ini, televisi juga memberi pengaruh besar pada energi dan konsentrasi anak, karena pada dasarnya menonton TV itu sebuah pekerjaan yang membutuhkan energi dan konsentrasi. Karena itu, keluarganya tidak menghendaki ada TV di rumah.

Selain tidak ada televisi, untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan belajar anak dengan baik, Nurul dan suami juga melarang keras putra dan putrinya bermain game. Katanya, sama halnya dengan TV, game juga menguras energi dan membuyarkan konsentrasi anak. “Game juga membuat anak bisa ketagihan,” katanya.