Judul diatas adalah pribahasa yang mengatakan... “Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang takan percaya”. Sekali kau ingkar janji, maka seumur hidup orang tak akan percaya, oleh karenanya, tepati janjimu.
Saya harus mulai banyak berintrospeksi diri. Entah sudah berapa banyak janji yang tidak bisa saya penuhi. Saya merasa sangat berdosa sekali bila mengenang betapa janji itu telah melambungkan harapan mereka. Namun, kenyataan berbicara lain. Harapannya buyar hanya dikarenakan saya ingkar janji.
Ada sebagian lelaki berkata bahwa perempuan paling senang dibohongi dan digombali. Berkaitan dengan hal tersebut, saya sendiri tidak tahu dari mana sumber datanya dan di manakah survey telah dilakukan. Saya yakin, sejatinya tidak ada kaum perempuan yang senang dibohongi oleh siapa pun.
Prilaku bohong dan senang tidak menepati janji sesungguhnya akan menurunkan nilai kita di mata siapa saja. Dalam dunia bisnis, bila seseorang telah melakukan pengingkaran terhadap janji yang diucapkan, maka yang bersangkutan akan sulit mendapatkan kepercayaan lebih lanjut dari mitra bisnisnya.
Dalam dunia perjodohan dan percintaan pun tidak ada bedanya. Sekali kamu ingkar janji, jangan berharap kepercayaan orang terhadapmu akan tetap full tank sebagaimanan kamu harapkan.
Bila kita merasa khawatir tidak bisa menepati janji, janganlah mengobral janji. Ingatlah bahwa janji itu adalah hutang.
Setiap saat orang-orang yang kamu beri janji akan menagih hutang tersebut. Kalaupun keyakinan kamu terasa full bahwa sanggup memenuhi janji, sebaiknya kamu katakan, insya Allah. Barangkali Tuhan berkehendak lain sehingga kamu tidak bisa memenuhi janjimu.
Sayangnya, kata insya Allah jadi bias maknanya dikarenakan para pengikrar tak bertanggung jawab terhadap janji yang diucapkannya. Kata sakral tersebut saat ini sudah menjadi semacam topeng bagi sebagian manusia untuk menutupi keeengganan memenuhi janjinya. Akibatnya, orang-orang menjadi tidak percaya akan janji kita manakala kita mengucapkan gabungan kata tersebut.
Sekali lagi saya sampaikan bahwa harkat martabat manusia sesungguhnya bukan ditentukan oleh harta bendanya, melainkan terletak pada kemampuan memenuhi janji. Wajahmu biasa-biasa saja dan bukan berasal dari kalangan berada. Akan tetapi, track record-mu menunjukkan bahwa kamu senantiasa memenuhi janji kepada siapa pun. Kamu menjadi kepercayaan bagi siapa pun.