BUDAK DI NEGERI ORANG, BOS DI NEGERI SENDIRI



Bekerja di luar negeri menjadi upayanya mendapatkan modal untuk berusaha di Indonesia.Hingga ia bisa mewujudkan citacitanya menjadi pengusaha.

“SAYA ingin jadi pengusaha, akan enak sepertinya kalau hidup seperti orang kaya,“ ucap Richa Susanti, 35. Kalimat itu meluncur dengan mulus dari mulut Richa saat ditanya `apa cita-citamu?'. Sayangnya, jalan yang dilalui Richa mewujudkan mimpinya tidak semulus ucapannya. ucapannya.

Besar di keluarga dengan ayahnya berprofesi sebagai sopir truk dan ibu buruh tani, Richa harus menelan pil pahit tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah setelah lulus SMEA karena kondisi ekonomi.Selain itu, adik-adiknya juga membutuhkan dana untuk pendidikan.

“Padahal waktu itu saya ingin sekali mengambil manajemen bisnis,“ ucap Richa, yang tahu jurusan yang hendak ditujunya merupakan jalur utama menggapai cita-citanya menjadi pengusaha.

Karena tidak berjalan sesuai harapan, Richa pun memutuskan untuk bekerja ke negeri orang. Ia kan untuk bekerja ke negeri orang. Ia menilai dirinya belum memiliki keahlian untuk dikembangkan menjadi modal usaha.

Di usia 19 tahun, Richa bertolak ke Hong Kong dan bekerja sebagai tukang cuci di sebuah restoran. Pa dahal, kontraknya menyatakan ia seharusnya bekerja sebagai baby sitter.

“Saya pun sebenarnya enggak tahu, baru ketahuan kalau saya enggak bekerja sesuai kontrak ketika saat itu ditahan polisi,“ ucap Richa.

Tiga tahun bekerja di Hong Kong, Richa ditangkap polisi karena pelanggaran kontrak. Ia pun dipaksa pulang ke Indonesia dan mengakhiri petualangannya sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI). Meski begitu, Richa tidak pulang dengan tangan kosong. Ia membawa pulang uang tunai Rp150 juta yang digunakannya sebagai modal jualan buah, membeli sawah, dan motor. Namun, asa kembali menghampirinya, usaha berjualan buah yang dijalankan orangtuanya terpaksa gulung tikar. Utang keluarga bertumpuk dan terakhir ia harus menjual sawahnya.

“Pada saat itu saya tahu, akhirnya saya harus kembali menjadi TKI untuk membantu orangtua saya,“ ucap Richa, meskipun saat itu dirinya sudah menikah dan memiliki seorang putri berusia 2 tahun.Pelatihan wirausaha Richa pun kembali ke Hong Kong dengan penga laman berbeda. Bila dulu ia sulit mendapatkan laman berbeda. Bila dulu ia sulit mendapatkan jatah libur dan cuti, kali ini semua haknya ia dapatkan. Tercatat, selama 8 tahun bekerja, Richa sudah 4 kali pulang ke Indo nesia dengan alasan yang berbedabeda.

Ironisnya, 2 dari 4 alasan kembalinya Richa ke Tanah Air karena ditinggal orang terkasihnya, suami dan ayahnya. Kehilangan dua lelaki yang dicintainya itu menjadi titik terendah mentalnya.

Kembali ke Hong Kong setelah cuti dan berduka, Richa akhirnya mendapat sesuatu untuk diaplikasikan saat dia kembali ke Indonesia.Yakni modal menjadi seorang wirausahawan yang didapatkannya dalam sebuah seminar.

Saat akhirnya kembali ke Indonesia, Richa memiliki ide membuka rumah makan. Meski hanya menyasar kalangan pelajar kampus di Malang, tapi manajemennya berbeda. Di warung bernama Wabah (Warung Barokah), se tiap orang bisa memiliki kartu anggota guna menda patkan penawaran, baik diskon atau promo khusus.Sehingga, dijamin menghilangkan rasa monoton dari para pengunjung.

Selain rumah makan, bisnis Richa juga saat ini men cakup usaha bakso yang dinamakan bakso tersenyum, serta bubble drink bernama Rich Tea.
“Rich itu kan nama saya, pemberian ayah saya, yang artinya kaya,“ pungkas Richa sambil tersenyum.
(M-4) miweekend@mediaindonesia.com