Dalam surat Fushshilat [41] ayat 13 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Jika mereka berpaling, maka katakanlah: ‘Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud’.”
Saat hujan deras langit tiba-tiba menyala. Selang beberapa detik kemudian disusul oleh suara yang menggelegar seperti dentuman bom berdaya ledak tinggi. Tidak jarang baik anak kecil maupun orang dewasa merasa takut dan cemas saat mendengar suara tersebut.
Gejala alam di atas lazim disebut petir atau halilintar. Petir terjadi karena adanya perbedaan potensial antara awan dan bumi atau awan antar awan yang bermuatan listrik positif (+) dan negatif (-). Petir lebih sering terjadi saat musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir.
Harun Yahya, seorang ilmuwan Muslim asal Turki, dalam website-nya menulis bahwa kilat petir terjadi dalam bentuk setidaknya dua sambaran. Sambaran kilatan petir memiliki kecepatan 96.000 km/jam. Energi yang dilepaskan oleh satu sambaran petir lebih besar daripada yang dihasilkan oleh seluruh pusat pembangkit tenaga listrik di negara mana pun.
Perbandingan lainnya, suhu permukaan matahari tingginya 700.000 derajat celcius. Dengan kata lain, suhu petir adalah 1/70 dari suhu permukaan matahari. Cahaya yang dikeluarkan oleh petir lebih terang daripada cahaya 10 juta bola lampu pijar berdaya 100 watt.
Dalam ayat-ayat tentang petir Allah menghadirkan petir pada umat manusia sebagai sumber harapan dan takut. “Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.” (Ar-Ra’d [13] : 12)
Sumber harapan karena petir menghasilkan molekul nitrogen yang sangat dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk menunjang hidupnya. Dengan demikian keseimbangan alam ini tetap terjaga, karena manusia juga sangat membutuhkan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupannya.
Sumber rasa takut karena sifat-sifat yang dimiliki petir sangat membahayakan jiwa manusia jika tersambar kilatannya. Seringkali kita dengar atau kita saksikan adanya manusia yang meregang nyawa setelah tersambar petir. Sebelumnya juga telah ada manusia-manusia yang menjadi korban sambaran petir, seperti yang menimpa kaum Nabi Musa ‘alaihisallam. Peristiwa ini terekam dalam al-Qur`an.
“Dan ingatlah ketika kamu berkata, ‘Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas,” maka petir menyambarmu, sedang kamu menyaksikan. Kemudian, kami membangkitkan kamu setelah kamu mati, agar kamu bersyukur.” (Al-Baqarah [2] : 55-56)
Menurut Harun Yahya, kemungkinan seseorang untuk tersambar petir adalah 1:700.000. Meski perbandingannya seperti itu, seseorang diharapkan tidak meremehkan kemungkinan tersebut. Setiap Muslim dianjurkan untuk berdoa ketika kilatan petir tengah menyala-nyala. Berikut adalah doanya yang menurut al-Albani sebagai Hadits mauquf yang sahih sanadnya:
“Subhanalladzi yusabbihur ro’du bi hamdihi wal mala-ikatu min khiifatih” (Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya).